PELITA DALAM GULITA
Sejak selumbari, mentari malu untuk menampakan wajahnya karena hujan turun membasahi bumi. Sampai saat ini belum menampakan tanda-tanda hujan akan reda, seolah mencoba mengelabui raga untuk tidak beranjak dari tempat tidur. Berat rasanya untuk bangkit dari peraduan yang lembut dan hangat. Seolah- olah ada sesuatu yang membuatnya agar terus berbaring di sana. “Hmmm…” dia pikir akan turun hujan selama beberapa hari. Ada sesuatu yang menyentuh perasaannya sehingga membuat dia terperanjat dan bangun dari tempat tidur.
Dia adalah seorang pendidik, tepatnya seorang guru SD yang ditugaskan di daerah terpencil. Pak Trimo namanya. Dia tinggal sebatangkara di sebuah rumah yang sangat sederhana, istrinya meninggal dunia saat melahirkan putra mereka. Anak adalah segalanya baginya. Namun, Ketika dia mulai bekerja sebagai guru, putranya meninggal. Dengan kepergian putranya ke hadapan Illahi telah membuat dia putus asa, namun anak didiknya yang selalu menjadi penyemangat dalam menjalankan kehidupan.
Dia melakukan kegiatan sehari-hari, dari membersihkan rumah, mencuci pakaian, bahkan memasakpun dia lakukan sendiri. Tempat tugas yang lokasinya jauh dari pusat kota berjarak kurang lebih 30 Km. Untuk mencapai ke tempat itu perlu 1,5 sampai 2 jam perjalanan dengan medan jalan yang tidak begitu bagus bahkan berbahaya apalagi saat musim hujan seperti sekarang ini.
Setelah sholat subuh, dia harus bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Setiap pagi dia berangkat menggunakan motor tuanya untuk melalui jalan yang penuh rintangan untuk sampai ke sekolah tempat dia bekerja. Saat dia mengajar, dia mengalami banyak suka dan duka, tetapi dia menjalaninya dengan kesabaran dan ketulusan.
Jam menunjukkan pukul 05.30, deru mesin sepeda motor tuanya telah memacu semangat Pak Trimo untuk pergi ke sekolah demi anak didiknya. Sepanjang perjalanan Pak Trimo disambut oleh kicau burung dan goyangan pohon pinus serta suara gemericik air sungai Cilaca yang mengalir deras. Dia pun berangkat dengan penuh sukacita, jalan licin dan bergelombang yang dilintasi tak dihiraukannya. Sepeda motornya melaju dengan cukup kencang. Kabut yang tebal
menghalangi pandangannya, sehingga lubang di depannya tidak terlihat. Tiba-tiba bruuuk…! Sepeda motor oleng ke kiri dan jatuh menimpa dirinya.
“Aww… sakit” gumamnya sambil meringis.
Pak Trimo bangkit tertatih-tatih untuk mendirikan sepeda motor yang jatuh rebah di pinggir jalan, tanpa sadar dia menunduk dan mendapati sepatunya sobek, kotor berlumpur dan tangannya terluka. Untung lukanya tidak terlalu parah, sehingga Pak Trimo bisa melanjutkan perjalanannya ke sekolah.
Tiba di sekolah anak-anak sudah menyambutnya di depan gerbang. “Horeee.. Pak Guru sudah datang” teriak Damar kepada temannya.
Kemudian mereka mengikuti motor Pak Trimo yang kotor penuh lumpur ke tempat parkir.
“Assalamualaikum Pak” sapa Damar dan teman-temannya sambil mencium tangan Pak Trimo secara bergantian.
“Waalaikumsalam” jawab Pak Trimo sambil meringis menahan rasa sakit, namun dengan melihat wajah ceria anak-anak itulah yang mengobati dan membuatnya kuat untuk selalu datang ke sekolah ini.
“Kenapa tangannya pak?” Tanya Robi
Sontak semua mata tertuju pada tangan Pak Trimo yang terluka
“Iya pak, kenapa pak? Kenapa pak?” Tanya anak-anak yang lain serentak “Oh, tadi Pak Guru jatuh di tanjakan Sukapacet” jawab Pak Trimo “Kasian Pak Guru, lain kali hati-hati ya?” kata Robi
“Wokeh…! Rob” timpal Pak Trimo. “Pak Guru gaul euuy…” sahut Robi
Pak Trimo tersenyum simpul mendengar ucapan Robi.
