"The true sign of intelligence is not knowledge but imagination..... Tanda sejati dari kecerdasan adalah bukan pengetahuan tapi imajinasi" by Albert Einstein

1
MODUL 1
KONSEP DASAR INOVASI PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
Modul ini merupakan landasan penting bagi Anda untuk mempelajari
inovasi pendidikan. Anda tentu telah memahami bahwa kemajuan dan perubahan
kehidupan sosial yang serba cepat ini merupakan tantangan dan atau masalah
dalam pendidikan. Bagaimana kita harus menyiapkan bahkan mampu
mengembangkan anak didik agar mereka mampu menghadapi kehidupan modern
ini?. Bagaimana kurikulum sekolah harus disusun agar rekevan dengan tantangan
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan?. Bagaimana mendayagunakan fasilitas
peralatan teknologi untuk mengefektifkan proses belajar?. Metodologi apa yang
tepat digunakan sesuai dengan perubahan pola kehidupan dewasa ini?. Masih
banyak lagi permasalahan dalam bidang pendidikan yang tidak akan pernah habis
karena tantangan kehidupan yang selalu berubah dan berkembang.
Dalam modul ini, Anda akan mempelajari konsep dasar inovasi
pendidikan. Dengan memahami inovasi pendidikan, Anda diharapkan dapat
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan perbedaan pengertian antara diskoveri, invensi, dan
inovasi.
2. Dapat menjelaskan kaitan antara inovasi dan modernisasi.
3. Dapat menjelaskan pengertian inovasi pendidikan.
2
Kemampuan tersebut sangat penting bagi Anda untuk mengembangkan wawasan
dan pemahaman tentang inovasi pendidikan, yang dapat menjadi bahan analisis
Anda.
Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini, ikuti
petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda
memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata
yang Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam
daftar kata-kata sulit modul ini atau dalam kamus yang ada.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman
sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor
Anda.
4. Terapkan pengertian-pengertian inovasi pendidikan secara imajiner (dalam
pikiran) dan dalam situasi terbatas melalui simulasi sejawat (peer-group
simulation) pada saat tutorial.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi
dalam kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial.
3
URAIAN MATERI
Kata ”innovation” (bahasa Inggris) sering diterjemahkan segala hal yang
baru atau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972), tetapi ada yang menjadikan kata
innovation menjadi kata Indonesia yaitu ”inovasi”. Inovasi kadang-kadang juga
dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan.
Kata penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa
Inggris ”discovery” dan ”invention”. Ada juga yang mengkaitkan antara
pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya membicarakan usaha
pembaharuan.
Untuk memperluas wawasan serta memperjelas pengertian inovasi
pendidikan, maka perlu dibicarakan dulu tentang pengertian discovery, invention,
innovation, dan modernisasi sebelum membicarakan tentang pengertian inovasi
pendidikan
A. Pengertian Discovery, Invention, dan Innovation
”Discovery”, ”invention”, dan ”innovation” dapat diartikan dalam bahasa
Indonesia ”penemuan”, maksudnya ketiga kata tersebut mengandung arti
ditemukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada
lama kemudian baru diketahui atau memang benar-benar baru dalam arti
sebelumnya tidak ada. Demikian pula mungkin hal yang baru itu diadakan dengan
maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Inovasi dapat menggunakan diskoveri
4
atau invensi. Untuk jelasnya marilah kita bicarakan ketiga pengertian tersebut satu
persatu.
Diskoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya
benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang.
Misalnya penemuan benua Amerika. Sebenarnya benua Amerika itu sudah lama
ada, tetapi baru ditemukan oleh Columbus pada tahun 1492, maka dikatakan
Columbus menemukan benua Amerika, artinya orang Eropa yang pertama
menjumpai benua Amerika.
Invensi (invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru,
artinya hasil kreasi manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benar-benar
sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Misalnya
penemuan teori belajar, teori pendidikan, teknik pembuatan barang dari plastik,
mode pakaian, dan sebagainya. Tentu saja munculnya ide atau kreativitas
berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, dari hal-hal yang sudah ada, tetapi
wujud yang ditemukannya benar-benar baru.
Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang
dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun
diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk
memecahkan suatu masalah tertentu.
5
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang pengertian inovasi
dan juga guna memperluas wawasan perhatian, beberapa definisi inovasi yang
dibuat para ahli dikemukakan di bawah ini:
1. An innovation is an idea for accomplishing some recognition social and in a
new way or for a means of accomplishing some social (Donald P. Ely 1982,
Seminar on Educational Change).
2. An innovation is any idea, practice, or mate artifact perceived to be new by
the relevant unit of adopt. The innovation is the change object. A change is
the altera in the structure of a system that requires or could be required
relearning on the part of the actor (s) in response to a situation. The
requirements of the situation often involve a res to a new requirement is an
inventive process producing an invention. However, all innovations, since not
everything an individual or formal or informal group adopt is perceived as
new. (Zaltman, Duncan, 1977:12)
3. The term innovation is usually employed in three different contexts. In one
context it is synonymeus with invention; that is, it refers to a creative process
whereby two or more existing concepts or entities are combined in some novel
way to produce a configuration not previously known by the person involved.
A person or organization performing this type of activity is usually said to be
innovative. Most of the literature on creativity treats the term innovation in
this fashion. (Zaltman, Duncan, Holbek, 1973:7)
6
4. Innovation is ….. the creative selection, organization and utilization of human
and material resources in new and unique ways which will result in the
attainment of a higher level of achievement for the defined goals and
objectives. (Huberman, 1973:5)
5. Innovation is a species of the genus “change”. Generally speaking it seems
useful to define an innovation as a deliberate, novel, specific change, which is
thought to be more efficacious in accomplishing the goal of system. From the
point of view of this book (innovation in education), it seem helpful to
consider innovations as being willed and planned for rather than as accruing
haphazardly. (Matthew B. Miles, 1964:14).
6. An innovation is an idea, practice, or object that is perceived as new by an
individual or other unit of adoption. It matters little, so far as human behavior
is concerned, whether or not an idea is “objectively” new as measured by the
lapse of time since its first use or discovery. The perceived newness of the
idea for the individual determines his or her reaction to it. If the idea seems
new to the individual, it is an innovation. (M. Rogers, 1983:11).
Dari beberapa definisi inovasi yang dibuat para ahli tersebut, dapat
diketahui bahwa tidak terjadi perbedaan yang mendasar tentang pengertian
inovasi antara satu dengan yang lain. Jika terjadi ketidaksamaan hanya dalam
susunan kalimat atau penekanan maksud, tetapi pada dasarnya pengertiannya
sama. Semua definisi tersebut menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, hal-hal
yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia, yang diamati atau
7
dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau kelompok orang
(masyarakat). Hal yang baru itu dapat berupa hasil invensi atau diskoveri, yang
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah.
B. Inovasi dan Modernisasi
Pada waktu membicarakan inovasi sering orang mengajukan pertanyaan
tentang modernisasi, karena antara keduanya tampak persamaan yaitu keduaduanya
merupakan perubahan sosial. Agar dapat mengetahui apa perbedaan dan
juga kaitan antara inovasi dan modernisasi, perlu dipahami apa inovasi dan apa
modernisasi, baru kemudian dicari kaitan antara keduanya. Inovasi telah
dibicarakan maka sekarang dibicarakan modernisasi.
Istilah (term) “modern” mempunyai berbagai macam arti dan juga
mengandung berbagai macam tambahan arti (connotations). Istilah moden ini
digunakan tidak hanya untuk orang-orang tetapi juga untuk bangsa, sistem politik,
ekonomi lembaga seperti rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, perumahan,
pakaian, serta bebagai macam kebiasaan. Pada umumnya kata modern digunakan
untuk menunjukkan terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik, lebih maju
dalam arti lebih menyenangkan, lebih meningkatkan kesejahteraan hidup. Dengan
cara baru (modern) sesuatu akan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
Misalnya dalam perkembangan transportasi, karena kuda lebih modern daripada
gerobak yang ditarik orang, tetapi mobil lebih modern daripada kereta kuda,
pesawat lebih modern daripada mobil. Jadi “modern” dari satu segi dapat
8
diartikan sesuatu yang baru dalam arti lebih maju atau lebih baik daripada yang
sudah ada. Baik dalam arti lebih memberikan kesejahteraan atau kesenangan bagi
kehidupan.
Eissentadt menjelaskan bahwa menurut sejarahnya modernisasi adalah
proses perubahan sistem sosial, ekonomi, dan politik, yang telah berkembang di
Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke 17 sampai abad ke 19, dan kemudian
telah berkembang pula di berbagai Negara di Eropa. Dalam abad ke 19 dan 20
berkembang pula ke Amerika Selatan, Asia, dan Afrika. Proses perkembangan
atau perubahan itu berlangsung secara bertahap, dan tidak semua masyarakat
berkembang dalam tahap urutan yang sama. Jadi modernisasi pada dasarnya
merupakan proses perkembangan, secara kebetulan Eropa Barat dan Amerika
Utara telah berkembang lebih dahulu, dan sekarang bangsa dari dunia ketiga
sedang berjuang untuk menyamakan diri mencapai status kehidupan modern.
Dengan kata lain modernisasi adalah bekerja sama dengan dunia dengan maksud
agar dapat meningkatkan hal-hal yang esensial dalam kehidupan, walaupun
mungkin juga terjadi kekacauan atau perpecahan. (M. Francais Abraham, 1980:4).
Agar lebih jelas dan lebih luas wawasan serta pemahaman kita tentang
pengertian, batasan atau definisi modernisasi, perhatikan beberapa definisi atau
pengertian modernisasi yang dikemukakan para ahli berikut ini.
1. Moore. What is involved in modernization is a “total transformation of a
traditional or pre-modern society into the types of technology and associated
social organization that characterize the “advanced” economically
9
prosperous, and relatively politically stableations of the western world. But
what exactly does (or should) modernization mean?. Unquestionably, the
people of the third world nations tend to know very well that people in
industrialized societies have a higher standard of living, and they tend to want
better services (such as education, and medical care) and more material
wealth. Unquestionably, too, the masses and the leaders in these countries
want political and economic equality with the other nations of the world.
(Donald P Ely, 1982, Seminar on Educational Change)
2. Everett Rogers. Modernization in the process by which individuals change
from a traditional way of life to a more complex, technologically advanced,
and rapidly changing style of life. (Francis Abraham, 1980:5).
3. Black. Modernization is the process by which historically evolved institutions
are adapted to the rapidly change functions that reflect the unprecedented
increase in man’s knowledge, permitting control over his environment, that
accompanied the scientific revolution (Francis Abraham, 1980:5).
4. Lerner. Modernization is simply “ a secular trend unilateral direction from
traditional to participant life ways”. (Francis Abraham, 1980:5)
5. Marion Levy, takes “the measure of modernization the rational inanimate to
animate source of power. The higher that ratio, higher is the degree of
modernization”. (Francis Abraham, 1980:5)
6. And Chodak identifies three types of modernization, named (1) Industrial
modernization which arises out of the necessity, (2) Acculturative
10
modernization which is the creation of semi-developmental, buffer culture,
which result from the super-position of the foreign culture on the traditional
culture; (3) Induced modernization which consists of organized effort aimed at
infrastructure building and planned socio-economy development. (Francis
Abraham, 1980:5)
7. Inkeles, described modernity in terms of a number of psychological variables
that constitute a kind of mentality characteristic the typical modern man
(Francis Abraham, 1980:5)
Dari beberapa definisi atau pendapat tentang modernisasi yang
dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa semuanya
sependapat modernisasi adalah proses perubahan sosial dari masyarakat
tradisional (yang belum modern) ke masyarakat yang lebih maju (masyarakat
industri yang sudah modern). Di antara tanda-tanda masyarakat yang sudah maju
(modern) ialah bidang ekonomi telah makmur, bidang politik sudah stabil,
terpenuhi pelayanan kebutuhan pendidikan dan kesehatan.
Perbedaan rumusan definisi modernisasi antara para ahli tersebut hanya
perbedaan penekanan. Ada yang menekankan pada perubahan sosial secara
menyeluruh, seperti yang dikemukakan More, Black, and Chodak, mereka ini
mengartikan modernisasi sebagai proses perubahan kehidupan masyarakat.
Sedangkan Rogers, Lerner, dan Inkeles menekankan pada perubahan pribadi
(individu), artinya perubahan individu dari gaya atau pola hidup tradisional ke
gaya atau pola hidup modern. Perubahan sikap, sifat atau gaya hidup individu
11
terjadi sebagai akibat terjadinya perubahan kehidupan masyarakat yakni dari
masyarakat tradisional ke masyarakat yang sudah maju (industri).
Inkeles mengemukakan secara detail tentang ciri-ciri manusia modern,
berdasarkan penelitiannya pada masyarakat yang industrinya sudah maju. Antara
lain ia mengemukakan bahwa ada 12 aspek yang menjadi tanda (karakteristik)
manusia modern yaitu:
1. Bersikap terbuka trehadap pengalaman baru, artinya jika menghadapi
tawaran atau ajakan hal-hal yang baru yang lebih menguntungkan untuk
kehidupannya akan selalu mau memikirkan dan kemudian mau menerimanya,
tidak menutup diri terhadap perubahan.
2. Selalu siap menghadapi perubahan sosial, artinya siap untuk menerima
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, misalnya partisipasi
dalam bidang politik, peningkatan kesempatan kerja bagi wanita, perpindahan
penduduk, pergaulan atau hubungan orang tua dengan pemuda dan
sebagainya. Manusia modern siap untuk memahami perubahan yang terjadi di
sekitarnya.
3. Berpandangan yang luas, artinya pendapat-pendapatnya tidak hanya
berdasarkan apa yang ada pada dirinya, tetapi mau menerima pendapat yang
datang dari luar dirinya serta dapat memahami adanya perbedaan pandangan
dengan orang lain. Ia dapat memahami sikap orang lain yang berbeda dengan
dirinya.
12
4. Mempunyai dorongan ingin tahu yang kuat. Manusia modern akan selalu
berusaha memperoleh informasi tentang apa yang terjadi di lingkungannya
dan juga informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan kehidupannya.
5. Manusia modern lebih berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan
datang daripada masa yang lampau. Manusia modern tidak hanya akan
mengenang kejayaan atau kegagalan masa lalu, tetapi lebih aktif untuk berfikir
bagaimana masa sekarang dan yang datang.
6. Manusia modern berorientasi dan juga percaya pada perencanaan baik
jangka panjang maupun jangka pendek. Kehidupan manusia moden selalu
direncanakan sebelumnya melalui perencanaan jangka pendek maupun jangka
panjang.
7. Manusia modern lebih percaya pada hasil perhitungan manusia dan
pemikiran manusia daripada takdir atau pembawaan. Ia percaya bahwa
manusia dapat mengontrol kejadian di sekitarnya.
8. Manusia modern menghargai ketrampilan teknik dan juga menggunakannya
sebagai dasar pemberian imbalan.
9. Wawasan pendidikan dan pekerjaan. Manusia modern memiliki wawasan
yang lebih maju tentang pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan di sekolah
formal lebih ditekankan untuk menguasai ketrampilan membaca, menulis dan
berhitung daripada untuk melaksanakan pendidikan agama atau moral, karena
ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan dapat dipakai untuk memecahkan
masalah kehidupan. Demikian pula manusia modern akan memiliki pekerjaan
13
yang dapat memberi keuntungan walaupun mungkin melanggar sangsi
kepercayaan tradisional.
10. Manusia modern menyadari dan menghargai kemuliaan orang lain terutama
orang yang lemah seperti wanita, anak-anak, dan bawahannya.
11. Memahami perlunya produksi. Manusia modern dalam mengambil keputusan
akan mempertimbangkan juga sejauh mana dampak terhadap hasil produksi
dari suatu industri (ia sebagai pegawai perusahaan ikut menyadari akan
kepentingan perusahaan).
Berdasarkan uraian tersebut kini tiba saatnya untuk membicarakan kaitan
antara inovasi dan modernisasi. Inovasi dan modernisasi keduanya merupakan
perubahan sosial, perbedaannya hanya pada penekanan ciri dari perubahan itu.
Inovasi menekankan pada ciri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang
baru bagi individu atau masyarakat sedangkan modernisasi menekankan pada
adanya proses perubahan dari tradisional ke modern, atau dari yang belum maju
ke yang sudah maju. Jadi dapat disimpulkan bahwa diterimanya suatu inovasi
sebagai tanda adanya modernisasi. Misalnya untuk meningkatkan kesejahteraan
perlu diadakan transmigrasi. Transmigrasi merupakan hal yang baru bagi
masyarakat, maka transmigrasi adalah suatu inovasi. Masyarakat yang sudah mau
menerima ide transmigrasi dan mau melaksanakan transmigrasi berarti sudah
memenuhi ciri masyarakat modern yang siap menghadapi perubahan dan
meninggalkan pola pikir tradisi yang bersemboyan (bahasa Jawa) ”mangan ora
14
mangan yen kumi” artinya meskipun tidak makan asal tetap berkumpul dengan
sesama saudara.
C. Pengertian Inovasi Pendidikan
Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi
untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi pendidikan ialah suatu ide,
barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang
atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri,
yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan
masalah pendidikan.
Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup halhal
yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam
arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem
dalam arti yang luas misalnya sistem pendidikan nasional. Mattew B. Miller
menjelaskan pengertian inovasi pendidikan sebagai berikut: ”To give more
concreteness the universe called ”educational innovations” some samples are
described billow. They are organized according to the aspect of a social system
which they appear to be most clearly associated. In most cases social system
involved should be taken to be that of a school or cell although some innovations
take place within the context of many larger systems.”
Berikut ini contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen
pendidikan atau komponen sistem sosial sesuai dengan yang dikemukakan oleh B.
15
Miles, dengan perubahan isi disesuaikan dengan perkembangan pendidikan
dewasa ini.
- Pembinaan personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial
tentu menentukan personal (orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang
sesuai dengan komponen personel misalnya: peningkatan mutu guru, sistem
kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa, dan sebagainya.