Hal ini sering terjadi karena akses menuju sekolah menjadi licin sehingga sangat sulit untuk dilalui dengan kendaraan bermotor dan membutuhkan kewaspadaan ekstra. Mengajar di pelosok yang jauh dari keramaian memang tidak mudah, diperlukan kegigihan untuk menghadapi setiap tantangan.
Dengan situasi seperti itu, rekan-rekan Pak Trimo sangat sulit untuk menerima bahwa mereka harus menjalankan tugas di SD yang terpencil. Namun, Pak Trimo menerima bahwa dimanapun dia ditempatkan, yang terpenting dia bisa mengabdi untuk mencerdaskan anak didiknya. Tidak jarang anak didik Pak Trimo
menjadi juara dalam lomba-lomba yang diadakan di tingkat Kecamatan maupun tingkat Kabupaten.
“Tet… Tet… Tet…”, bel sekolah berbunyi, anak-anak langsung berhamburan ke teras dan berbaris rapi. Salah satu dari mereka memimpin barisan, kemudian pemimpinnya mengajukan pertanyaan berupa pengetahuan dan yang bisa menjawab dipersilahkan untuk masuk ke ruang kelas dengan terlebih dahulu bersalaman dengan Pak Trimo kemudian menuju tempat duduknya masing-masing.
Setelah semua anak duduk, Pak Trimo memulai pembelajaran. “Assalamualaikum Warahmatullohi Wabarakatuh” ucap Pak Trimo
“Waalamualaikumsalam Warahmatulloh Wabarakatuh” jawab anak-anak serentak
“Selamat pagi anak-anak” sapa Pak Trimo “Selamat pagi Pak Guru” jawab anak-anak
“Bagaimana kabar kalian hari ini?” Tanya pak Trimo “Baik Pak Guru.” jawab anak-anak
“Sebelum memulai pembelajaran, sebaiknya kita berdoa terlebih dahulu. Damar, silahkan pimpin doa!” perintah Pak Trimo kepada Damar
“Berdoa, mulai!” pimpin Damar
Untuk beberapa saat mereka menengadahkan tangan dan menundukkan kepala seraya membaca doa supaya pembelajaran hari ini berjalan lancar, mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk bekal mereka di masa yang akan datang.
“Berdoa selesai!” ucap Damar
“Siapa yang tidak hadir hari ini?” Tanya Pak Trimo “Tidak ada Pak Guru, semua anak hadir.” Jawab Robi
“Bagus anak-anak, kalian memang anak yang rajin, kalian harus pertahankan kehadirannya ya?” ucap Pak Trimo
“ Iya Pak Guru.” Jawab mereka serentak
“Anak-anak, minggu lalu kita sudah membahas mengenai perubahan energi, apakah kalian masih ingat?”
Beberapa anak menjawab “Ingat pak guru”
“Jika kalian masih ingat, pasti kalian bisa menjawab pertanyaan dari bapak. Kenapa lampu bisa menyala?”
Damar langsung mengangkat tangannya dan berkata, “Saya Pak Guru” “Ayo Damar silahkan jawab!” perintah Pak Trimo
“Karena adanya listrik Pak Guru.” Jawab Damar “Apakah ada yang memiliki jawaban yang berbeda?” Robi mengangkat tangannya dan berkata “Saya pak guru”
Sambil tersenyum Pak Trimo berkata “Ya silakan sampaikan jawabanmu Rob!” “Karena adanya energi listrik yang dirubah menjadi energi cahaya oleh lampu,
Pak Guru.” Jawab Robi dengan jelas
“Jawaban dari Damar dan Robi benar, lampu bisa menyala karena adanya energi listrik. Energi listrik tersebut dirubah menjadi energi cahaya oleh lampu. Ini merupakan salah satu contoh dari perubahan energi. Adakah yang bisa memberi contoh perubahan energi yang lain?”
Pembelajaran berlangsung sangat menarik. Pak Trimo semangat menjelaskan materi tentang perubahan energi melalui layar proyektor. Anak-anak antusias untuk memahami materi tersebut. Tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang sangat keras “dooor…” bersamaan dengan matinya lampu dan proyektor yang sedang menayangkan materi pelajaran.