- Banyaknya personal dan wilayah kerja. Sistem sosial tentu menjelaskan
tentang berapa jumlah personalia yang terikat dalam sistem serta dimana
wilayah kerjanya. Inovasi pendidikan yang relevan dengan aspek ini
misalnya: berapa ratio guru siswa pada satu sekolah dalam sistem PAMONG
pernah diperkenalkan ini dengan ratio 1 : 200 artinya satu guru dengan 200
siswa). Sekolah Dasar di Amerika satu guru dengan 27 siswa, perubahan
besar wilayah kepenilikan, dan sebagainya.
- Fasilitas fisik. Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan
mendayagunakan berbagai sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan.
Inovasi pendidikan yang sesuai dengan komponen ini misalnya: perubahan
bentuk tempat duduk (satu anak satu kursi dan satu meja), perubahan
pengaturan dinding ruangan (dinding batas antar ruang dibuat yang mudah
dibuka, sehingga pada diperlukan dua ruangan dapat disatukan), perlengkapan
perabot laboratorium bahasa, penggunaan CCTV (TVCT- Televisi Stasiun
Terbatas), dan sebagainya.
16
- Penggunaan waktu. Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan
penggunaan waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya:
pengaturan waktu belajar (semester, catur wulan, pembuatan jadwal pelajaran
yang dapat memberi kesempatan mahasiswa untuk memilih waktu sesuai
dengan keperluannya, dan sebagainya.
- Perumusan tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang
jelas. Inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: perubahan tujuan
tiap jenis sekolah (rumusan tujuan TK, SD disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan tantangan kehidupan), perubahan rumusan tujuan pendidikan
nasional dan sebagainya.
- Prosedur. Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk mencapai
tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan dengan komponen ini misalnya:
penggunaan kurikulum baru, cara membuat persiapan mengajar, pengajaran
individual, pengajaran kelompok, dan sebagainya.
- Peran yang diperlukan. Dalam sistem sosial termasuk sistem pendidikan
diperlukan kejelasan peran yang diperlukan untuk melancarkan jalannya
pencapaian tujuan inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya:
peran guru sebagai pemakai media (maka diperlukan keterampilan
menggunakan berbagai macam media), peran guru sebagai pengelola kegiatan
kelompok, guru sebagai anggota team teaching, dan sebagainya.
- Wawasan dan perasaan. Dalam interaksi sosial biasanya berkembang suatu
wawasan dan perasaan tertentu yang akan menunjang kelancaran pelaksanaan
17
tugas. Kesamaan wawasan dan perasaan dalam melaksanakan tugas untuk
mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan akan mempercepat
tercapainnya tujuan. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya:
wawasan pendidikan seumur hidup, wawasan pendekatan keterampilan
proses, perasaan cinta pada pekerjaan guru, kesediaan berkorban, kesabaran
sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum SD yang
disempurnakan, dan sebagainya.
- Bentuk hubungan antar bagian (mekanisme kerja). Dalam sistem pendidikan
perlu ada kejelasan hubungan antara bagian atau mekanisme kerja antara
bagian dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. Inovasi yang
relevan dengan komponen ini misalnya: diadakan perubahan pembagian tugas
antara seksi di kantor departemen pendidikan dan mekanisme kerja antar
seksi, di perguruan tinggi diadakan perubahan hubungan kerja antara jurusan,
fakultas, dan biro registrasi tentang pengadministrasian nilai mahasiswa, dan
sebagainya.
- Hubungan dengan sistem yang lain. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan
dalam beberapa hal harus berhubungan atau bekerja sama dengan sistem yang
lain. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: dalam pelaksanaan
usaha kesehatan sekolah bekerjasama atau berhubungan dengan Departemen
Kesehatan, data pelaksanaan KKN harus kerjasama dengan Pemerintah
Daerah setempat, dan sebagainya.
18
- Strategi. Yang dimaksud dengan strategi dalam hal ini ialah tahap-tahap
kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan.
Adapun macam dan pola strategi yang digunakan sangat sukar untuk
diklasifikasikan, tetapi secara kronologis biasanya menggunakan pola urutan
sebagai berikut:
1) Desain. Ditemukannya suatu inovasi dengan perencanaan penyebarannya
berdasarkan suatu penelitian dan obeservasi atau hasil penilaian terhadap
pelaksanaan sistem pendidikan yang sudah ada.
2) Kesadaran dan perhatian. Suatu potensi yang sangat menunjang
berhasilnya inovasi ialah adanya kesadaran dan perhatian sasaran inovasi
(baik individu maupun kelompok) akan perlunya inovasi. Berdasarkan
kesadaran itu mereka akan berusaha mencari informasi tentang inovasi.
3) Evaluasi. Para sasaran inovasi mengadakan penilaian terhadap inovasi
tentang kemampuannya untuk mencapai tujuan, tentang kemungkinan
dapat terlaksananya sesuai dengan kondisi situasi, pembiayaannya dan
sebagainya.
4) Percobaan. Para sasaran inovasi mencoba menerapkan inovasi untuk
membuktikan apakah memang benar inovasi yang dinilai baik itu dapat
diterapkan seperti yang diharapkan. Jika ternyata berhasil maka inovasi
akan diterima dan terlaksana dengan sempurna sesuai strategi inovasi yang
telah direncanakan.
19
LATIHAN
Sebagai bahan latihan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut. Lakukanah
melalui diskusi bersama teman Anda agar menjadi lebih mantap dalam memahami
materi tentang Konsep Dasar Inovasi Pendidikan..
1. Jelaskan pengertian tentang discovery?
2. Jelaskan pengertian tentang invention?
3. Jelaskan pengertian tentang innovation?
4. Apa persamaan dan perbedaan pengertian antara discovery, invention, dan
innovation?
5. Jelaskan pula pengertian modernisasi?
6. Apa persamaan dan perbedaan modernisasi dan inovasi?
7. Jelaskan dan berilah contoh pengertian inovasi pendidikan?
PETUNJUK JAWABAN LATIHAN
1. Diskoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda
atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang.
2. Invensi (invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru,
artinya hasil kreasi manusia.
3. Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan
atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok
orang (masyarakat).
20
4. Semua definisi tersebut menyatakan bahwa diskoveri, invensi, dan inovasi
adalah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan
manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang
atau kelompok orang (masyarakat).
5. Modernisasi adalah proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional (yang
belum modern) ke masyarakat yang lebih maju (masyarakat industri yang
sudah modern).
6. Inovasi dan modernisasi keduanya merupakan perubahan sosial, perbedaannya
hanya pada penekanan ciri dari perubahan itu. Inovasi menekankan pada ciri
adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi individu atau
masyarakat sedangkan modernisasi menekankan pada adanya proses
perubahan dari tradisional ke modern, atau dari yang belum maju ke yang
sudah maju.
7. Inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau
diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
Contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan,
diantaranya: pembinaan personalia, banyaknya personal dam wilayah kerja,
fasilitas fisik, penggunaan waktu, perumusan tujuan, prosedur, peran yang
dierplulan, wawasan dan perasaan, bentuk hubungan antar bagian, hubungan
dengan sistem yang lain, dan strategi.
21
RANGKUMAN
Kata inovasi sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan
dan kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang
baru itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk
menterjemahkan kata dari bahasa Inggris ”discovery” dan ”invention”. Ada juga
yang mengkaitkan antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya
membicarakan usaha pembaharuan.
Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup halhal
yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam
arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem
dalam arti yang luas misalnya sistem pendidikan nasional, antara lain: pembinaan
personalia, banyaknya personal dan wilayah kerja, fasilitas fisik, penggunaan
waktu, perumusan tujuan, prosedur, peran yang diperlukan, wawasan dan
perasaan, bentuk hubungan antar bagian, hubungan dengan sistem yang lain, serta
strategi.
TES FORMATIF
Setelah selesai melakukan berbagai kegiatan mempelajari konsep dasar
inovasi pendidikan, jawablah pertanyaan berikut sebagai gambaran sampai
dimana anda menguasai materi tersebut.
Berilah tanda silang (x) pada salah satu alternatif pernyataan berikut ini.
22
1. Suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi manusia merupakan arti
dari:
a. diskoveri
b. invensi
c. inovasi
d. modernisasi
2. Suatu penemuan yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada
hanya belum diketahui orang disebut:
a. diskoveri
b. invensi
c. inovasi
d. modernisasi
3. Penemuan yang diadakan untuk memecahkan masalah dalam mencapai tujuan
tertentu disebut:
a. diskoveri
b. invensi
c. inovasi
d. modernisasi
4. Proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional ke masyarakat maju
disebut:
a. diskoveri
b. invensi
23
c. inovasi
d. modernisasi
5. Merupakan karakteristik manusia modern ialah
a. dorongan kuat ingin tahu
b. bersikap ramah
c. menghargai leluhur
d. menunggu perubahan
6. Contoh inovasi dalam pendidikan:
a. peningkatan mutu guru
b. penggunaan kurikulum tingkat satuan pendidikan
c. pemanfaatan laboratorium bahasa
d. pengajaran kelompok
7. Yang bukan termasuk bentuk inovasi yaitu:
a. ide
b. barang
c. metode
d. tujuan
8. Kaitan antara inovasi dan modernisasi ialah
a. merupkan perubahan sosial
b. penerapan inovasi sebagai tanda terjadinya modernisasi
c. penemuan yang benar-benar baru
d. metode yang dirasakan seseorang atau kelompok
24
9. Sistem pendidikan mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan. Inovasi
pendidikan yang relevan dengan komponen ini yaitu:
a. penggunaan kurikulum baru
b. system kenaikan pangkat
c. pemakaian media pemebeljaran
d. aturan tata tertib siswa
10. Yang tidak termasuk tanda-tanda masyarakat yang modern adalah:
a. ekonomi telah makmur
b. politik stabil
c. terpenuhinya pelayanan pendidikan
d. perubahan ke arah westernisasi
Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif pada bagian
modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar kemudian untuk mengetahui
tingkat penguasaan terhadap modul 1:
Rumusnya:
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat Penguasaan = ------------------------------------- x 100 %
10
Arti tingkatan penguasaan yang anda capai:
90 % - l00 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< - 70 % = kurang
25
Bila anda telah mencapai tingkat kemampuan 80 % atau lebih, maka
saudara bisa dengan mempelajari modul berikutnya. Tetapi bila saudara masih
tingkat penguasaan di bawah 80 %, maka harus mengulangi kegiatan belajar
mengajar terutama yang saudara belum pahami.
GLOSARIUM
1. Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat), baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi
diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu
masalah tertentu.
2. Invensi adalah suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi manusia.
3. Diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal
yang ditemukan itu suadah ada, hanya belum diketahui orang.
4. Inovasi penemuan yang diadakan untuk memecahkan masalah auntuk
mencapai tujuan tertentu.
5. Modernisasi adalah proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional (yang
belum modern) ke masyarakat yang lebih maju (masyarakat industri yang
sudah modern).
6. Inovasi pendidikan adalah inovasi yang dipakai untuk memecahkan masalah
pendidikan atau untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
26
DAFTAR PUSTAKA
Alex Inkeles and David H. Smith, (1974), Becoming Modern, Individual Change
in Six Development Countries. Massachusett: Harvard University Press
Cambridge
Roger M & Shoemaker F. Floyd. (1971). Communication of Innovation. New
York: The Free Press A Division of Macmillan Publishing Co. Inc.
Everett M. Rogers. (1983). Diffusion of Innovation. New York: The Free Press A
Division of Macmillan Publishing Co. Inc
Francis Abraham (1980). Perspective on Modernization toward General Theory
of Third World Development. Washington: University Press of America
Gerald Zaltman, Philip Kolter, Ira Kaufman, (1977). Creating Social Change.
Holt Rinehart and Winston, Inc New York, Chicago, San Francisco,
Atlanta, Dallas, Toronto.
Gerald Zaltman and Robert Duncan (1977). Strategies for Planned Change. A
Wiley-Interscience Publication John Wiley and Sons, New York. London,
Sydney, Toronto.
Gerald Zaltman, Rober Duncan, Johny Holbek. (1973). Innovation and
Organization. A Wiley-Interscience Publication John Wiley and Sons,
New York. London, Sydney, Toronto.
Gerald Zaltman, David H. Florio, Linda a Sikorski. (1977). Dynamic Educational
Change. New York: The Free Press A Division of Macmillan Publishing
Co. Inc
R.G. Havelock & A.M. Huberman. (1978). Solving Educational Problems,
Praegar Publisher, A Division of Holt, Rinehart and Winston, CBS, Inc,
New York.
Mattew B. Miles (1964). Innovation in Education, Bureau of Publication Teachers
College. Columbia University New York
27
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
1. B
2. A
3. C
4. D
5. A
6. B
7. D
8. B
9. A
10. D
28
MODUL 2
PROSES INOVASI PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
Nicocolo Machiavelli berkata: “Tiada pekerjaan yang lebih susah
merencanakannya, lebih meragukan akan keberhasilannya, lebih berbahaya dalam
mengelolanya, daripada menciptakan suatu pembaharuan …. Apabila lawan telah
merencanakan untuk menyerang inovator dengan mengerahkan kemarahan
pasukannya sedangkan yang lain hanya bertahan dengan kemalasan, maka
inovator beserta kelompoknya seperti dalam keadaan terancam. (The Prince
(1513) dikutip Rogers, 1983).
Pernyataan Machiavelli tersebut menunjukkan betapa berat tugas inovator
dan betapa sukarnya menyebarkan inovasi. Banyak orang mengetahui dan
memahami sesuatu yang baru tetapi belum mau menerima apalagi
melaksanakannya. Bahkan banyak pula yang menyadari bahwa sesuatu yang baru
itu bermanfaat baginya, tetapi belum juga mau menerima dan mau menggunakan
atau menerapkannya. Contohnya untuk mengefektifkan proses belajar mengajar
para guru diminta membuat persiapan mengajar dengan menggunakan model
desain pembelajaran kompetensi. Para guru ditatar dan dilatih membuat persiapan
mengajar dengan model pembelajaran kompetensi. Tapi ternyata juga belum
semua guru yang telah tahu dan dapat membuat persiapan mengajar dengan cara
baru itu mau menggunakannya dalam kegiatan mengajar sehari-hari.
29
Ternyata memang ada jarak antara proses mengetahui dan mau
menerapkannya serta menggunakan atau menerapkan ide yang baru tersebut.
Maka dalam proses penyebaran inovasi timbul masalah yakni bagaimana caranya
untuk mempercepat diterimanya suatu inovasi oleh masyarakat (sasaran
penyebaran inovasi). Untuk memecahkan masalah tersebut maka difusi inovasi
menarik perhatian para ahli pengembangan masyarakat dan dipelajari secara
mendalam.
Dalam modul ini, Anda akan mempelajari proses inovasi dalam
pendidikan Dengan memahami proses inovasi pendidikan, Anda diharapkan
dapat memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan pengertian difusi dan diseminasi inovasi
2. Dapat menjelaskan proses keputusan inovasi
3. Dapat menjelaskan proses inovasi pendidikan
Kemampuan tersebut sangat penting bagi Anda untuk mengembangkan wawasan
dan pemahaman tentang inovasi pendidikan, yang dapat menjadi bahan analisis
Anda.
Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini, ikuti
petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda
memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.
30
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata
yang Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam
daftar kata-kata sulit modul ini atau dalam kamus yang ada.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman
sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor
Anda.
4. Terapkan pengertian-pengertian inovasi pendidikan secara imajiner (dalam
pikiran) dan dalam situasi terbatas melalui simulasi sejawat (peer-group
simulation) pada saat tutorial.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi
dalam kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial.
URAIAN MATERI
A. DIFUSI DAN DISEMINASI INOVASI
1. Pengertian Difusi dan Diseminasi Inovasi
Difusi ialah proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat
(anggota sistem sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam
waktu tertentu. Komunikasi dalam definisi ini ditekankan dalam arti terjadinya
saling tukar informasi (hubungan timbal balik), antar beberapa individu baik
secara memusat (konvergen) maupun memencar (divergen) yang berlangsung
31
secara spontan. Dengan adanya komunikasi ini akan terjadi kesamaan
pendapat antar warga masyarakat tentang inovasi.
Jadi difusi dapat merupakan salah satu tipe komunikai yakni
komunikasi yang mempunyai ciri pokok, pesan yang dikomunikasikan adalah
hal yang baru (inovasi).
Rogers membedakan antara sistem difusi sentralisasi dan sistem difusi
desentralisasi. Dalam sistem difusi sentralisasi, penentuan tentang berbagai hal
seperti: kapan dimulainya difusi inovasi, dengan saluran apa, siapa yang akan
menilai hasilnya, dan sebagainya, dilakukan oleh sekelompok kecil orang
tertentu atau pimpinan agen pembaharu. Sedangkan dalam sistem difusi
desentralisasi, penentuan itu dilakukan oleh klien (warga masyarakat) bekerja
sama dengan beberapa orang yang telah menerima inovasi. Dalam
pelaksanaan sistem difusi desentralisasi yang secara ekstrim tidak perlu ada
agen pembaharu. Warga masyarakat itu sendiri yang bertanggungjawab
terjadinya difusi inovasi.
Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan,
diarahkan, dan dikelola. Jadi kalau difusi terjadi secara spontan, maka
diseminasi dengan perencanaan. Dalam pengertian ini dapat juga
direncanakan terjadinya difusi. Misalnya dalam penyebaran inovasi
penggunaan pendekatan ketrampilan proses dalam proses belajar mengajar.
Setelah diadakan percobaan ternyata dengan pendekatan keterampilan proses
belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan siswa aktif belajar.
32
Maka hasil percobaan itu perlu didesiminasikan. Untuk menyebarluaskan cara
baru tersebut, dengan cara menatar beberapa guru dengan harapan akan terjadi
juga difusi inovasi antar guru di sekolah masing-masisng. Terjadi saling tukar
informasi dan akhirnya terjadi kesamaan pendapat antara guru tentang inovasi
tersebut.