“Aaawww…Suara apa itu Pak Guru” Tanya anak-anak serempak
“Itu bunyi trafo listrik yang meledak lagi, karena terjadi konsleting listrik” timpal Pak Trimo
“Kok bisa terjadi seperti itu Pak?” tanya Damar
“Mungkin kabel listrik bergesekan dengan ranting atau daun yang tertiup angin” jawab Pak Trimo
Wajah anak menunjukan raut kecewa, sehingga situasi kelas yang tadinya riuh berubah menjadi hening.
“Teng…teng…teng…” sudah terdengar bunyi lonceng yang menandakan pulang. Pelajaran hari ini membuat kesal karena ketika anak-anak sibuk mendengarkan dan melihat tayangan video tentang perubahan energi, langsung buyar karena listrik padam. Setelah selesai berdoa dan bersalaman dengan Pak Trimo, mereka pulang menuju rumahnya masing-masing.
Pak Trimo mengemasi buku dan perangkat pembelajarannya kemudian menggendong tas berisi laptop dan menjinjing proyektor menuju ruang guru. Di sana ada Kepala Sekolah sedang menikmati singkong goreng. Singkongnya diambil dari kebun belakang sekolah. Kebetulan ada lahan kosong, daripada penuh dengan semak belukar lebih baik ditanami singkong dan kacang tanah. Hasilnya bisa dinikmati bersama. Saat panen singkong, anak-anak kelas empat sampai kelas enam membawa cangkul. Hasilnya diolah menjadi keripik, getuk atau langsung digoreng saja seperti yang sedang dinikmati bapak kepala sekolah saat ini.
“Singkong goreng Pak Mo.” Ucap bapak kepala sekolah sambil menyodorkan sepiring singkong goreng
“Nggih pak.” Jawab Pak Trimo
“Pak Mo, saya mendengar kabar bahwa kegiatan sekolah akan dihentikan sementara karena meningkatnya jumlah korban virus corona.” Kepala Sekolah berkata untuk membuka percakapan.
“Astagfirulloh, kalau sekolah diliburkan, bagaimana anak-anak belajar?” Tanya Pak Trimo
“Online melalui aplikasi WhatsApp, Google atau apapun yang penting kegiatan belajar mengajar bisa dilakukan walaupun tidak secara langsung.” Terang kepala sekolah.
Setelah selesai makan singkong Pak Trimo berpamitan pulang. Jam menunjukkan pukul 14.15. Kalau pulang lebih dari jam 14.30 dikhawatirkan tidak bisa melewati jalan karena turun kabut tebal yang menghalangi pandangan. Pak Trimo bergegas menuju tempat parkir, menyalakan sepeda motor dan pulang ke rumahnya.
* * *
Ternyata percakapan tempo hari dengan bapak kepala sekolah terbukti. Surat edaran Mendikbud tentang Pembelajaran secara daring dan Bekerja dari Rumah (BDR) dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19 sudah diberlakukan. Sejumlah sekolah dan perguruan tinggi menghentikan kegiatan belajar mengajar dalam kelas untuk mencegah penyebaran virus Corona. Mas
Menteri, Nadiem Makarim meminta lembaga pendidikan tersebut menerapkan pembelajaran secara daring.
Damar seharusnya memakai baju merah putih pagi ini. Bukan hanya Damar, tapi semua anak yang masih mengenyam pendidikan formal di semua jenjang. Akibat pandemi covid 19 anak-anak sekolah di seluruh penjuru negeri mengalami hal yang sama. Hasrat untuk bersekolah masih sebatas mimpi, karena kurva perkembangan covid belum menurun, bahkan dengan munculnya varian Delta makin banyak orang yang terpapar dan akhirnya meninggal dunia.
“Nak, buku dan alat tulisnya sudah disiapkan belum?” pertanyaan ibu mengejutkan Damar
“Hari ini belum ada pelajaran, bu. Kemarin Damar ke rumah Robi, menanyakan hal itu, tapi kata Robi masih belajar online bu”
Belajar online bagi Damar adalah masalah tersendiri. Soal gadget, Damar tidak punya handphone sebagai sarana untuk belajar. Dia sadar akan kondisi ekonomi keluarganya. Damar tidak mungkin memaksakan sesuatu yang di luar kemampuan ibunya. Tapi selama ini, tugas daring yang diberikan Pak Trimo bisa dikerjakan dengan baik. Damar akan mencatat tugas daring di bukunya, kemudian menyetorkan tugas tersebut secara langsung ke sekolah. Lewat kebaikan Robi, Damar bisa belajar secara online.