2. Elemen Difusi Inovasi
Rogers mengemukakan ada 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu: (1)
inovasi, (2) komunikasi dengan saluran tertentu, (3) waktu, dan (4) warga
masyarakat (anggota sistem sosial). Untuk jelasnya setiap elemen diurakan
sebagai berikut:
1. Inovasi
Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai
suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil
invensi atau diskoveri yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Baru di
sini diartikan mengandung ketidak tentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang
mengandung berbagai alternatif. Sesuatu yang tidak tentu masih terbuka
berbagai kemungkinan bagi orang yang mengamati, baik mengenai arti,
bentuk, manfaat, dan sebagainya. Dengan adanya informasi berarti
mengurangi ketidak tentuan tersebut, karena dengan informasi itu berarti
memperjelas arah pada satu alternatif tertentu.
33
Rogers membedakan dua macam informasi, pertama informasi yang
berkaitan dengan pertanyaan “ Apa inovasi (hal yang baru) itu?”, “Bagaimana
menggunakannya?”, “Mengapa perlu hal yang baru itu?”. Informasi yang
kedua berkaitan dengan penilaian inovasi atau berkaitan dengan pertanyaan
“Apa manfaat menerapkan inovasi?”. “Apa konsekuensinya menggunakan
inovasi?.”
Jika anggota sistem sosial (warga masyarakat) yang menjadi sasaran
inovasi dapat memperoleh informasi yang dapat menjawab berbagai
pertanyaan tersebut dengan jelas, maka akan hilanglah ketidak tentuan
terhadap inovasi. Mereka telah memperoleh pengertian yang mantap apa
inovasi itu. Mereka akan menerima dan juga menerapkan inovasi. Cepat
lambatnya proses penerimaan inovasi dipengaruhi juga oleh atribut dan
karakteristik inovasi.
2. Komunikasi dengan saluran tertentu
Komunikasi dalam difusi inovasi ini diartikan sebagai proses
pertukaran informasi antara anggota sistem sosial, sehingga terjadi saling
pengertian antara satu dengan yang lain. Difusi adalah salah satu tipe
komunikasi yang menggunakan hal yang baru sebagai bahan informasi. Inti
dari pengertian difusi ialah terjadi komunikasi (pertukaran informasi) tentang
sesuatu hal yang baru (inovasi). Kegiatan komunikasi dalam proses difusi
mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) suatu inovasi, (2) individu atau
kelompok yang telah mengetahui dan berpengalaman dengan inovasi, (3)
34
individu atau kelompok yang lain yang belum mengenal inovasi, (4) saluran
komunikasi yang menggabungkan antara kedua pihak tersebut.
Saluran komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan informasi
dari seorang ke orang lain. Kondisi ke dua pihak yang berkomunikasi akan
mempengaruhi pemilihan atau penggunaan saluran yang tepat untuk
mengefektifkan proses komunikasi. Misalnya saluran media massa seperti
radio, televisi, suratkabar, dan sebagainya telah digunakan untuk
menyampaikan informasi dari seorang atau seklompok orang kepada orang
banyak (massa). Biasanya media massa digunakan untuk menyampaikan
informasi kepada audien dengan maksud agar audien (peneriam informasi)
mengetahui dan menyadari adanya inovasi. Sedangkan saluran interpersonal
(hubungan secara langsung antar individu), lebih efektif untuk mempengaruhi
atau membujuk seseorang agar mau menerima inovasi, terutama antara orang
yang bersahabat atau mempunyai hubungan yang erat. Dalam penggunaan
saluran interpersonal dapat juga terjadi hubungan untuk beberapa orang,
dengan kata lain saluran interpersonal dapat dilakukan dalam suatu kelompok.
Dari hasil kajian para ahli ternyata dalam proses difusi banyak orang
tidak menilai inovasi secara obyektif berdasarkan karya ilmiah, tetapi justru
mereka menilai inovasi secara subyektif berdasarkan informasi yang diperoleh
dari kawannya yang telah lebih dahulu mengetahui dan menerima inovasi.
Proses komunikasi interpersonal ini akan efektif jika sesuai dengan prinsip
homophily (kesamaan) yaitu: komunikasi akan lebih efektif jika dua orang
35
yang berkomunikasi itu memiliki kesamaan seperti: asal daerah, bahasa,
kepercayaan, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Seandainya seseorang diberi
kebebasan untuk berinteraksi dengan sejumlah orang, ada kecenderungan
orang itu akan memilih orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Proses
komunikasi antar orang yang homophily akan lebih terasa akrab dan lancar,
gangguan komunikasi kecil sehingga kemungkinan terjadinya pengaruh
individu satu terhadap yang lain lebih besar. Tetapi dalam kenyataannya apa
yang banyak dijumpai dalam proses difusi justru keadannya berlawanan
dengan homophily yaitu heterophily. Misalnya seorang agen pembaharu yang
bertugas di luar daerahnya. Maka dia harus berkomunikasi dengan orang yang
mempunyai banyak perbedaan dengan dirinya (heterophily), berbeda tingkat
kemampuannya, mungkin juga beda tingkat pendidikan, bahasa, dan
sebagainya, akibatnya komunikasi kurang efektif.
Kesulitan dengan adanya perbedaan-perbedaan antara individu yang
berkomunikasi itu dapat diatasi jika ada emphaty (empati) yaitu kemampuan
seseorang untuk memproyeksikan dirinya (mengandaikan dirinya) sama
dengan orang lain. Dengan kata lain empati ialah kemampuan untuk
menyamakan dirinya dengan orang lain. Heterophily yang memiliki
kemampuan empati yang tinggi, sebenarnya jika ditinjau dari psikologi sosial
sudah merupakan homophily.
36
3. Waktu
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu
merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Tetapi banyak peneliti
komunikasi yang kurang memperhatikan aspek waktu, dengan bukti tidak
menunjukkannya secara eksplisit variabel waktu. Mungkin hal ini terjadi
karena waktu tidak secara nyata berdiri sendiri terlepas dari suatu kejadian,
tetapi waktu merupakan aspek dari setiap kegiatan.
Peranan dimensi waktu dalam proses difusi terdapat pada tiga hal
sebagai berikut: (1) proses keputusan inovasi, (2) kepekaaan seseorang
terhadap inovasi, dan (3) kecepatan penerimaan inovasi.
(1) Proses keputusan inovasi ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi
pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak
inovasi. Ada 5 langkah (tahap) dalam proses keputusan inovasi yaitu (a)
pengetahuan tentang inovasi, (b) bujukan atau imbauan, (c) penetapan atau
keputusan, (d) penerapan (implementasi), dan (e) konfirmasi
(confirmation).
(2) Kepekaan seseorang terhadap inovasi. Tidak semua orang dalam suatu
sistem sosial menerima inovasi dalam waktu yang sama. Mereka
menerima inovasi dari urutan waktu, artinya ada yang dahulu ada yang
kemudian. Orang yang menerima inovasi lebih dahulu secara reletif lebih
peka terhadap inovasi daripada yang menerima inovasi lebih akhir. Jadi
kepekaan inovasi ditandai dengan lebih dahulunya seseorang menerima
37
inovasi dari yang lain dalam suatu sistem sosial (masyarakat). Berdasarkan
kepekaan terhadap inovasi dapat dikategorikan menjadi 5 kategori
penerima inovasi yaitu: (a) inovator, (b) pemula, (c) mayoritas awal, (d)
mayoritas, (e) terlambat (tertinggal)
(3) Kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relatif diterimanya inovasi
oleh warga masyarakat. Kecepatan inovasi biasanya diukur berdasarkan
lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai prosentase tertentu dari
jumlah waktu masyarkat yang telah menerima inovasi. Oleh karen itu
pengkuran kecepatan inovasi cenderung diukur dengan berdasarkan
tinjauan penerimaan inovasi oleh keseluruhan warga masyarakat bukan
penerimaan inovasi secara individual.
(4) Warga Masyarakat (anggota sistem sosial) ialah hubungan (interaksi antar
individu atau orang dengan bekerja sama untuk memecahkan masalah
guna mencapai tujuan tertentu. Anggota sistem sosial dapat individu,
kelompok-kelompok informal, organisasi, dan sub sistem yang lain.
Contohnya: petani di pedesaan, dosen, dan pegawai di perguruan tinggi,
kelompok dokter di rumah sakit, dan sebagainya. Semua anggota sistem
sosial bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan
bersama. Dengan demikian maka sistem sosial merupakan ikatan bagi
anggotanya dalam melakukan kegiatan artinya anggota tentu saling
pengertian dan hubungan timbal balik. Jadi sistem sosial akan
mempengaruhi proses difusi inovasi, karena proses difusi inovasi terjadi
38
dalam sistem sosial. Proses difusi melibatkan hubungan antar individu
dalam sistem sosial, maka jelaslah bahwa individu akan terpengaruh oleh
sistem sosial dalam menghadapi suatu inovasi. Berbeda sistem sosial akan
berbeda pula proses difusi inovasi, walaupun mungkin dikenalkan dan
diberi fasilitas dengan cara dan perlengkapan yang sama.
B. PROSES KEPUTUSAN INOVASI
1. Pengertian Proses Keputusan Inovasi
Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) individu
(unit pengambil keputusan yang lain), mulai dari pertama tahu adanya inovasi,
kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi, penetapan
keputusan menerima atau menolak inovasi, implementasi inovasi, dan
konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya. Proses
keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi
merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu
tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagasan yang baru
itu sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau
menerima inovasi dan menerapkannya. Ciri pokok keputusan inovasi dan
merupakan perbedaannya dengan tipe keputusan yang lain ialah dimulai
dengan adanya ketidak tentuan (uncertainty) tentang sesuatu (inovasi).
Misalnya kita harus mengambil keputusan antara menghadiri rapat
atau bermain olah raga, maka kita sudah tahu apa yang akan dilakukan jika
39
oleh raga begitu pula apa yang akan dilakukan jika menghadiri rapat. Rapat
dan olah raga bukan hal yang baru. Pertimbangan dalam mengambil
keputusan mana yang paling menguntungkan sesuai dengan kondisi saat itu.
Keputusan ini bukan keputusan inovasi.
Tetapi jika kita harus mengambil keputusan untuk mengganti
penggunaan kompor minyak dengan kompor gas, yang sebelumnya belum
pernah tahu tentang kompor gas, maka keputusan ini adalah keputusan
inovasi. Proses pengambilan keputusan mau atau tidak mau menggunakan
kompor gas, dimulai dengan adanya serba ketidak tentuan tentang kompor
gas. Masih terbuka berbagai alternatif, mungkin lebih bersih, lebih hemat,
lebih tahan lama, tetapi juga mungkin berbahaya, dan sebagainya. Untuk
sampai pada keputusan yang mantap menerima atau menolak kompor gas
perlu informasi. Dengan kejelasan informasi akan mengurangi ketidak tentuan
dan berani mengambil keputusan.
2. Model Proses Keputusan Inovasi
Menurut Roger, proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu (a)
tahap pengetahuan, (b) tahap bujukan, (c) tahap keputusan, (d) tahap
implementasi, dan (e) tahap konfirmasi.
a. Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu
tahap pada saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu
40
bagaimana fungsi inovasi tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan
memahami tetapi membuka diri untuk mengetahui inovasi.
Seseorang menyadari atau membuka diri terhadap suatu inovasi tentu
dilakukan secara aktif bukan secara pasif. Misalnya pada acara siaran televisi
disebutkan berbagai macam acara, salah satu menyebutkan bahwa pada jam
19.30 akan ada siaran tentang metode baru cara mengajar berhitung di
Sekolah Dasar. Guru A yang mendengar dan melihat acara tersebut kemudian
sadar bahwa ada metode baru tersebut, maka pada diri Guru A tersebut sudah
mulai proses keputusan inovasi pada tahap pengetahuan. Sedangkan Guru B
walaupun mendengar dan melihat acara TV, tidak ada keinginan untuk tahu,
maka belum terjadi proses keputusan inovasi.
Seseorang menyadari perlunya mengetahui inovasi biasanya tentu
berdasarkan pengamatannya tentang inovasi itu sesuai dengan kebutuhan,
minat atau mungkin juga kepercayaannya. Seperti contoh Guru A tersebut,
berarti ia ingin tahu metode baru berhitung karena ia memerlukannya. Adanya
inovasi menumbuhkan kebutuhan karena kebetulan ia merasa butuh. Tetapi
mungkin juga terjadi bahkan karena seseorang butuh sesuatu maka untuk
memenuhinya diadakan inovasi. Dalam kenyataan di masyarakat hal yang
kedua ini jarang terjadi, karena banyak orang tidak tahu apa yang diperlukan.
Apalagi dalam bidang pendidikan, yang dapat merasakan perlunya ada
perubahan biasanya orang yang ahli, sedang guru sendiri belum tentau mau
menerima perubahan atau inovasi yang sebenarnya diperlukan untuk
41
mengefektifkan pelaksanan tugasnya. Sebagaimana halnya menurut dokter,
kita perlu makan vitamin, tetapi kita tidak menginginkannya, dan sebaliknya
sebenarnya kita ingin sate tetapi menurut dokter justru sate membahayakan
kita.
Setelah seseorang menyadari adanya inovasi dan membuka dirinya
untuk mengetahui inovasi, maka keaktifan untuk memenuhi kebutuhan ingin
tahu tentang inovasi itu buka hanya berlangsung pada tahap pengetahuan saja
tetapi juga pada tahap yang lain bahkan sampai tahap konfirmasi masih ada
keinginan untuk mengetahui aspek-aspek tertentu dari inovasi.
b. Tahap Bujukan (Persuation)
Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang
membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika
pada tahap pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif,
maka pada tahap persuasi yang berperan utama bidang afektif atau perasaan.
Seseorang tidak dapat menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang
inovasi.
Dalam tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang
memegang peran. Seseorang akan berusaha mengetahui lebih banyak tentang
inovasi dan menafsirkan informasi yang diterimanya. Pada tahap ini
berlangsung seleksi informasi disesuaikan dengan kondisi dan sifat
pribadinya. Di sinilah peranan karakteristik inovasi dalam mempengaruhi
proses keputusan inovasi.
42
Dalam tahap persiasi ini juga sangat penting peran kemampuan untuk
mengantisipasi kemungkinan penerapan inovasi di masa datang. Perlu ada
kemampuan untuk memproyeksikan penerapan inovasi dalam pemikiran
berdasarkan kondisi dan situasi yang ada. Untuk mempermudah proses mental
itu, perlu adanya gambaran yang jelas tentang bagaimana pelaksanaan inovasi,
jika mungkin sampai pada konsekuensi inovasi.
Hasil dari tahap persuasi yang utama ialah adanya penentuan
menyenangi atau tidak menyenangi inovasi. Diharapkan hasil tahap persuasi
akan mengarahkan proses keputusan inovasi atau dengan dengan kata lain ada
kecenderungan kesesuaian antara menyenangi inovasi dan menerapkan
inovasi. Namun perlu diketahui bahwa sebenarnya antara sikap dan aktivitas
masih ada jarak. Orang menyenangi inovasi belum tentu ia menerapkan
inovasi. Ada jarak atau kesenjangan antara pengetahuan-sikap, dan penerapan
(praktek). Misalnya seorang guru tahu tentang metode diskusi, tahu cara
menggunaknnya, dan senang seandainya menggunakan, tetapi ia tidak pernah
menggunakan, karena beberapa faktor: tempat duduknya tidak
memungkinkan, jumlah siswanya terlalu besar, dan takut bahan pelajarannya
tidak akan dapat disajikan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Perlu
ada bantuan pemecahan masalah.
c. Tahap Keputusan (Decision)
Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang
melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau
43
menolak inovasi. Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan
inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi.
Sering terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah ia mencoba
lebih dahulu. Bahkan jika mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu, baru
kemudaian dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai
dengan yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat dicoba dengan
dipecah menjadi beberapa bagian. Inovasi yang dapat dicoba bagian demi
bagian akan lebih cepat diterima.
Dapat juga terjdai percobaan cukup dilakukan sekelompok orang dan
yang lain cukup mempercayai dengan hasil percobaan temannya.
Perlu diperhatikan bahwa dalam kenyataannya pada setiap tahap dalam
proses keputusan inovasi dapat terjadi penolakan inovasi. Misalnya penolakan
dapat terjadi pada awal tahap pengetahuan, dapat juga terjadi pada tahap
persuasi, mungkin juga terjadi setelah konfirmasi, dan sebagainya.
Ada dua macam penolakan inovasi yaitu: (a) penolakan aktif artinya
penolakan inovasi setelah melalui proses mempertimbangkan untuk menerima
inovasi atau mungkin sudah mencoba lebih dahulu, tetapi keputusan akhir
menolak inovasi, dan (2) penolakan pasif artinya penolakan inovasi dengan
tanpa pertimbangan sama sekali.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara: pengetahuan, persuasi, dan
keputusan inovasi sering berjalan bersamaan. Satu dengan yang lain saling
44
berkaitan. Bahkan untuk jenis inovasi tertentu dan dalam kondisi tertentu
dapat terjadi uruatan: pengetahuan – keputusan inovasi – baru persuasi.
d. Tahap Implementasi (Implementation)
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila
seseorang menerapkan inovasi. Dalam tahap impelemntasi ini berlangsung
keaktifan baik mental maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau
ide baru dibuktikan dalam praktek. Pada umumnya impelementasi tentu
mengikuti hasil keputusan inovasi. Tetapi dapat juga terjadi karena sesuatu hal
sudah memutuskan menerima inovasi tidak diikuti implementasi. Biasanya hal
ini terjadi karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia.
Kapan tahap implementasi berakhir? Mungkin tahap ini berlangsung
dalam waktu yang sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri.
Tetapi biasanya suatu tanda bahwa taraf implementasi inovasi berakhir jika
penerapan inovasi itu sudah melembaga atau sudah menjadi hal-hal yang
bersifat rutin. Sudah tidak merupakan hal yang baru lagi.
Hal-hal yang memungkinkan terjadinya re-invensi antara inovasi yang
sangat komplek dan sukar dimengerti, penerima inovasi kurang dapat
memahami inovasi karena sukar untuk menemui agen pembaharu, inovasi
yang memungkinkan berbagai kemungkinan komunikasi, apabila inovasi
diterapkan untuk memecahkan masalah yang sangat luas, kebanggaan akan
inovasi yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga dapat menimbulkan reinvensi.
45
e. Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap
keputusan yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya
jika memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi semula.
Tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak
terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi yang berlangsung dalam
waktu yang tak terbatas. Selama dalam konfirmasi seseorang berusaha
menghindari terjadinya disonansi paling tidak berusaha menguranginya.
Terjadinya perubahan tingkah laku seseorang antara lain disebabkan
karena terjadinya ketidakseimbangan internal. Orang itu merasa dalam dirinya
ada sesuatu yang tidak sesuai atau tidak selaras yang disebut disonansi,
sehingga orang itu merasa tidak enak. Jika seseorang merasa dalam dirinya
terjadi disonansi, maka ia akan berusaha untuk menghilangkannya atau paling
tidak menguranginya dengan cara mengubah pengetahuannya, sikap atau
perbuatannya. Dalam hubungannya dengan difusi inovasi, usaha mengurangi
disonansi dapat terjadi:
(1) Apabila seseorang menyadari akan sesuatu kebutuhan dan berusaha
mencari sesuatu untuk memenuhi kebutuhan misalnya dengan mencari
informasi tentang inovasi. Hal ini terjadi pada tahap penegtahuan dalam
proses keputusan inovasi.
(2) Apabila seseorang tahu tentang inovasi dan telah bersikap menyenangi
inovasi tersebut, tetapi belum menetapkan keputusan untuk menerima
46
inovasi. Maka ia akan berusaha untuk menerimanya, guna mengurangi
adanya disonansi antara apa yang disenangi dan diyakini dengan apa yang
dilakukan. Hal ini terjadi pada tahap keputusan inovasi, dan tahap
implementasi dalam proses keputusan inovasi.
(3) Setelah seseorang menetapkan menerima dan menerapkan inovasi,
kemudian diajak untuk menolaknya. Maka disonansi ini dapat dikurangi
dengan cara tidak melanjutkan penerimaan dan penerapan inovasi
(discontinuing). Ada kemungkinan lagi seseorang telah menetapkan untuk
menolak inovasi, kemudian diajak untuk menerimanya. Maka usaha
mengurangi disonansi dengan cara menerima inovasi (mengubah
keputusan semula). Perubahan ini terjadi (tidak meneruskan inovasi atau
mengikuti inovasi terlambat pada tahap konfirmasi dari proses keputusan
inovasi.
Ketiga cara mengurangi disonansi tersebut, berkaitan dengan
perubahan tingkah laku seseorang sehingga antara sikap, perasaan, pikiran,
perbuatan sangat erat hubungannya bahkan sukar dipisahkan karena yang satu
mempengaruhi yang lain. Sehingga dalam kenyataan kadang-kdanag sukar
orang akan mengubah keputusan yang sudah terlanjur mapan dan disenangi,
walaupun secara rasional diketahui ada kelemahannya. Oleh karena sering
terjadi untuk menghindari timbulnya disonansi, maka itu hanya berubah
mencari informasi yang dapat memperkuat keputusannya. Dengan kata lain
47
orang itu melakukan seleksi informasi dalam tahap konfirmasi (selective
exposure).
Untuk menghindari terjadinya dropout dalam penerimaan dan
implementasi inovasi (discontinu) peranan agen pembaharu sangat dominan.
Tanpa ada monitoring dan penguatan orang akan mudah terpengaruh pada
informasi negatif tentang inovasi.
3. Tipe Keputusan Inovasi
Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai
anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial, yang
menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau
berdasarkan paksaan (kekuasaan). Dengan dasar kenyataan tersebut maka
dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi:
a. Keputusan inovasi opsional., yaitu pemilihan menerima atau menolak
inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu (seseorang)
secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sistem
sosial yang lain. Meskipun dalam hal ini individu mengambil keputusan
itu berdasarkan norma sistem sosial atau hasil komunikasi interpersonal
dengan anggota sistem sosial yang lain. Jadi hakekat pengertian keputusan
inovasi opsional ialah individu yang berperan sebagai pengambil
keputusan untuk menerima atau menolak suatu inovasi.
b. Keputusan inovasi kolektif, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak
inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama
48
berdasarkan kesepakatan anatar anggota sistem sosial. Semua anggota
sistem sosial harus mentaati keputusan bersama yang telah dinuatnya.
Misalnya, atas kesepakatan waraga masyarakat di setipa RT untuk tidak
membuang sampah di sungai, yang kemudian disahkan pada rapat antar
ketua RT dalam satu wialyah RW. Maka konsekuensinya semua warga
RW tersebut harus mentaati keputusan yang telah dibuat tersebut,
walaupun mungkin secara pribadi masih ada beberapa individu yang
masih berkeberatan.
c. Keputusan inovasi otoritas, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak
inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau
sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau
kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu
sistem sosial. Para anggota sama sekali tidak mempunyai pengaruh atau
peranan dalam membuat keputusan inovasi. Para anggota sistem sosial
tersebut hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh unit
pengambil keputusan. Misalnya seorang pimpinan perusahaan
memutuskan agar sejak tanggal 1 Januari semua pegawai harus memakai
seragam biru putih. Maka semua pegawai sebagai anggota sistem sosial di
perusahaan itu harus tinggal melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh
atasannya.
Ketiga tipe keputusan inovasi tersebut merupakan rentangan
(continuum) dari keputusan opsional (individu dengan penuh tanggung jawab
49
secara mandiri mengambil keputusan), dilanjutkan dengan keputusan kolektif
(individu memeproleh sebagian wewenang untuk mengambil keputusan), dan
yang terakhir keputusan otoritas (individu sama sekali tidak mempunyai hak
untuk ikut mengambil keputusan). Keputusan kolektif dan otoritas banyak
digunakan dalam organisasi formal, seperti peruasahaan, sekaolah, perguruan
tinggi, organisasi pemerintahan, dan sebagainya. Sedangkan keputusan
opsional sering digunakan dalam penyebaran inovasi kepada petani,
konsumen, atau inovasi yang sasarannya anggota masyarakat sebagai individu
bukan sebagai anggota organisasi tertentu.
Biasanya yang paling cepat diterimanya inovasi dengan menggunakan
tipe keputusan otoritas, tetapi masih juga tergantung pada bagaimana
pelaksanaannya. Sering terjadi juga kebohongan dalam pelaksanaan keputusan
otoritas. Dapat juga terjadi bahawa keputusan opsional lebih cepat dari
keputusan kolektif, jika ternyata untuk membuat kesepakatan dalam
musyawarah antara anggota sistem sosial mengalami kesukaran. Cepat
lambatnya difusi inovasi tergantung pada berbagai faktor.
Tipe keputusan yang digunakan untuk menyebarluaskan suatu inovasi
dapat juga berubah dalam waktu tertentu. Rogers memberi contoh inovasi
penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil (automobil seat belts). Pada
mulanya pemasangan seatbelt di mobil diserahkan kepada pemiliki kendaraan
yang mampu membiayai pemasangannya. Jadi menggunakan keputusan
opsional. Kemudian pada tahun berikutnya peraturan pemerintah
50
mempersyaratkan semua mobil baru harus dilengkapi dengan tali pengaman.
Jadi keputusan inovasi pemasangan tali pengaman dibuat secara kolektif.
Kemudian banyak reaksi terhadap peraturan ini, sehingga pemerintah kembali
kepada peraturan lama keputusan menngunakan tali pengaman diserahkan
kepada tiap individu (tipe keputusan opsional).
d. Keputusan inovasi kontingensi (contingent) yaitu pemilihan menerima
atau menolak suatu inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada
keputusan inovasi yang mendahuluinya. Misalnya di sebuah perguruan
tinggi, seorang dosen tidak mungkin untuk memutuskan secara opsional
untuk memakai komputer sebelum didahului keputusan oleh pimpinan
fakultasnya untuk melengkapi peralatan fakultas dengan komputer. Jadi
ciri pokok dari keputusan inovasi kontingen ialah digunakannya dua atau
lebih keputusan inovasi secara bergantian untuk menangani suatu difusi
inovasi, terserah yang mana yang akan digunakan dapat keputusan
opsional, kolektif atau otoritas.
Sistem sosial terlibat secara langsung dalam proses keputusan
inovasi kolektif, otoritas dan kontingen, dan mungkin tidak secara
langsung terlibat dalam keputusan inovasi opsional.
51
C. PROSES INOVASI PENDIDIKAN
1. Pengertian Proses Inovasi Pendidikan
Proses inovasi pendidikan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan
oleh individu atau organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi sampai
menerapkan (implementasi) inovasi pendidikan. Kata proses mengandung arti
bahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tentu
terjadi perubahan. Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu
berlangsung akan berbeda antara orang atau organisasi satu dengan yang lain
tergantung pada kepekaan orang atau organisasi terhadap inovasi. Demikian
pula selama proses inovasi itu berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang
berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir.
2. Beberapa Model Proses Inovasi Pendidikan
Dalam mempelajari proses inovasi para ahli mencoba mengidentifikasi
kegiatan apa saja yang dilakukan individu selama proses itu berlangsung serta
perubahan apa yang terjadi dalam proses inovasi, maka hasilnya diketemukan
pentahapan proses inovasi seperti berikut:
a. Beberapa Model Proses Inovasi Yang berorientasi pada Individual,
antara lain:
(1) Lavidge & Steiner (1961):
- Menyadari
- Mengetahui
- Menyukai
- Memilih
- Mempercayai
- Membeli
52
(2) Colley (1961):
- Belum menyadari
- Menyadari
- Memahami
- Mempercayai
- Mengambil tindakan
(3) Rogers (1962):
- Menyadari
- Menaruh perhatian
- Menilai
- Mencoba
- Menerima (Adoption)
(4) Robertson (1971):
- Persepsi tentang masalah
- Menyadari
- Memahami
- Menyikapi
- Mengesahkan
- Mencoba
- Menerima
- Disonansi
(5) Rogers & Shoemakers (1971):
Pengetahuan
a
Persuasi
(Sikap)
Keputusan
Konfirmasi
Menerima Menolak
53
(6) Klonglan & Coward (1970):
(7) Zaltman & Brooker (1971):
Menyadari
Informasi
Evaluasi
Menerima
Simbolik
Mencoba
Percobaan
Diterima
Menggunakan
Menolak
Simbolik
Percobaan
Ditolak
Persepsi
Memotivasi
Menyikapi
Legitimasi
Mencoba
Resolusi
Evaluasi
Menolak Menerima
54
b. Beberapa Model Proses Inovasi Yang Berorientasi pada Organisasi,
antara lain:
(1) Milo (1971):
- Konseptualisasi
- Tentatif adopsi
- Penerimaan Sumber
- Implementasi
- Institusionalisasi
(2) Shepard (1967):
- Penemuan ide
- Adopsi
- Implementasi
(3) Hage & Aiken (1970):
- Evaluasi
- Inisiasi
- Implementasi
- Routinisasi
(4) Wilson (1966):
- Konsepsi perubahan
- Pengusulan perubahan
- Adopsi dan Implementasi
(5) Rogers (1983):
Tahap-Tahap
Proses Inovasi
Kegiatan pokok pada tiap tahap
proses inovasi
I. Inisiasi (permulaan) Kegiatan pengumpulan informasi, konsepaktualisasi,
dan perencanaan untuk menerima
inovasi, semuanya diarahkan untuk membuat
keputusan menerima inovasi
1. Agenda setting Semua permasalahan umum organisasi dirumuskan
guna menentukan kebutuhan inovasi,
dan diadakan studi lingkungan untuk
menentukan nilai potensial inovasi bagi
organisasi
2.Penyesuaian
(matching)
Diadakan penyesuain antara masalah organisasi
dengan inovasi yang akan digunakan, kenmudian
direncanakan dan dibuat desain
55
penerapan inovasi yang sudah sesuai dengan
masalah yang dihadapi
Keputusan untuk
menerima inovasi
II. Implementasi Semua kejadian, kegiatan, dan
keputusan dilibatkan dalam penggunaan
inovasi
3. Re-definisi/Re-strukturisasi 1) Inovasi dimodifikasi dan re-invensi
disesuaikan situasi dan masalah
organisasi
2) Struktur organisasi disesuaikan
dengan inovasi yang telah
dimodifikasi agar dapat menunjang
inovasi.
4. Klarifikasi Hubungan antara inovasi dan organisasi
dirumuskan dengan sejelas-jelasnya
sehingga inovasi benar-benar dapat
diterapkan sesuai yang diharapkan
5. Rutinisasi Inovasi kemungkinan telah kehilangan
sebagian identitasnya, dan menjadi
bagian dari kegiatan rutin organisasi
(6) Zaltman, Duncan & Holbek (1973):
- Tahap Permulaan (Inisiasi)
(1) Langkah pengetahuan dan kesadaran
(2) Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi
- Tahap Implementasi
(1) Langkah awal implementasi
(2) Langkah kelanjutan pembinaan
Berikut ini diberikan uraian secara singkat proses inovasi dalam
organisasi menurut Zaltman, Duncan, dan Holbek (1973).
Zaltman dan kawan-kawan membagi proses inovasi dalam organisasi
menjadi dua tahap yaitu tahap permulaan (initiation stage) dan tahap
56
implementasi (implementation stage). Tiap tahap dibagi lagi menjadi beberapa
langkah (sub stage).
I. Tahap Permulaan (Intiation Stage)
(1) Langkah pengetahuan dan kesadaran
Jika inovasi dipandang sebagai suatu ide, kegiatan, atau material yang
diamati baru oleh unit adopsi (penerima inovasi), maka tahu adanya
inovasi menjadi masalah yang pokok. Sebelum inovasi dapat diterima
calon penerima harus sudah menyadari bahwa ada inovasi, dan dengan
demikian ada kesempatan untuk menggunakan inovasi dalam
organisasi. Sebagaimana telah kita bicarakan pada waktu
membicarakan proses keputusan inovasi, maka timbul masalah mana
yang dulu tahu dan sadar ada inovasi atau merasa butuh inovasi. Maka
Rogers dan Shoemakers mengemukakan seperti mana dulu ayam atau
telur, tergantung situasinya. Mungkin dapat tahu dan sadar inovasi
baru merasa butuh atau sebaliknya.
Jika kita lihat kaitannya dengan organisasi, maka adanya kesenjangan
penampilan (performance gaps) mendorong untuk mencari cara-cara
baru atau inovasi. Tetapi juga dapat terjadi sebaliknya karena sadar
akan adanya inovasi, maka pimpinan organisasi merasa bahwa dalam
organisasinya ada sesuatu yang ketinggalan. Kemudian merubah hasil
yang diharapkan, maka terjadi sejenjangan penampilan.
57
(2) Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi
Dalam tahap ini anggota organisasi membentuk sikap terhadap inovasi.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap terhadap inovasi
memegang peranan yang penting untuk menimbulkan motivasi untuk
ingin berubah atau mau menerima inovasi. Paling tidak ada dua hal
dari dimensi sikap yang dapat ditunjukkan anggota organisasi terhadap
adanya inovasi yaitu:
(a) sikap terbuka terhadap inovasi, yang ditandai dengan adanya:
- kemauan anggota organisasi untuk memeprtimbangkan inovasi.
- mempertanyakan inovasi (skeptic)
- merasa bahwa inovasi akan dapat meningkatkan kemampuan
organisasi dalam menjalankan fungsinya.
(b) memiliki persepsi tentang potensi inovasi yang ditandai dengan
adanya pengamatan yang menunjukkan:
- bahwa ada kemampuan bagi organisasi untuk menggunakan
inovasi.
- organisasi telah pernah mengalami keberhasilan pada masa lalu
dengan menggunakan inovasi.
- adanya komitmen atau kemauan untuk bekerja dengan
menggunakan inovasi serta siap untuk menghadapi
kemungkinan timbulnya masalah dalam penerapan inovasi.
58
Dalam mempertimbangkan pengaruh dari sikap anggota organisasi
terhadap proses inovasi, maka perlu dipertimbangkan juga perubahan
tingkah laku yang diharapkan oleh organisasi formal. Jika terjadi
perbedaan antara sikap individu terhadap inovasi dengan perubahan
tingkah laku yang diharapkan oleh pimpinan organisasi, maka terjadi
disonansi inovasi. Ada dua macam disonansi yaitu penerimaan disonan
dan penolak disonan.
Empat macam tipe disonan-konsonan berdasarkan sikap
individu terhadap inovasi dan perubahan tingkah laku yang diharapkan
oleh organisasi,dapat ditunjukkan dengan bagan sebagai berikut:
Sikap anggota
terhadap inovasi
Perubahan tingkah laku yang diharapkan oleh
organisasi formal
Menolak Menerima
Tidak Menyukai I. Penolak konsonan II. Penerima disonan
Menyukai III. Penolak disonan IV. Penerima konsonan
(Rogers and Shoemaker, 1971:31)
Penerima disonan terjadi jika anggota tidak menyukai inovasi,
tetapi organisasi mengharapkan menerima inovasi. Sedangkan penolak
disonan terjadi jika anggota menyenangi inovasi tetapi organisasi
menolak inovasi. Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), lama-lama
disonansi dapat terkurangi dengan dua cara yaitu:
(a) Anggota organisasi merubah sikapnya menyesuaikan dengan
kemauan organisasi.
59
(b) Tidak melanjutkan menerima inovasi, menyalahgunakan inovasi
atau menrapkan inovasi dengan penyimpangan, disesuaikan
dengan kemauan anggota organisasi
Mohr (dikutip oleh Zaltman, 1973), mengemukakan bahwa
berdasarkan hasil penelitiannya di bidang kesehatan, menunjukkan
bahwa kemauan untuk menerima inovasi akan mengarah pada
penerapan inovasi jika disertai adanya motivasi yang tinggi untuk mau
berbuat serta tersedia bahan atau sumber yang diperlukan. Jika
persediaan sumber bahan yang diperlukan (resources) tinggi, maka
dampak terhadap motivasi untuk menerapkan inovasi dapat lipat 4 1/2
kali daripada jika persediaan sumber bahan rendah. Jadi untuk
melancarkan proses inovasi, perlu mempertimbangkan berbagai
variabel yang dapat meningkatkan motivasi serta tersedianya sumber
bahan pelaksanaan (resources).
(3) Langkah pengambilan keputusan
Pada langkah ini segala informasi tentang potensi inovasi dievaluasi.
Jika unit pengambil keputusan dalam organisasi menganggap bahwa
inovasi itu memang dapat diterima dan ia senang untuk menerimanya
maka inovasi akan diterima dan diterapkan dalam organisasi.
Demikian pula sebaliknya jika unit pengambil keputusan tidak
menyukai inovasi dan menganggap inovasi tidak bermanfaat maka ia
kan menolaknya. Pada saat akan mengambil keputusan peranan
60
komunikasi sangat penting untuk memeperoleh informaso yang
sebanyak-banyaknya tentang inovasi. Sehingga keputusan yang
diambil benar-benar mantap dan tidak terjadi salah pilih yang dapat
mengakibatkan kerugian bagi organisasi.
II. Tahap Implementasi (Implementation Stage)
Pada langkah ini kegiatan yang dilakaukan oleh para anggota
organisasi ialah menggunakan inovasi atau menerapkan inovasi. Ada dua
langkah yang dilakukan yaitu:
(1) Langkah awal (permulaan) implementasi
Pada langkah ini organisasi mencoba menerapkan sebagian inovasi.
Misalnya setelah Dekan memutuskan bahwa semua dosen harus membuat
persiapan mengajar dengan model Satuan Acara perkuliahan, maka pada
awal penerapannya setiap dosen diwajibkan membuat untuk satu mata
kuliah dulu, sebelum nanti akan berlaku untuk semua mata kuliah.
(2) Langkah kelanjutan pembinaan penerapan inovasi
Jika pada penerapan awal telah berhasil, para anggota telah mengetahui
dan memahami inovasi, serta memperoleh pengalaman dalam
menerapkannya, maka tinggal melanjutkan dan menjaga kelangsungannya.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Inovasi Pendidikan
Lembaga pendidikan formal seperti sekolah adalah suatu sub sistem
dari sistem sosial. Jika terjadi perubahan dalam sistem sosial, maka lembaga
61
pendidikan formal tersebut juga akan mengalami perubahan maka hasilnya
akan berpengaruh terhadap sistem sosial. Oleh karena itu suatu lembaga
pendidikan mempunyai beban yang ganda yaitu melestarikan nilai-nilai
budaya tradisional dan juga mempersiapkan generasi muda agar dapat
menyiapkan diri menghadapi tantangan kemajuan jaman.
Motivasi yang mendorong perlunya diadakan inovasi pendidikan jika
dilacak biasanya bersumber pada dua hal yaitu: (a) kemauan sekolah (lembaga
pendidikan) untuk mengadakan respon terhadap tantangan kebutuhan
masyarakat, dan (b) adanya usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga
pendidikan) untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Antara
lembaga pendidikan dan sistem sosial terjadi hubungan yang erat dan saling
mempengaruhi. Misalnya suatu sekolah telah dapat sukses menyiapkan tenaga
yang terdidik sesuai denagn kebutuhan masyarakat, maka dengan tenaga
terdidik berarti tingkat kehidupannya meningkat, dan cara bekerjanya juga
lebih baik. Tenaga terdidik akan merasa tidak puas jika bekerja yang tidak
menggunakan kemampuan inteleknya, sehingga perlu adanya penyesuaian
denagn lapangan pekerjaan. Dengan demikian akan selalu terjadi perubahan
yang bersifat dinamis, yang disebabkan adanya hubungan interaktif antara
lembaga pendidikan dan masyarakat.
Agar kita dapat lebih memahami tentang perlunya perubahan
pendidikan atau kebutuhan adanya inovasi pendidikan dapat kita gali dari tiga
hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan di sekolah, yaitu: (a)
62
kegiatan belajar mengajar, (b) faktor internal dan eksternal, dan (c) sistem
pendidikan (pengelolaan dan pengawasan).
a. Faktor Kegiatan Belajar Mengajar
Yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar
mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga profesional. Guru sebagai
tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang
pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar
mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan
tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan
institusional yang telah dirumuskan. Tetapi dalam pelaksanaan tugas
pengelolaan kegiatan belajar mengajar terdapat berbagai faktor yang
menyebabkan orang memandang bahwa pengelolaan kegiatan belajar
mengajar adalah kegiatan yang kurang profesional, kurang efektif, dan kurang
perhatian.
Sebagai alasan mengapa orang memandang tugas guru dalam mengajar
mengandung banyak kelemahan tersebut, antara lain dikemukakan bahawa:
(1) Keberhasilan tugas guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar
sangat ditentukan oleh hubungan interpersonal antara guru dengan siswa.
Dengan demikian maka keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut, juga
sangat ditentukan oleh pribadi guru dan siswa. Dengan kemampuan guru
yang sama belum tentu menghasilkan prestasi belajar yang sama jika
menghadapi kelas yang berbeda, demikian pula sebaliknya dengan kondisi
63
kelas yang sama diajar oleh guru yang berbeda belum tentu dapat
menghasilkan prestasi belajar yang sama, meskipun para guru tersebut
semuanya telah memenuhi persyaratan sebagai guru yang profesional.
(2) Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi.
Pada waktu guru mengajar dia tidak mendapatkan balikan dari teman
sejawatnya. Kegiatan guru di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi
dari kegiatan kelompok. Apa yang dilakukan guru di kelas tanpa diketahui
oleh guru yang lain. Dengan demikian maka sukar untuk mendapatkan
kritik untuk pengembangan profesinya. Ia menganggap bahwa yang
dilakukan sudah merupakan cara yang terbaik.
(3) Berkaitan dengan kenyataan di atas tersebut, maka sanagat minimal
bantuan teman sejawat untuk memeberikan bantuan saran atau kritik guna
peningkatan kemampuan profesionalnya. Apa yang dilakukan guru di
kelas seolah-olah sudah merupakan hak mutlak tanggungjawabnya, orang
lain tidak boleh ikut campur tangan. Padahal apa yang dilakukan mungkin
masih banyak kekurangannya.
(4) Belum ada kriteria yang baku tentang bagaimana pengelolaan kegiatan
belajar mengajar yang efektif. Dan memang untuk membuat kriteria
keefektifan proses belajar mengajar sukar ditentukan karena sangat banyak
variabel yang ikut menentukan keberhasilan kegiatan belajar siswa. Usaha
untuk membuat kriteria tersebut sudah dilakukan misalnya dengan
digunakannya APKG (Alat Penilai Komptensi Guru).
64
(5) Dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar, guru
menghadapi sejumlah siswa yang berbeda satu dengan yang lain baik
mengenai kondisi fisik, mental intelektual, sifat, minat, dan latar belakang
sosial ekonominya. Guru tidak mungkin dapat melayani siswa dengan
memperhatikan perbedaan individual satu dengan yang lain, dalam jamjam
pelajaran yang sudah diatur dengan jadual dan dalam waktu yang
sangat terbatas.
(6) Berdasarkan data adanya perbedaan individual siswa, tentunya lebih tepat
jika pengelolaan kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan cara yang
sangat fleksibel, tetapi kenyataannya justru guru dituntut untuk mencapai
perubahan tingkah laku yang sama sesuai dengan ketentuan yang telah
dirumuskan. Jadi anak yang berbeda harus diarahkan menjadi sama. Jika
guru tidak dapat mengatasi masalah ini dapat menimbulkan anggapan
diragukan kualitas profesionalnya.
(7) Guru juga menghadapi tantangan dalam uasaha untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya, yaitu tanpa adanya keseimbangan antara
kemampuan dan wewenangnya mengatur beban tugas yang harus
dilakukan, serta tanpa bantuan dari lembaga dan tanpa adanya insentif
yang menunjang kegiatannya. Ada kemauan guru untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya, mungkin dengan cara belajar sendiri atau
mengikuti kuliah di perguruan tinggi, tetapi tugas yang harus dilakukan
masih terasa berat, jumlah muridnya dalam satu kelas 50 orang, masih
65
ditambah tugas administratif, ditambah lagi harus melakukan kegiatan
untuk menambah penghasilan karena gaji pas-pasan, dan masih banyak
lagi faktor yang lain. Jadi program pertumbuhan jabatan atau peningkatan
profesi guru mengalami hambatan.
(8) Guru dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar
mengalami kesulitab untuk menentukan pilihan mana yang diutamakan
karena adanya berbagai macam tuntutan. Dari satu segi meminta agar guru
mengutamakan keterampilan proses belajar, tetapi dari sudut lain dia
dituntut harus menyelesaikan sajian materi kurikulum yang harus
diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, karena
menjadi bahan ujian negara/nasional. Demikian pula dari satu segi guru
dituntut menekankan perubahan tingkat laku afektif, tetapi dalam evaluasi
hasil belajar yang dipakai untuk menentukan kelulusan siswa hanya
mengutamakan aspek kognitif. Apa yang harus dipilih guru? Melayani
semua tuntutan?
Dari data tersebut menunjukkan bagaimana uniknya kegiatan belajar
mengajar, yang memungkinkan timbulnya peluang untuk munculnya pendapat
bahwa profesional guru diragukan bahkan ada yang mengatakan bahwa
jabatan guru itu ”semi profesional” , karena jika profesional yang penuh tentu
akan memberi peluang pada anggotanya untuk: (a) menguasai kemampuan
profesional yang ditunjukkan dalam penampilan, (b) memasuki anggota
profesi dan penilaian terhadap penampilan profesinya, diawasi oleh kelompok
66
profesi, (c) ketentuan untuk berbuat profesional, ditentukan bersama antar
sesama anggota profesi. (Zaltman, Florio, Sikoski, 1977).
Dengan berdasarkan adanya kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan
pengelolaan kegiatan belajar mengajar tersebut maka dapat merupakan sumber
motivasi perlunya ada inovasi pendidikan untuk mengatasi kelemahan
tersebut, atau bahkan dari sudut pandang yang lain dapat juga dikatakan
bahwa dengan adanya kelemahan-kelemahan itu maka sukar penerapan inovai
pendidikan secara efektif.
b. Faktor Internal dan Eksternal
Satu keunikan dari sistem pendidikan ialah baik pelaksana maupun
klien (yang dilayani) adalah kelompok manusia. Perencana inovasi pendidikan
harus memperhatikan mana kelompok yang mempengaruhi dan kelompok
yang dipengaruhi oleh sekolah (sistem pendidikan).
Faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan sistem pendidikan
dan dengan sendirinya juga inovasi pendidikan ialah siswa. Siswa sangat besar
pengaruhnya terhadap proses inovasi karena tujuan pendidikan untuk
mencapai perubahan tingkah laku siswa. Jadi siswa sebagai pusat perhatian
dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan berbagai macam kebijakan
pendidikan.
Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam proses inovasi
pendidikan ialah orang tua. Orang tua murid ikut mempunyai peranan dalam
67
menunjang kelancaran proses inovasi pendidikan, baik ia sebagai penunjang
secara moral membantu dan mendorong kegiatan siswa untuk melakukan
kegiatan belajar sesuai dengan yang diharapkan sekolah, maupun sebagai
penunjang pengadaan dana.
Para ahli pendidik (profesi pendidikan) merupakan faktor internal dan
juga faktor eksternal, seperti: guru, administrator pendidikan, konselor, terlibat
secara langsung dalam proses pendidikan di sekolah. Ada juga para ahli yang
di luar organisasi sekolah tetapi ikut terlibat dalam kegiatan sekolah seperti:
para pengawas, inspektur, penilik sekolah, konsultan, dan mungkin juga
pengusaha yang membantu pengadaan fasilitas sekolah. Demikian pula para
panatar guru, staf pengembangan dan penelitian pendidikan, para guru besar,
dsoen, dan organisasi persatuan guru, juga merupakan faktor yang sangat
besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan sistem pendidikan atau inovasi
pendidikan. Namun apakah mereka termasuk faktor internal atau eksternal
agak sukar dibedakan, karena guru sebagai faktor internal tetapi juga menjadi
anggota organisasi persatuan guru, yang dapat dipandang sebagai faktor
eksternal.
Yang penting untuk diketahui bahwa seorang yang akan merencanakan
inovasi pendidikan, ahrus memperhatikan berbagai faktor tersebut, apakah itu
internal atau eksternal.
68
c. Sistem Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan)
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah diatur dengan aturan
yang dibuat oleh pemerintah. Penanggung jawab sistem pendidikan di
Indonesia adalah Departemen Pendidikan Nasional yang mengatur seluruh
sistem berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan.
Dalam kaitan dengan adanya berbagai macam aturan dari pemerintah
tersebut maka timbul permasalahan sejauh mana batas kewenangan guru
untuk mengambil kebijakan dalam melakukan tugasnya dalam rangka
menyesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. Demikian pula sejauh
mana kesempatan yang diberikan kepada guru untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya guna menghadpi tantangan kemajuan jaman.
Dampak dari keterbatasan kesempatan meningkatkan kemampuan profesional
serta keterbatasan kewenangan mengambil kebijakan dalam melaksanakan
tugas bagi guru, dapat menyebabkan timbulnya siklus otoritas yang negatif.
Siklus otoritas yang negatif bagi guru yang dikemukakan oleh Florio (1973)
yang dikutip oleh Zaltman (1977) adalah guru memiliki keterbatasan
kewenangan dan kemampuan profesional, menyebabkan tidak mampu untuk
mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugasnya untuk menghadapi
tantanagan kemajuan jaman. Rasa ketidakmampuan menimbulkan frustasi dan
bersikap apatis terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Sikap apatis
dan rasa frustasi mengurangi rasa tanggung jawab dan rasa ikut terlibat
(komitmen) dalam pelaksanaan tugas. Dampak dari sikap apatis, kurang
69
semangat berpartisaipsi dan kurang rasa tanggung jawab dalam pelaksanaan
tugas, menyebabkan tmapak dari luar sebagai guru yang kurang mampu atau
tidak profesional. Dengan adanya tanda-tanda bahwa guru kurang mampu
melaksanakan tugas maka mengurangi keprcayaan atasan terhadap guru.
Dengan adanya ras kurang percaya menyebabkan timbulnya kecurigaan atau
tidak jelasan kewenangan dan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Karena
atasan mengaanggap tidak memperoleh kejelasan tentang tanggung jawab
pengguanaan wewenang serta kemampuan profesional yang dimiliki guru,
maka dibatasi pemberian wewenang dan kesempatan mengembangkan
kemampuannya.
LATIHAN
Sebagai bahan latihan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut. Lakukanah
melalui diskusi bersama teman Anda agar menjadi lebih mantap dalam memahami
materi Proses Inovasi Pendidikan.
1. Kemukakan pengertian tentang difusi inovasi?
2. Jelaskan pengertian tentang diseminasi inovasi?
3. Sebutkan dan jelaskan 4 elemen difusi inovasi?
4. Jelaskan pengertian tentang proses keputusan inovasi?
5. Sebutkan dan jelaskan 5 tahap proses keputusan inovasi?
6. Jelaskan pengertian tentang proses inovasi pendidikan?
7. Sebutkan model-model proses inovasi yang berorientasi pada individual?
70
8. Sebutkan model-model proses inovasi yang berorientasi pada organisasi?
9. Sebutkan dan jelaskan proses inovasi yang dikemukan Zaltman, Duncan, dan
Holbek
PETUNJUK JAWABAN LATIHAN
1. Difusi ialah proses komunikasi inovasi antara anggota sistem sosial dengan
menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu.
2. Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan
dan dikelola pelaksanannya
3. Empat elemen pokok difusi inovasi, yaitu: inovasi, komunikasi, dengan
saluran tertentu, waktu, da anggota sistem sosial.
4. Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui atau dialami oleh individu
atau unit pengambil keputusan yang lain,
5. Lima tahap proses keputusan inovasi, yaitu: tahu adanya inovasi, penentuan
sikap meneyenagi atau tidak meneyenangi inovasi, penetapan keputusan
menerima atau menolak inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi
terhadap inovasi.
6. Proses inovasi dalam organisasi ialah serangkaian aktivitas yang dilakukan
seseroang mulai dari mengenal inovasi samapai dengan mnerapkan inovasi.
7. Model proses inovasi yang berorientai pada individual
8. Model proses inovasi yang berorientsi pada organisasi
9. Proses inovasi menurut Zaltman, Duncan, dan Holbek
71
I. Tahap Permulaan (Inisiasi)
1. Langkah pengetahuan dan kesadaran
2. Langkah pembentukan sikap terhadap inovasi
II. Tahap Implementasi
1. Langkah awal implementasi
2. Langkah kelanjutan pembinaan
RANGKUMAN
Pada hakekatnya yang menjadi sasaran menerima dan menerapkan inovasi
adalah adalah individu atau priabadi sebagai anggota sistem sosial (warga
masyarakat). Maka dengan demikian maka pemahaman tentang proses inovasi
pendidikan yang berorientasi pada individu tetap merupakan dasar untuk
memahami proses inovasi dalam organisasi.
Dengan memahami proses difusi inovasi dalam organisasi akan mudah
untuk memahami proses difusi pendidikan, karena pada dasarnya pelaksana
pendidikan beserta komponen-komponennya adalah suatu organisasi.
TES FORMATIF 1
Setelah selesai melakukan berbagai kegiatan mempelajari proses inovasi
dalam pendidikan, jawablah pertanyaan berikut sebagai gambaran sampai dimana
anda menguasai materi tersebut.
Berilah tanda silang (x) pada salah satu alternatif pernyataan berikut ini.