Damar menanyakan tugas kepada Robi setiap hari. Bila mengalami kesulitan, Damar akan bertanya langsung kepada Pak Trimo di sekolah. Dialah yang selalu membesarkan hati Damar.
“Damar, bila ada kesulitan silakan belajar langsung dengan Pak Guru. Tidak perlu berkecil hati meski belum punya HP, justru buktikan kemampuanmu kepada teman-teman dan Ibumu ya?”
“Iya Pak Guru.” Jawab Damar
* * *
Dimasa pandemi Covid 19, Pak Trimo menghadapi banyak kendala terutama dalam melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau sering disebut daring. Karena wilayah pegunungan, untuk mendapat sinyal internet itu sangat sulit bahkan sering terjadi listrik padam akibat kabel-kabel listrik bergesekan dengan ranting pohon.
Untuk menjaga listrik tetap menyala, Pak Trimo dan masyarakat secara mandiri membangun kincir air untuk menghasilkan listrik. Selain mudah dibuat, bahan-bahan yang diperlukan juga tersedia, diantaranya kayu, dinamo, kawat dan kabel. Kincir yang terbuat dari kayu jati ini dipasang di saluran air sungai yang telah dialihkan melalui saluran air lain yang posisinya lebih tinggi dari sungai induk, supaya tekanan air yang dihasilkan lebih kuat untuk memutar kincir air sehingga listrik yang dihasilkan stabil.
Berkat gagasan Pak Trimo dan dukungan kepala sekolah serta masyarakat, pembuatan kincir air terlaksana. Energi listrik yang dihasilkan mampu menerangi sekolah, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan lancar. Bahkan aliran listrik juga dapat digunakan untuk menghidupkan televisi, radio, serta peralatan listrik lainnya. Pak Trimo dan guru yang lain tidak perlu khawatir lagi dengan adanya listrik padam pada saat pembelajaran daring sedang berlangsung.
* * *
Di daerah tempat Pak Trimo mengajar juga sangat sulit mendapatkan sinyal internet. Kita harus mencari ke tempat yang lebih tinggi atau ke tempat- tempat tertentu, itupun hanya bisa digunakan untuk menelpon saja. Untuk online atau mengirim WhatsApp sangat sulit. Selain itu juga banyak siswa yang tidak punya handphone android sebagai sarana untuk belajar jarak jauh. Hal itu merupakan kendala terbesar yang dihadapi Pak Trimo. Dia memutar otaknya untuk mencari cara agar pembelajaran terus berjalan dan anak-anak tetap sehat terhindar dari virus corona.
Pak Trimo menyampaikan gagasan kepada Kepala Sekolah untuk mengatasi masalah sinyal internet dan keterbatasan perangkat pembelajaran jarak jauh.
“Pak mohon maaf, saya merasa prihatin dengan adanya belajar daring. Kendala yang saya rasakan adalah siswa kita tidak semuanya memiliki ponsel android, sinyal internet tidak merata, orang tua mengeluh karena biaya untuk membeli kuota semakin besar, serta pembelajaran kurang efektif. Bagaimana kalau sekolah kita membuat stasiun TV lokal untuk menunjang pembelajaran jarak jauh” Pak Trimo menjelaskan
“Ide yang bagus Pak Mo, Bagaimana cara membuat dan pendanaannya Pak?” timpal Kepala Sekolah
“Untuk pembuatan stasiun TV lokal kita manfaatkan alat-alat bekas radio komunitas, kita modifikasi, lalu sambungkan dengan laptop. Untuk pendanaan bisa dari BOS atau sumbangan komite sekolah. Bagaimana menurut Bapak?” Pak Trimo menjelaskan
“Alangkah baiknya kita musyawarah dulu dengan teman guru dan pihak komite sekolah” jawab Kepala Sekolah
“Baik Pak, kita adakan rapat besok supaya rencana ini segera terealisasi” jawab Pak Trimo bersemangat.
* * *
Ide membuat stasiun TV lokal disambut baik oleh guru dan komite sekolah. Semua saling bahu membahu dengan penuh semangat, bekerja tanpa lelah demi terwujudnya ide brilian Pak Trimo. Mereka berbagi tugas untuk membantu Pak Trimo merakit peralatan elektronik, ada yang mencari bambu untuk tiang antena, membersihkan ruangan untuk dijadikan studio TV, dan ibu- ibu guru bersibuk ria memasak di dapur sekolah.