72
1. Makna terpenting tentang difusi inovasi adalah:
a. proses komunikasi
b. proses penyebaran inovasi
c. pola berfikir dalam tindakan nyata
d. kemampuan intelektual, keterampilan, sikap, etika dan estetika
2. Proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan dan dikelola
pelaksanaannya disebut:
a. difusi
b. diseminasi
c. inovasi
d. konsekuensi
3. Tidak termasuk elemen pokok difusi inovasi, yaitu::
a. inovasi
b. komunikasi
c. waktu
d. organisasi
4. Sesuatu yang baru dalam inovasi mengandung arti:
a. ketidak tentuan yang masih mengandung berbagai macam alternatif
b. rancangan ide, gagasan, kejadian, dan metode
c. desain metode yang akan didesiminasikan
d. ideal sistem sosial yang diidamkan
73
5. komunikasi akan lebih efektif jika orang yang berkomunikasi memiliki
kesamaan yang disebut:
a. konfirmasi
b. homophily
c. heterophily
d. empati
6. Kesukaran komunikasi yang disebabkan adanya heterophily dapat dikurangi
dengan adanya:
a. komunikasi
b. konfirmasi
c. disonansi
d. empati
7. Tahap-tahap dalam proses keputusan inovasi menurut Rogers, yaitu:
a. pengetahuan-bujukan-keputusan-implementasi-konfirmasi
b. opsional-kolektif-otoritas
c. inovasi-komunikasi-waktu-sistem sosial
d. desain-kesadaran-evaluasi-percobaan
8. Yang mendorong diperlukannya inovasi adalah:
a. pengembangan kecakapan hidup
b. pengetahuan dan teknologi informasi
c. konprehensif dan kontinuitas
d. terdapat kesenjangan penampilan
74
9. Proses inovasi yang dikemukakan Zaltman, Duncan, dan Holbek:
a. permulaan dan implementasi
b. pengetahuan dan keputusan
c. menyadari dan menerima
d. konseptualisasi dan institusiinalisasi
10. Sikap terhadap inovasi untuk berubah atau mau menerima inovasi termasuk
tahap:
a. pengetahuan dan kesadaran
b. pembentukan sikap terhadap inovasi
c. langkah keputusan
d. awal implementasi
Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif pada bagian
modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar kemudian untuk mengetahui
tingkat penguasaan terhadap modul 2:
Rumusnya:
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat Penguasaan = ------------------------------------- x 100 %
10
Arti tingkatan penguasaan yang anda capai:
90 % - l00 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< - 70 % = kurang
75
Bila anda telah mencapai tingkat kemampuan 80 % atau lebih, maka saudara bisa
dengan mempelajari modul berikutnya. Tetapi bila saudara masih tingkat
penguasaan di bawah 80 %, maka harus mengulangi kegiatan belajar mengajar
terutama yang saudara belum pahami.
GLOSARIUM
1. Difusi ialah proses komunikasi inovasi antara anggota sistem sosial dengan
menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu.
2. Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan
dan dikelola pelaksanannya
3. Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui atau dialami oleh individu
atau unit pengambil keputusan yang lain
4. Proses inovasi dalam organisasi ialah serangkaian aktivitas yang dilakukan
seseroang mulai dari mengenal inovasi samapai dengan mnerapkan inovasi
DAFTAR PUSTAKA
Alex Inkeles and David H. Smith, (1974), Becoming Modern, Individual Change
in Six Development Countries. Massachusett: Harvard University Press
Cambridge
Roger M & Shoemaker F. Floyd. (1971). Communication of Innovation. New
York: The Free Press A Division of Macmillan Publishing Co. Inc.
Everett M. Rogers. (1983). Diffusion of Innovation. New York: The Free Press A
Division of Macmillan Publishing Co. Inc
Francis Abraham (1980). Perspective on Modernization toward General Theory
of Third World Development. Washington: University Press of America
76
Gerald Zaltman, Philip Kolter, Ira Kaufman, (1977). Creating Social Change.
Holt Rinehart and Winston, Inc New York, Chicago, San Francisco,
Atlanta, Dallas, Toronto.
Gerald Zaltman and Robert Duncan (1977). Strategies for Planned Change. A
Wiley-Interscience Publication John Wiley and Sons, New York. London,
Sydney, Toronto.
Gerald Zaltman, Rober Duncan, Johny Holbek. (1973). Innovation and
Organization. A Wiley-Interscience Publication John Wiley and Sons,
New York. London, Sydney, Toronto.
Gerald Zaltman, David H. Florio, Linda a Sikorski. (1977). Dynamic Educational
Change. New York: The Free Press A Division of Macmillan Publishing
Co. Inc
R.G. Havelock & A.M. Huberman. (1978). Solving Educational Problems,
Praegar Publisher, A Division of Holt, Rinehart and Winston, CBS, Inc,
New York.
Mattew B. Miles (1964). Innovation in Education, Bureau of Publication Teachers
College. Columbia University New York
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF 1
1. A
2. D
3. B
4. A
5. D
6. D
7. A
8. D
9. A
10. B
77
MODUL 3
KARAKTERISTIK DAN STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
Kita telah mengetahui bahwa inovasi termasuk bagian dari perubahan
sosial, dan inovasi pendidikan merupakan bagian dari inovasi. Mengingat bahwa
penyelenggara pendidikan formal adalah suatu organisasi maka pola inovasi
dalam organisasi yang lebih sesuai diterapkan dalam bidang pendidikan. Namun
demikian organisasi pendidikan mempunyai karakteristik atau keunikan tersendiri
jika dibandingkan dengan organisasi yang lain di luar bidang pendidikan. Maka
untuk memperjelas wawasan tentang inovasi pendidikan yang sesuai dengan
kondisi dan situasi setempat, maka modul ini dimulai dengan membicarakan
karakteristik inovasi pendidikan dan kemudian menjelaskan tentang bagaimana
strategi yang dapat dilakukan berdasarkan keragaman yang ada dalam bidang
pendidikan
Dalam modul ini, Anda akan mempelajari karakteristik dan strategi
inovasi pendidikan. Dengan memahami kedua hal tersebut dalam inovasi
pendidikan, Anda diharapkan dapat memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan karakteristik inovasi pendidikan
2. Dapat menjelaskan strategi inovasi pendidikan.
78
Kemampuan tersebut sangat penting bagi Anda untuk mengembangkan wawasan
dan pemahaman tentang inovasi pendidikan, yang dapat menjadi bahan analisis
Anda.
Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini, ikuti
petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda
memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan katakata
yang Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci
dalam daftar kata-kata sulit modul ini atau dalam kamus yang ada.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui
pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan
dengan tutor Anda.
4. Terapkan pengertian-pengertian inovasi pendidikan secara imajiner (dalam
pikiran) dan dalam situasi terbatas melalui simulasi sejawat (peer-group
simulation) pada saat tutorial.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman
simulasi dalam kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial.
79
URAIAN MATERI
KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi
oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Misalnya penyebarluasan penggunaan
kalkulator dan “blue jean”, dalam waktu kurang 1 sampai 5 tahun sudah merata
keseluruh Amerika Serikat, sedangkan penggunaan tali pengaman bagi
pengendara mobil baru tersebar merata setelah memakan waktu beberapa puluh
tahun. Everett M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakteristik inovasi yang
dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut:
1. Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan
bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat
diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial
(gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang
sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat
tersebarnya inovasi.
2. Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai
(values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak
sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan
diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada. Misalnya
penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan
agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar
inovasi akan terhambat.
80
3. Kompleksitas (complexity) ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan
menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti
dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi
yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat
proses penyebarannya. Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak
mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman,
diberitahu oleh penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang
akan diminum, karena air yang tidak dimasak jika diminum dapat
menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar diterima. Makin mudah
dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.
4. Trialabilitas (trialability) ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh
penerima. Suatu inovasi yantg dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat
daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Misalnya
penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh
masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam dan dapat
melihat hasilnya.
5. Dapat diamati (observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil
inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat
diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati
hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat. Misalnya penyebarluasan
penggunaan bibit unggul padi, karena petani dapat dengan mudah melihat
hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk
81
memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan. Tetapi
mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca dan menulis
tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk melihat hasil
yang nyata menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi.
Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya
penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu inovasi dapat
merupakan kombinasi dari berbagai macam atribut (Zaltman, 1973: 32-50). Untuk
memperjelas kaitan antara inovasi dengan cepat lambatnya proses penerimaan
(adopsi), maka kita lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan
Zaltman, sebagai berikut:
2. Pembiayaan (cost), cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh
pembiayaan, baik pembiayaan pada awal (penggunaan) maupun pembiayaan
untuk pembinaan selanjutnya. Walaupun diketahui pula bahwa biasanya
tingginya pembiayaan ada kaitannya dengan kualitas inovasi itu sendiri.
Misalnya penggunaan modul di sekolah dasar. Ditinjau dari pengembangan
pribadi anak, kemandirian dalam usaha (belajar) mempunyai nilai positif,
tetapi karena pembiayaan mahal maka akhirnya tidak dapat disebarluaskan.
3. Balik modal (returns to investment), atribut ini hanya ada dalam inovasi di
bidang perusahaan atau industri. Artinya suatu inovasi akan dapat
dilaksanakan kalau hasilnya dapat dilihat sesuai dengan modal yang telah
dikeluarkan (perusahaan tidak merugi). Untuk bidang pendidikan atribut ini
82
sukar dipertimbangkan karena hasil pendidikan tidak dapat diketahui dengan
nyata dalam waktu relatif singkat.
4. Efisiensi, inovasi akan cepat diterima jika ternyata pelaksanaan dapat
menghemat waktu dan juga terhindar dari berbagai masalah/hambatan.
5. Resiko dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima jika mengandung
resiko yang sekecil-kecilnya bagi penerima inovasi
6. Mudah dikomunikasikan, Inovasi akan cepat diterima bila isinya mudah
dikomunikasikan dan mudah diterima klien.
7. Kompatibilitas, cepat lambatnya penerimaan inovasi tergantung dari
kesesuainnya dengan nilai-nilai (value) warga masyarakat.
8. Kompleksitas, inovasi yang dapat mudah digunakan oleh penerima akan
cepat tersebar dengan cepat
9. Status ilmiah, Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan
oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti
atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya
10. Kadar keaslian, warga masyarakat dapat cepat menerima inovasi apabila
dirasakan itu hal yang baru bagi mereka
11. Dapat dilihat kemanfaatannya, suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati
akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang
sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat
12. Dapat dilihat batas sebelumnya, suatu inovasi akan makin cepat diterima
oleh masyarakat apabila dapat dilihat batas sebelumnya.
83
13. Keterlibatan sasaran perubahan, inovasi dapat mudah diterima apabila
waraga masyarakat dikutsertakan dalam setiap proses yang dijalani.
14. Hubungan interpesonal. Maka jika hubungan interpersonal baik, dapat
mempengaruhi temannya untuk menerima inovasi. Dengan hubungan yang
baik maka orang yang menentang akan menjadi bersikap lunak, orang
simpati akan menjadi tertarik dan orang yang tertarik akan menerima
inovasi.
15. Kepentingan umum atau pribadi (publicness versus privateness). Inovasi
yang bermanfaat untuk kepentingan umum akan lebih cepat diterima
daripada inovasi yang ditujukan pada kepentingan sekelompok orang saja.
16. Penyuluh inovasi (gatekeepers). Untuk melancarkan hubungan dalam usaha
mengenalkan suatu inovasi kepada organisasi sampai organisasi mau
menerima inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat menjadi
penyuluh inovasi. Misalnya untuk pelaksanaan program KB, maka
diperlukan orang-orang yang bertugas mendatangi warga masyarakat untuk
menjelaskan perlunya melaksanakan program KB. Tersedianya penyuluh
inovasi akan mempengaruhi kecepatan penerimaan inovasi.
Demikian berbagai macam atribut inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau
lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami atribut tersebut para
pendidik dapat menganalisa inovasi pendidikan yang sedang disebarluaskan,
sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu mempercepat
proses penerimaan inovasi.
84
B. STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN
1. Pengantar
Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan
program perubahan sosial adalah ketepatan penggunaan strategi, tetapi
memilih strategi yang tepat bukan pekerjaan yang mudah. Sukar untuk
memilih satu startegi tertentu guna mencapai tujuan atau target perubahan
sosial tertentu, karena sebenarnya berbagai macam strategi itu terletak pada
suatu continum dari tingkat yang paling lemah (sedikit) tekanan paksaan dari
luar, ke arah yang paling banyak (kuat) tekanan (paksaan) dari luar, dan dapat
digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
(Zaltman, 1977)
Biasanya sukar menentukan bahwa suatu strategi tertentu ada
pendidikan, bujukan, fasilitas, atau paksaan (power), karena pada
kenyataannya tidak ada batasan yang jelas untuk membeda-bedakan strategi
tersebut. Misalnya startegi fasilitatif mungkin juga digunakan dalam strategi
pendidikan atau mungkin juga digunakan dalam strategi bujukan. Namun
demikian jika pelaksanaan pogram perubahan sosial memahami berbagai
Tekanan dari luar
Paling lemah
Tekanan dari luar
Paling kuat
Pendidikan
(educative)
Paksaan
(power)
Bujukan
(persuasive)
Fasilitative
85
macam strategi, akan dapat memilih dan menentukan strategi mana yang akan
diutamakan untuk mencapai suatu tujuan perubahan sosial tertentu, walaupun
sebenarnya ia kan mengkombinasikan berbagai macam strategi.
2. Empat Macam Strategi Inovasi
Pada kesempatan ini akan dibicarakan 4 macam strategi perubahan
sosial yaitu: strategi fasilitatif (facilitative strategies), strategi pendidikan (reeducative
strategies), strategi bujukan (persuasive strategies), dan strategi
paksaan (power strategies).
a. Strategi Fasilitatif
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi
fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial yang telah
ditentukan, diutamakan penyediaan fasilitas dengan maksud agar program
perubahan sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar.
Strategi fasilitatif ini akan dapat dilaksnakan dengan tepat jika
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(1) Strategi fasilitatif dapat digunakan dengan tepat jika sasaran perubahan
(klien):
- mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari
target perubahan (tujuan).
- merasa perlu adanya perubahan atau perbaikan
- bersedia menerima bantuan dari luar dirinya
86
- Memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau
memperbaiki dirinya
(2) Sebaiknya strategi fasilitatif dilaksanakan dengan disertai program
menimbulkan kesadaran pada klien atas tersedianya fasilitas atau tenaga
bantuan yang diperlukan.
(3) Strategi fasilitatif tepat juga digunakan sebagai kompensasi motivasi yang
rendah terhadap usaha perubahan sosial.
(4) Menyediakan berbagai fasilitas akan sangat bermanfaat bagi usaha
perbaikan sosial jika klien menghendaki berbagai macam kebutuhan untuk
memenuhi tuntutan perubahan sesuai yang diharapkan.
(5) Penggunaan strategi fasilitatif dapat juga dengan cara menciptakan peran
yang baru dalam masyarakat jika ternyata peran yang sudah ada di
masyarakat tidak sesuai dengan penggunaan sumber atau fasilitas yang
diperlukan.
(6) Usaha perubahan dengan menyediakan berbagai fasilitas akan lebih lancar
pelaksanaannya jika pusat kegiatan organisasi pelaksana perubahan sosial,
berada di lokasi tempat tinggal sasaran (klien).
(7) Strategi fasilitatif dengan menyediakan dana serta tenaga akan sangat
diperlukan jika klien tidak dapat melanjutkan usaha perubahan sosial
karena kekurangan sumber dana dan tenaga.
(8) Perbedaan sub bagian dalam klien akan menyebabkan perbedaan fasilitas
yang diperlukan untuk penekanan perubahan tertentu pada waktu tertentu.
87
(9) Strategi fasilitatif kurang efektif jika:
- digunakan pada kondisi sasaran perubahan yang sangat kurang untuk
menentang adanya perubahan sosial.
- perubahan diharapkan berjalan dengan cepat, serta tidak sikap terbuka
dari klien untuk menerima perubahan
Sebagai gambaran agar dapat memahami dasar-dasar atau pedoman
penggunaan strategi fasilitatif tersebut, marilah kita lihat bersama seandainya
strategi fasilitatif itu akan digunakan untuk memperbaharui bidang
pendidikan. Dengan adanya kurikulum baru dengan pendekatan keterampilan
proses maka perlu ada perubahan atau pembaharuan kegiatan belajar
mengajar. Jika untuk keperluan tersebut digunakan pendekatan fasilitatif
berarti mengutamakan program pembaharuan itu dengan menyediakan
berbagai macam fasilitas dan sarana yang diperlukan. Tetapi fasilitas dan
sarana itu tidak akan banyak bermanfaat dan menunjang perubahan jika para
guru atau pelaksana pendidikan sebagai sasaran perubahan tidak memahami
masalah pendidikan yang dihadapi, tidak merasa perlu adanya perubahan pada
dirinya, tidak perlu atau tidak bersedia menerima menerima bantuan dari luar
atau dari lain, tidak memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha
pembaharuan. Dengan demikian maka sarana dan fasilitas yang ada sia-sia.
Oleh karena itu sebaiknya penggunaan strategi fasilitatif diiringi dengan
program untuk membangkitkan kesadaran pada klien (sasaran perubahan)
akan perlunya perubahan serta perlunya memanfaatkan semaksimal mungkin
88
fasilitas dan bantuan tenaga yang disediakan. Demikian pula seandainya
dalam pembaharuan kurikulum tersebut disediakan berbagai macam fasilitas
media instruksional dengan maksud agar pelaksanaan kurikulum baru dengan
pendekatan keterampilan proses dapat lancar, tetapi ternyata para guru sebagai
sasaran perubahan belum memiliki kemampuan untuk menggunakan media,
maka perlu diusahakan adanya kemampuan atau peranan yang baru yaitu
sebagai pengelola atau sebagai pemakai media institusional. Apalagi jika
fasilitas disediakan sedangkan sebagian besar sasaran perubahan menolak
adanya pembaharuan, maka jelas bahwa fasilitas itu akan sia-sia.
b. Strategi Pendidikan
Perubahan sosial didefinisikan sebagai pendidikan atau pengajaran
kembali (re-education) (Zaltman, Duncan, 1977:111). Pendidikan juga dipakai
sebagai strategi untuk mencapai tujuan perubahan sosial. Dengan
menggunakan strategi pendidikan berarti untuk mengadakan perubahan sosial
dengan cara menyampaikan fakta dengan maksud orang akan menggunakan
fakta atau informasi itu untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan.
Dengan dasar pemikiran bahwa manusia akan mampu untuk membedakan
fakta serta memilihnya guna mengatur tingkah lakunya apabila fakta itu
ditunjukkan kepadanya. Zaltman menggunakan istilah ”re-education” dengan
alasan bahwa dengan strategi ini mungkin seseorang harus belajar lagi tentang
sesuatu yang dilupakan yang sebenarnya telah dipelajarinya sebelum
mempelajari tingkah laku atau sikap yang baru. Dengan menggunakan strategi
89
pendidikan berarti tidak menutup kemungkinan untuk digunakannya strategi
yang lain sesuai dengan keperluan.
Agar penggunaan strategi pendidikan dapat berlangsung secara efektif,
perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Strategi pendidikan akan dapat digunakan secara tepat dalam kondisi dan
situasi sebagai berikut:
(a) apabila perubahan sosial yang diinginkan, tidak harus terjadi dalam
waktu yang singkat (tidak ingin segera cepat berubah)
(b) apabila sasaran perubahan (klien) belum memeiliki keterampilan atau
pengetahuan tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan program
perubahan sosial.
(c) apabila menurut perkiraan akan terjadi penolakan yang kuat oleh klien
terhadap perubahan yang diharapkan.
(d) apabila dikehendaki perubahan yang sifatnya mendasar dari pola
tingkah laku yang sudah ada ke tingkah laku yang baru.
(e) apabila alasan atau latar belakang perlunya perubahan telah diketahui
dan dimengerti atasa dasar sudut pandang klien sendiri, serta
diperlukan adanya kontrol dari klien.
2. Strategi pendidikan untuk melaksanakan program perubahan akan efektif
jika:
90
(a) digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai
untuk digunakan sebagai dasar tindakan selanjutnya sesuai dengan
tujuan perubahan sosial yang akan dicapai.
(b) disertai dengan keterlibatan berbagai pihak misalnya dengan adanya:
sumbangan dana, donatur, serta berbagai penunjang yang lain.
(c) digunakan untuk menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau
kembali ke keadaan sebelumnya.
(d) digunakan untuk menanamkan pengertian tentang hubungan antara
gejala dan masalah, menyadarkan adanya masalah dan memantapkan
bahwa masalah yang dihadapi dapat dipecahkan dengan adanya
perubahan.
3. Strategi pendidikan akan kurang efektif jika:
(a) tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan
pendidikan
(b) digunakan dengan tanpa dilengkapi dengan strategi yang lain.
c. Strategi Bujukan
Program perubahan sosial dengan menggunakan strategi bujukan,
artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial dengan cara membujuk
(merayu) agar sasaran perubahan (klien), mau mengikuti perubahan sosial
yang direncanakan. Sasaran perubahan diajak untuk mengikuti perubahan
dengan cara memberikan alasan, mendorong, atau mengajak untuk mengikuti
91
contoh yang diberikan. Strategi bujukan dapat berhasil berdasarkan alasan
yang rasional, pemberian fakta yang akurat, tetapi mungkin juga justru dengan
fakta yang salah sama sekali (rayuan gombal). Tentu saja yang terakhir ini
hasilnya tidak akan tahan lama bahkan untuk selanjutnya akan merugikan.
Strategi bujukan biasa digunakan untuk kampanye atau reklame pemasaran
hasil perusahaan. Demikian pula sering terjadi dalam komunikasi antar
individu di masyarakat, walaupun kadang-kadang tanpa disadari bahwa dia
melakukan atau menggunakan strategi bujukan.
Untuk berhasilnya penggunaan strategi bujukan perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
(1) Strategi bujukan tepat digunakan bila klien (sasaran perubahan):
(a) tidak berpartisipasi dalam proses perubahan sosial
(b) berada pada tahap evaluasi atau legitimasi dalam proses pengambilan
keputusan untuk menerima atau menolak pperubahan sosial.
(c) diajak untuk mengalokasikan sumber penunjang perubahan dari suatu
kegiatan atau program ke kegiatan atau program yang lain
(2) Strategi bujukan tepat digunakan jika:
(a) masalah dianggap kurang penting atau jika cara pemecahan masalah
kurang fektif.
(b) pelaksana program perubahan tidak memiliki alat kontrol secara
langsung terhadap klien.
92
(c) sebenarnya perubahan sosial sangat bermanfaat tetapi menganggap
mengandung suatu resiko yang dapat menimbulkan perpecahan.
(d) perubahan tidak dapat dicobakan, sukar dimengerti, dan tidak dapat
diamati kemanfaatannya secara langsung.
(e) dimanfaatkan untuk melawan penolakan terhadap perubahan pada saat
awal diperkenalkannya perubahan sosial yang diharapkan.
d. Strategi Paksaan
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi
paksaan, artinya dengan cara memaksa klien (sasaran perubahan) untuk
mencapai tujuan perubahan. Apa yang dipaksa merupakan bentuk dari hasil
target yang diharapkan. Kemampuan untuk melaksanakan paksaan tergantung
daripada hubungan kontrol antara pelaksana perubahan dengan sasaran
(klien). jadi ukuran hasilnya target perubahan tergantung dari kepuasan
pelaksanaan perubahan. Sedangkan kekuatan paksaan artinya sejauh mana
pelaksana perubahan dapat memaksa klein tergantung dari tingkat
ketergantungan klien dengan pelaksana perubahan. Kekuatan paksaan juga
dipengaruhi berbagai faktor antara lain: ketatnya pengawasan yang dilakukan
pelaksana perubahan terhadap klien. Tersedianya berbagai alternatif untuk
mencapai tujuan perubahan, dan juga tergantung tersedianya dana (biaya)
untuk menunjang pelaksanaan program, misalnya untuk memberi hadiah
kepada klien yang berhasil, atau menghukum yang tidak mau dipaksa.
93
Penggunaan strategi paksaan perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
(1) strategi paksaan dapat digunakan apabila partisipasi klien terhadap proses
perubahan sosial rendah dan tidak mau meningkatkan partisipasinya.
(2) strategi paksaan juga tepat digunakan apabila klien tidak merasa perlu
untuk berubah atau tidak menyadari perlunya perubahan sosial.
(3) strategi paksaan tidak efektif jika klien tidak memiliki sarana penunjang
untuk mengusahakan perubahan dan pelaksana perubahan juga tidak
mampu mengadakannya.
(4) strategi paksaan tepat digunakan jika perubahan sosial yang dharapkan
harus terwujud dalam waktu yang singkat. Artinya tujuan perubahan harus
segera tercapai.
(5) strategi paksaan juga tepat dipakai untuk menghadapi usaha penolakan
terhadap perubahn sosial atau untuk cepat mengadakan perubahan sosial
sebelum usaha penolakan terhadapnya bergerak.
(6) strategi paksaan dapat digunakan jika klien sukar untuk mau menerima
perubahan sosial artinya sukar dipengaruhi
(7) strategi paksaan dapat juga digunakan untuk menjamin keamanan
percobaan perubahan sosial yang telah direncanakan.
Dalam pelaksanaan program perubahan sosial sering juga dipakai
kombinasi antara berbagai macam strategi, disesuaikan dengan tahap
pelaksanaan program serta kondisi dan situasi klien pada berlangsungnya
94
proses pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perubahan
sosial.
Dalam buku yang ditulis oleh J. Loyd Trum dan William Geogiades
yang berjudul ”How to Change Your School” (1978) diuraikan tentang
petunjuk penerapan inovasi pada suatu sekolah. Uraian ini akan membantu
jika mengalami kesukaran untuk menentukan teknik dan strategi mana yang
paling tepat untuk memperbaiki sekolah. Misalnya untuk menjawab
pertanyaan antara lain: Perubahan apa yang tepat untuk meningkatkan mutu
sekolah kita? Inovasi yang mana yang tepat untuk diimplementasikan? Data
apa saja yang diperlukan untuk menunjukkan pengaruh inovasi terhadap
program sekolah, siswa, guru, administrator, dan orang tua serta warga
masyarakat yang dilayaninya?
Petunjuk penerapan inovasi pada suatu sekolah dapat diuraikan sebagai
berikut:
(1) Buatlah rumusan yang jelas tentang inovasi yang akan diterapkan.
Apa yang diperlukan sehingga perlu ada perubahan? Adakah hal-hal lain
yang ikut menunjang penerapan inovasi? Untuk mempermudah perumusan
tentang kebutuhan dan inovasi yang akan diterapkan, disarankan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Apakah Anda akan:
- mengatur sistem kepenasehatan siswa?
- mengubah cara kerja konselor?
95
- mengumpulkan data untuk digunakan sebagai bahan mendiagnosa
dirinya sendiri (self-diagnosis) oleh siswa, guru, dan supervisor yang
memeprhatikan bagaimana kelompok menggunakan waktu, dalam
kegiatan apa saja, dimana kegiatan dilakukan, dengan siapa dilakukan,
dan apa hasilnya, dengan tujuan agar dapt mengadakan rediagnosa
untuk mencapai perubahan yang konstruktif?
- mengembangkan pembagian tugas dewan guru dalam menunjang
kelancaran program sekolah (kejelasan tugas wakil kepala sekolah
bidang pengajaran, kesiswaan, sarana, dan sebagainya)?
- mengembangkan sistem pengelolaan seekolah agar program sekolah
dapat berjalan secara efektif di bawah pimpinan kepala sekolah?
- membagi wewenang dan tanggung jawab kepala sekolah kepada para
guru, sehingga semua merasa ikut bertanggung jawab atas baik dan
buruknya sekolah?
- mengusahakan lebih produktif lagi dalam hal mendayagunakan waktu,
uang, fasilitas, personal dan berbagai macam sumber yang lain?
- mengembangkan cara menilai program sekolah yang lebih reliabel dan
valid (lebih andal dan shahih)?
- membantu orang tua murid atau yang lain untuk mengembangkan
sikap positif terhadap program sekolah dengan cara meningkatkan
saling pengertian serta ikut berpartsiapsi secara positif dalam kebiajakn
dan prosedur untuk memperbaiki sekolah?
96
- menambah, mengurangi atau merubah persyaratan kurikulum?
- menambah jumlah dan macam mata pelajaran pilihan?
- mengadakan minicourses (kursus singkat) atau menambah apa yang
suadah ada?
- memiliki pengalaman yang lebih mendalam lagi tentang belajar jarak
jauh?
- menyarankan lebih banyak lagi atau dikurangi pemberian pekerjaan
rumah bagi siswa?
- mengadakan studi tentang bagaimana hubungan antara jumlah uang
yang digunakan di sekolah dengan peningkatan produktivitas yang
dicapai setiap orang?
- mengubah tahun ajaran sekolah menjadi lebih lama atau lebih pendek.
- memperluas penggunaan sistem kredit?
- mengubah peraturan kehadiran guru dan siswa agar mereka dapat
bekerja dengan tempat yang memadai?
- menghubungkan antara besar kecilnya jumlah anggota kelompok siswa
dengan tujuan instruksional?
- menambah atau mengurangi jumlah siswa yang akan diterima di
sekolah?
- mengubah model bangunan gedung sekolah agar dapat
mendayagunakan berbagai fasilitas yang ada dengan efisien dan
efektif?
97
- menambah atau mengubah sesuati yang lain dalam arti mengusahakan
agar lebih sesuai dengan kebutuhan lokal, permasalahan yang ada,
kesempatan yang tersedia, dan personal yang ada?
Berikut ini ada beberapa pertanyaan penuntun untuk mempermudah anda
membuat keputusan tentang apa yang harus anda lakukan untuk
meningkatkan mutu sekolah:
(a) Apakah anda secara pribadi menggunakan cara pendekatan
komunikasi dua arah untuk memberikan motivasi kepada guru, siswa,
orang tua murid, warga masyarakat, dan juga pegawai kantor (tata
usaha) untuk mencari cara yang tepat guna meningkatkan efektivitas
proses belajar mengajar?
(b) Apakah anda dengan rekan-rekan telah mempertimbangkan sejumlah
besar alternatif dari segala macam aspek persekolahan yang mungkin
perlu dilengkapi atau disempurnakan?
(c) Adakah kebutuhan siswa, guru, dan orang di luar sekolah yang saat ini
belum dilayani oleh program sekolah?
(d) Data apa yang telah dimiliki atau mungkin akan segera diperoleh yang
akan membantu untuk memberikan motivasi perlunya ada inovasi?
(e) Bagaimana anda akan menentukan inovasi yang mungkin dapat
diterapkan dan mudah menanganinya sesuai dengan situasi di sekolah?
98
(f) Langkah positif yang mana yang dapat dilakukan untuk menekan
oposisi (perlawanan) yang selalu muncul dalam berbagai macam
bentuk dan tingkatan jika anda mengadakan perubahan atau inovasi?
(g) Bagaimana anda akan bersikap dalam situasi yang tidak dapat diatasi
atau merupakan dilema dan sukar diselesaikan?
(h) Maukah anda secara pribadi menerima beban tanggung jawab untuk
bekerjasama dengan orang lain dalam usaha menerapkan inovasi di
sekolah dimana anda bekerja?
(2) Gunakan metode atau cara yang memberi kesempatan untuk
berpartisipasi secara aktif dalam usaha merubah pribadi maupun
sekolah.
Sebenarnya inovasi disekolah dengan mudah diterapkan jika para kepala
sekolah, guru, siswa, dan warga sekolah lainnya mau untuk melakukan
inovasi yang diharapkan. Merubah sekolah sebenarnya merubah orang
yang berada di sekolah. Berikut ini akan diuraikan tentang bagaimana guru
dan kepala sekolah yang akan mengadakan pembaharuan atau menerapkan
inovasi.
(a) Tujuan diadakannya inovasi pelu dimengerti dan diterima oleh guru,
siswa, serta orang tua dan juga masyarakat. Harus dikemukakan
dengan jelas mengapa perlu ada inovasi. Demikian pula tujuan inovasi
hendaknya dapat dirumuskan dengan jelas baik pengetahuan,
ketrampilan atau sikap. Jika semua tujuan dapat ditunjukkan dengan
99
jelas, maka guru, siswa, dan orang tua siswa akan mudah memahami
apa yang diharapkan oleh inovator. Usaha untuk memperjelas
informasi inovasi ini perlu mendayagunakan segala fasilitas yang ada.
(b) Motivasi positif harus digunakan untuk memberikan rangsangan agar
mau menerima inovasi. Motivasi dengan ancaman, dengan mengajak
agar orang mengikuti yang dilakukan oleh orang lain, atau dengan
menasehati agar orang menghindari kegagalan, belum tentu dapat
berhasil. Kepandaian untuk menganalisa tujuan serta potensi hasil
inovasi sangat diperlukan untuk memberikan motivasi yang tepat.
Apakah tujuan memang merupakan hal yang sangat perlu atau hanya
merupakan hal yang pantas untuk dicapai. Orang yang akan
memberikan motivasi kepada orang lain harus memperhatikan adanya
perbedaan individual. Usaha penerapan inovasi harus dapat diterima
oleh guru, dan siswa sebagai anggota masyarakat sekolah.
(c) Harus diusahakan agar individu ikut berpartisipasi dalam mengambil
keputusan inovasi. Guru, siswa, maupun orang tua siswa, diberi
kesempatan ikut berperan dalam mengambil keputusan menerima atau
menolak inovasi. Mereka diberi kesempatan memikirkan,
mendiskusikan, dan mempertimbangkan perlunya inovasi. Untuk
keperluan itu perlu dipersiapkan berbagai alternatif bagaimana cara
pemecahan masalah atau memenuhi kebutuhan yang diperlukan.
Usahakan pemberian informasi yang sejelas-jelasnya tentang inovasi
100
(apa, mengapa, dan bagaimana), dengan menggunakan berbagai
macam fasilitas dan media yang ada. Demikian pula perlu
dikumpulkan data tentang kondisi dan situasi sekolah yang berkaitan
dengan inovasi, kemudain data dianalisa untuk menentukam cara atau
prosedur yang tepat dalam penerapan inovasi.
(d) Perlu direncanakan tentang evaluasi keberhasilan program inovasi.
Kejelasan tujuan dan cara menilai keberhasilan penerapan inovasi,
merupakan motivasi yang kuat untuk menyempurnakan pelaksanaan
inovasi.
Disamping keempat hal tersebut perlu diperhatikan juga tentang urutan
langkah pelaksanaan program hendaknya dibuat dengan fleksibel. Artinya
jadual kegiatan disusun disesuaikan dengan menginagt perbedaan
individual baik dalam kemampuan, kesmepatan, dan kesibukan. Mereka
diharapkan dapat menyadari bahwa dalam melaksanakan kegiatan tidak
harus dalam jumlah waktu yang sama dan dengan jenis kegiatan yang
sama. Yang sangat penting dibuat ialah kejelasan pembagian tugas. Harus
jelas terjadual: siapa harus mengerjakan apa dan kapan serta dimana.
Dalam manejemen terkenal dengan menggunakan pendekatan PERT
(program-evaluation-review-technique). Perlu juga dipikirkan tentang
kemungkinan terjadi penyimpangan atau kegagalan, dan dipersiapkan cara
menghindari atau menekan sekecil mungkin terjadinya penyimpangan
penerapan inovasi.
101
(3) Gunakan berbagai macam alternatif pilihan (option) untuk
mempermudah penerapan inovasi.
Hal ini dikemukakan berdasarkan pemikiran bahwa yang menerapkan
inovasi baik guru maupun siswa memiliki perbedaan individual. Jika suatu
menghendaki keseragaman untuk semua orang tentu akan mengalami
kesukaran. Tetapi makin banyak memberikan peluang untuk memilih
berarti akan makin memberikan peluang untuk ikut mengambil bagian
sesuai dengan minat dan kemampuannya. Misalnya inovasi kurikulum
akan mudah diterapkan jika memberikan berbagai alternatif tentang
pemilihan mata pelajaran, ada yang wajib ada yang pilihan. Demikian pula
cara menilai atau penggunaan metode, makin banyak pilihan yang
disediakan guru makin mendapat kesempatan untuk mau melaksanakan
sesuai dengan kemampuan dan situasi kondisi setempat.
(4) Gunakan data atau informasi yang sudah ada untuk bahan
pertimbangan dalam menyusun perencanaan dan penerapan inovasi.
Sebelum memulai merumuskan ide inovasi perlu diketahui dulu dengan
berdasarkan data yang akurat tentang kondisi dan situasi yang ada di
sekolah. Kemudian mencoba mencari masalah apa yang sebenarnya
dihadapi sekolah itu? Apakah dengan inovasi kurikulum, metode
mengajar, penggunaan media, evaluasi, dan sebagainya benar-benar akan
memecahkan permasalahan? Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dan
102
kemungkian memecahkannya, kemudaian dibuatkan urutan prioritas mana
yang harus diusahakan lebih dulu.