Berbekal pengalaman waktu di SMK dulu Pak Trimo masuk jurusan elektronik. Ilmu yang di dapatkan dia terapkan untuk merancang komponen pemancar TV. Ada 8 komponen yang dibutuhkan untuk membuat pemancar stasiun TV, yaitu; laptop sebagai input, modular UHF Skyview AV04, Booster CATV, Booster RF, Power Supply, Box Amplyfiernya, Kabel 15 meter, dan antena Dipole. Komponen tersebut, ada yang dibeli secara online dan ada yang bekas pakai kemudian di modifikasi. Pengadaan komponen tersebut menghabiskan biaya sekitar tiga juta rupiah.
Langkah pertama Pak Trimo memodifikasi Booster RF yang merupakan bekas tower BTS. Guru yang lain memasang antenna dan kabel pada bambu yang ditautkan ke pohon di depan ruang guru. Kabel disambungkan pada booster CATV, modular UHF dan merakit komponen lainnya. Setelah selesai merakit komponen, Pak Trimo mencari frekuensi yang kosong di canal UHF. Akhirnya ditemukan frekuensi yang kosong, sehingga tampillah tayangan TV lokal
sekolahnya. Dalam waktu 3 hari, stasiun TV lokal akhirnya berdiri dan dapat dioperasikan.
* * *
“Nak, cepat mandinya, belajar di TV mau mulai tuh!” teriak ibu “Iya bu sebentar lagi.” Sahut Damar dari kamar mandi
Selesai mandi, Damar bergegas memakai pakaian yang rapih, menyiapkan alat tulis lalu menyalakan TV. Jadwal pembelajaran untuk kelas 6 segera dimulai. TV menyala sedang menayangkan lagu wajib Garuda Pancasila di baris terakhir. “... Pribadi bangsaku ayo maju maju, ayo maju maju, ayo maju maju.” Suara lirih Damar ikut bernyanyi.
“Assalaamualaikum anak-anak, selamat pagi salam sehat selalu!” sapa Pak Trimo “Waalaikumsalam, pagi juga pak guru.” Jawab Damar
“Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga semuanya ada dalam keadaan sehat ya?” harap Pak Trimo
“Pembelajaran hari ini tentang adaptasi tumbuhan terhadap lingkungannya. Silakan disimak baik-baik ya?”
Pak Trimo menampilkan materi dari powerpoint. Damar menyimak dengan saksama penjelasan Pak Trimo di setiap slidenya. Begitupun anak didiknya yang lain menyimak di rumahnya masing-masing.
“Setelah kalian menyimak penjelasan dari pak guru, silakan tulis soal yang ada dalam tayangan berikut ini!”
Damar mencatat soal yang tampil di layar TV. Sejumlah 10 butir soal telah selesai ditulis oleh Damar. Tugas ini akan dikumpulkan ke sekolah minggu depan secara luring dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
“Pembelajaran selesai, besok belajar secara berkelompok. Silakan bergabung dengan kelompok belajarnya masing-masing. Pak guru akan menayangkan video tentang tumbuhan teratai dan mengadakan kuis ya? Baik anak-anak, kita tutup pembelajaran hari ini dengan ucapan hamdallah.” Kata Pak Trimo
“Alhamdulillahirobbil alamin.” Ucap Damar
“Sekian dari pak guru, selamat siang dan salam sehat selalu. Wassalaamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.” Pamit Pak Trimo dari layar TV.
“Waalaikumsalam, pak guru” jawab Damar
Klik… Damar mematikan tombol power TV kemudian membereskan alat tulisnya.
Berkat inovasi yang digagas Pak Trimo, proses pembelajaran daring bisa lebih bervariasi dengan menuangkan materi-materi pada kurikulum dalam bentuk powerpoint, video pembelajaran dan kuis-kuis yang berguna untuk menstimulus anak-anak supaya lebih semangat dalam belajar.
Dengan terealisasinya gagasan cemerlang Pak Trimo, akhirnya permasalahan-permasalahan yang dihadapi dapat terselesaikan. Kegiatan belajar mengajar secara daring dapat terlaksana dengan baik, aman, dan nyaman, sehingga tidak ada lagi kekhawatiran adanya siswa yang terpapar covid 19. Keterbatasan yang dimiliki bukan alasan untuk tidak berkontribusi, tetapi jadi titik awal untuk berinovasi.
Read More »