Demikian pula untuk melancarkan pelaksanaan inovasi, perlu
menggunakan data hasil penelitian dan informasi dari berbagai sumber
yang dapat dipercaya. Misalnya dari penelitian diperoleh kesimpulan
bahwa ada hubungan yang positif anatra tingkat kesejahteraan dan
penerimaan inovasi. Makin sejahtera kehidupan seseorang makin mudah
menerima inovasi. Mungkin karena orang yang mampu makin berani
mengambil resiko, atau mungkin karena inovasi itu memerlukan biaya
maka yang mampu tentu saja lebih mudah menerima karena mampu
membiayai. Berdasarkan data tersebut maka perlu dipertimbangkan
penerapan inovasi di sekolah dengan melihat kemungkinan pelaksanaan
program kegiatannya berdasarkan kemampuan atau kondisi sekolah
tersebut. Usahakan cara yang paling sesuai dengan keadaan lingkungan.
(5) Gunakan tambahan data untuk mempermudah fasilitas terjadinya
penerapan inovasi.
Perubahn atau inovasi di sekolah memerlukan perspektif yang sangat luas.
Berbagai data dari berbagai bidang dan sudut pandang perlu
didayagunakan. Misalnya untuk mengadakan perubahan tentang cara
belajar siswa perlu diketahui tentang data hasil penilaian setiap siswa
untuk setiap bidang studi, dan juga tentang kemampuan setiap siswa
secara keseluruhan dibandingkan dengan kemampuan teman yang lain.
103
Data-data lain yang biasa diperlukan dalam penerapan inovasi di sekolah
antara lain:
- pemahaman dan partisipasi individu terhadap program yang ada
- pengertian tentang program yang baru
- tingkat kemajuan tentang program baru
- analisis kemudahan dan kesukaran untuk mencapai tujuan
- penilaian terhadap bahan media instruksional yang diproduksi sekolah
- jumlah dan macam diagnostik tes dari siswa
- perubahan penampilan (performance) siswa berdasarkan instrumen
yang telah dibakukan
- perubahan isi kurikulum dan organisasi kurikulum
- pandangan para ahli tentang hasil pengamatannya terhadap program
baru.
Perlu diperhatikan juga hubungan inovasi dengan lembaga-lembaga di luar
sekolah yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan. Perubahan atau
inovasi di sekolah dapat menimbulkan pertanyaan atau mungkin mendapat
tantangan dari berbagai pihak, misalnya pemerintah daerah, universitas,
organisasi guru, dan sebagainya. Maka sebelum mengadakan inovasi
badan atau lembaga di luar sekolah yang ada hubungannya dengan aturan
atau pengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan perlu dihubungi dan diberi
penjelasan lebih dahulu.
104
(6) Gunakan kemanfaatan dari pengalaman sekolah atau lembaga yang
lain.
Pengalaman sekolah yang telah menerapkan inovasi dapat dipakai sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan pelaksanaan inovasi di
sekolah. Meskipun penentuan apa yang harus dilakukan harus berdasarkan
kondisi dan situasi di sekolah sendiri. Ada sepuluh hal yang dapat dipakai
untuk melancarkan penerapan inovasi di sekolah sebagai berikut:
(a) Gunakan guru penasehat. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok,
dan setiap kelompok memiliki guru penasehat tersendiri. Guru
penasehat akan membantu siswa dalam melaksanakan program
belajarnya.
(b) Sediakan pilihan (option). Dalam pengelolaan program belajar perlu
disediakan berbagai macam pilihan baik mengenai mata pelajaran yang
harus diambil ataupun cara belajarnya. Makin banyak pilihan berarti
makin melayani adanya perbedaan individual anak.
(c) Mengembangkan material (bahan media). Sebagai konsekuensi dengan
adanya pilihan cara belajar perlu dikembangkan berbagai macam
media instruksional.
(d) Merevisi kurikulum dengan menggunakan mini courses (kursus
singkat). Dalam pelaksanaan revisi kurikulum digunakan dengan
kursus dalam berbagai aspek kurikulum. Kursus singkat tentang
105
penilaian, cara membuat persiapan, cara menyusun tes, dan
sebagainya.
(e) Membuat tempat belajar yang lebih baik dalam gedung yang ada. Agar
siswa dapat belajar dengan tenang perlu disediakan tempat-tempat
belajar khusus dalam gedung yang ada. Misalnya dibuatkan ruang
tempat belajar sendiri, tempat belajar kelompok, dan sebagainya.
(f) Buatlah jadual yang fleksibel. Tidak harus semua kegiatan dengan
jadual jam yang sama. Untuk pelajaran yang banyak menggunakan
latihan/praktek perlu waktu yang lebih lama dari pelajaran yang hanya
dengan ceramah, dan sebagainya.
(g) Ditingkatkan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Banyak
keadaan atau alam yang ada di sekitar dapat didayagunakan sebagai
sumber belajar. Siswa diberi tugas untuk mengamati dan mengadakan
wawancara dengan warga masyarakat dalam melakukan kegiatan
belajar.
(h) Diadakan penilaian program penerapan inovasi.
(i) Diadakan penilaian dan pelaporan hasil belajar siswa. Dengan laporan
dapat diketahui sejauh mana hasil penerapan inovasi terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa.
(j) Dibuat team supervisi. Untuk mengawasi kegiatan dibuat team yang
tiap anggota bertugas untuk mengawasi bidang tertentu, keamanan,
106
ketertiban, kebersihan, dan sebagainya. Kepla sekolah dapat
mencurahkan pengawasan pada kegiatan belajar mengajar.
(7) Berbuatlah secara positif untuk mendapatkan kepercayaan
Dunia pendidikan sangat berat menghadapi tantangan perubahan jaman.
Dunia komersial menghabiskan jutaan dolar untuk merubah kebiasaan
masyarakat, dan dikalangan politik menghabiskan sejumlah besar uang
untuk menjaga kestabilan kekuasaan dan pemerintahan, tetapi di dunia
pendidikan sukar untuk memperoleh dana guna mengadakan
pembaharuan. Namun demikian pimpinan pendidikan harus melakukan
langkah atau mensukseskan usahanya yaitu:
(a) Kepala sekolah harus benar-benar memahami apa yang perlu
dilakukan untuk perbaikan sekolahnya.
(b) Kepala sekolah harus menghayati kenyataan bahwa inovasi memang
perlu diadakan untuk perbaikan.
(c) Kepala sekolah harus yakin bahwa memang sekolah ini tepat untuk
menerapkan inovasi. Inovasi dapat dilakukan di sekolah ini.
(d) Kepala sekolah harus banyak mencurahkan waktu dan tenaganya baik
untuk kegiatan di sekolah, di luar sekolah, dan si masyarakat yang
memerlukan tenaganya, guna menjalin hubungan yang akrab dengan
segala pihak, agar mau mengerti dan memebrikan bantuan untuk
kelancaran program inovasi. Tidak mungkin inovasi akan berhasil jika
107
kepala sekolah hanya duduk di kantornya, tanpa mau berbuat dengan
cepat dan tepat sesuai dengan keprluan.
(8) Menerima tanggungjawab pribadi.
Termasuk kelompok yang manakah anda? Apakah anda termasuk
kelompok yang memuja masa depan dengan penuh gagasan indah yang
belum terlaksanakan?, Apakah anda termasuk kelompok pengenang hari
indah di masa lalu dan berdoa semoga kejayaan masa lalu akan kembali?,
atau termasuk kelompok yang hanyut pada kesukaan masa kini?.
Kelompok-kelompok itu rupanya tetap ada di masa kini dan mengelilingi
kehidupan kita. Dan bagaimana tentang anda. Dimanakah anda harus
berada dari kontinum ketiga kelompok itu?
Anda perlu mendapatkan tempat dan juga peranan kepala sekolah anda
dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan dengan sangat
cepat. Kepala sekolah, guru, dan siswa akan menjumpai tantangan yang
sangat komplek pada tingkat dimana mereka bekerja atau belajar.
Tujuannya ialah bukan untuk menciptakan kesukaran dalam hidup,
walaupun itu juga perlu dan memang merupakan kenyataan, tetapi tujuan
yang hendaknya dikejar ialah mencapai kepuasan yang diperoleh karena
telah berbuat sesuatu yang sifatnya konstruktif untuk membantu
membangun dunia indah di masa kini dan masa yang akan datang.
108
(9) Usahakan adanya pengorganisasian kegiatan yang memungkinkan
terjadinya kepemimpinan yang efektif.
Problem yang dihadapi oleh kepala sekolah sangat kompleks. Perlunya
kepemimpinan yang mantap dan konsisten dewasa ini sangat terasa karena
kepala sekolah selalu dikepung oleh berbagai macam tantangan. Baik dari
pemerintah berupa instruksi atau peraturan-peraturan yang harus
dilaksanakan, dari organisasi guru berupa saran perbaikan, dari kelompok
masyarakat atau persatuan orng tua siswa berupa permintaan peningkatan
kualitas hasil pendidikan di sekolah, atau mungkin juga dari berbagai
yayasan pendidikan. Namun demikian banyak juga kepala sekolah yang
tetap bersikap positif dan mampu melaksanakan kepemimpinan yang
produktif, disela-sela berbagai macam tantangan dan permasalahan yang
harus dipecahkan.
Agar kepala sekolah dapat melaksanakan program inovasi dengan efektif
dalam menghadapi berbagai macam tantangan tersebut, perlu digunakan
sistem pengorganisasian yang tepat. Berdasarkan pengalaman para
pelaksana ”Model Schools Project” di Amerika Serikat, disarankan
digunakannya ”Team Manajemen Pengawasan” (Supervisory –
Management = S – M Team). Ada dua elemen dasar dalam team S – M
untuk meningkatkan kepemimpinan sekolah. Pertama, peranan
kepemimpinan harus disebarluaskan melalui perluasan konsep team
mansjemen-pengawasan. Kedua, team S – M harus menggunakan
109
pendekatan partisipatif dalam membina hubungan dengan segenap
personal di sekolah maupun dengan warga masyarakat.
Untuk sekolah yang kecil atau struktur organisasinya tanpa ada bagianbagian,
maka semua guru atau personel sekolah ikut sertakan dalam
pembuatan perencanaan, pembuatan keputusan serta menilai
perkembangan serta bagian program pendidikan. Pada sekolah yang besar
pejabat bagian pendidikan (eduactional department) bekerja sama dengan
team S – M, untuk menunjukkan minat guru serta memperhatikan fungsi
manajemen-pengawasan pada semua sekolah. Kegiatan untuk
meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar, dilakukan oleh semua
personalia sekolah, sesuai dengan bidang garapannya masing-masing.
(10) Mencari jawaban atas beberapa pertanyaan dasar tentang
inovasi di sekolah
Tujuan utama inovasi di sekolah ialah untuk meningkatkan kualitas
sekolah. Tanda-tanda sekolah yang kualitasnya baik antara lain proses
belajar mengajar efektif, prestasi hasil belajar siswa tinggi, para guru
memepunyai waktu yang cukup banyak serta kondisi yang baik
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya, kepala sekolah
menggunakan sebagian besar waktunya untuk bekerja lebih akrab dengan
siswa dan guru serta selalu berusaha untuk memperoleh balikan guna
meningkatkan kualitas sekolah. Setiap orang yang bekerja di sekolah
110
melakukan tugasnya sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk
mengembangkan karirnya.
Inovasi atau perubahan di sekolah seharusnya untuk meningkatkan
kualitas sekolah, tetapi sering terjadi perubahan sekolah diadakan dengan
tujuan yang tidak benar yaitu untuk membantu kelompok orang tertentu
dengan biaya atas nama sekolah. Kejadian seperti itu harus dihindari
jangan sampai terjadi, karena akan sangat merugikan nama sekolah.
Inovasi diadakan untuk kemajuan sekolah.
Inovasi untuk meningkatkan kualitas sekolah bagaimana kepala sekolah
bekerjasama dengan komite sekolah dalam menghadapi ujian nasional
diadakan waktu tambahan belajar (les) siswa, memperbaiki sarana belajar
dan menambah ruang kelas sebagai wujud partisipasi masyarakat untuk
sekolah.
LATIHAN
Setelah anda mempelajari materi dalam modul ini, anda harus melakukan
tugas, latihan yang dirancang dari materi modul ini, supaya anda lebih
memperdalam pemahaman materi yang diuraikan dalam modul ini. Tugas/latihan
yang harus anda lakukan dengan cara mendiskusikan dengan teman anda atau
teman sejawat yaitu:
1. Sebutkan 5 macam karaketristik inovasi menurut Rogers?
2. Jelaskan tentang keuntungan relative?
111
3. Jelaskan pengertian tentang kompatibel?
4. Jelaskan pengertian kompleksitas dalam inovasi?
5. Jelaskan pengertian triabilitas dalam inovasi ?
6. Jelaskan bahwa inovasi itu dapat diamati?
7. Sebutkan macam-macam strategi inovasi?
8. Jelaskan strategi fasilitatif dalam inovasi?
9. Jelaskan strategi pendidikan dalam inovasi?
10. Jelaskan strategi bujukan dalam inovasi?
11. Jelaskan strategi paksaan dalam inovasi?
PETUNJUK JAWABAN LATIHAN
1. Rogers mengemukakan 5 macam karakteristik inovasi yaitu: keuntungan
relative, kompatibel, kompleksitas, triabilitas, dan dapat diamati
2. Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi
penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat
diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial
(gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang
sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya
inovasi.
3. Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai
(values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak
sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan
112
diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada. Misalnya
penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan
agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar
inovasi akan terhambat.
4. Kompleksitas (complexity) ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan
menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti
dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi
yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses
penyebarannya. Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui tentang
teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh
kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air
yang tidak dimasak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja
ajakan itu sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin
cepat diterima oleh masyarakat.
5. Trialabilitas (trialability) ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh
penerima. Suatu inovasi yantg dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat
daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Misalnya penyebarluasan
penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jika
masyarakat dapat mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.
6. Dapat diamati (observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil
inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat
diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya,
113
akan lama diterima oleh masyarakat. Misalnya penyebarluasan penggunaan
bibit unggul padi, karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang
menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau
menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang
buta huruf untuk mau belajar membaca dan menulis tidak dapat segera
dibuktikan karena para petani sukar untuk melihat hasil yang nyata
menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi.
7. Macam-macam strategi inovasi yaitu: : strategi fasilitatif (facilitative
strategies), strategi pendidikan (reducative strategies), startegi bujukan
(persuative strategies), dan strategi paksaan (power strategies).
8. Strategi fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial yang telah
ditentukan, diuatamakan peneyediaan fasilitas dengan maksud agar program
perubahan sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar.
9. Strategi pendidikan berarti untuk mengadakan perubahan sosial dengan cara
menyampaikan fakta dengan maksud orang akan menggunakan fakta atau
informasi itu untuk menentukan tindakan yang akan dialkukan
10. Strategi bujukan, artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial dengan cara
memebujuk (merayu) agar sasaran perubahan (klien), mau mengikuti
perubahan sosial yang direncanakan
11. Strategi paksaan, artinya dengan cara memaksa klien (sasaran perubahan)
untuk mencapai tujuan perubahan
114
RANGKUMAN
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi
oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Rogers mengemukakan 5 macam
karakteristik inovasi yaitu: keuntungan relative, kompatibel, kompleksitas,
triabilitas, dan dapat diamati. Demikian berbagai macam atribut inovasi yang
dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan
memahami atribut tersebut para pendidik dapat menganalisa inovasi pendidikan
yang sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya
untuk membantu mempercepat proses penerimaan inovasi.
Macam-macam strategi inovasi yaitu: strategi fasilitatif (facilitative
strategies), strategi pendidikan (re-educative strategies), strategi bujukan
(persuasive strategies), dan strategi paksaan (power strategies). Dalam
pelaksanaan program perubahan sosial sering juga dipakai kombinasi antara
berbagai macam strategi, disesuaikan dengan tahap pelaksanaan program serta
kondisi dan situasi klien pada berlangsungnya proses pengambilan keputusan
untuk menerima atau menolak perubahan sosial.
TES FORMATIF
Setelah anda mempelajari BBM pada Modul 3 ini selanjutnya kerjakanlah
tes formatif ini, untuk mengetahui kemampuan pemahaman anda terhadap BBM
ini dengan petunjuk yang telah diberikan.
115
Berikanlah tanda silang (X) pada salah satu huruf A, B, C, D yang memuat
jawaban yang benar!
1. Makna terpenting dari keuntungan relative dalam inovasi adalah:
A. menguntungkan bagi penerimanya
B. melatih keterampilan siswa
C. sesuai dengan kebutuhan
D. mencintai kebudayaan dan adat istiadat daerah
2. Di bawah ini termasuk karaketristik kompatibel, kecuali:
A. sesuai dengan nilai
B. sesuai dengan pengalaman lalu
C. sesuai dengan kehendak sendiri
D. sesuai kebutuhan dari penerima
3. Tingkat kesukaran untuk mmehami dan menggunakan inovasi bagi penerima
disebut:
A. keuntungan relatif
B. kompatibel
C. kompleksitas
D. triabilitas
4. Triabilitas mengandung makna:
A. menguntungkan bagi penerimanya
B. tingkat kesesuaian inovasi
C. tingkat kesukaran
116
D. dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima
5. Manfaat suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati yaitu:
A. makin cepat diterima oleh masyarakat
B. kadang-kadang dihindari oleh masyarakat
C. disepelekan oleh masyarakat
D. dihindari masyarakat
6. Strategi fasilitatif dapat digunakan dengan tepat jika sasaran perubahan:
A. mengenal masalah yang dihadapi
B. merasa tidak perlu adanya perubahan
C. menolak bantuan dari luar
D. tidak berpartisipasi
7. Strategi pendidikan akan dapat digunakan secara tepat dalam kondisi dan
situasi sebagai berikut, kecuali:
A. tidak ingin segera cepat berubah
B. sasaran operubahan belum memiliki keterampilan
C. telah diketahui dan dimengerti alasan atau latar belakangnya
D. media agar terjadi siswa belajar
8. Strategi bujukan tepat digunakan jika:
A. masalah dianggap penting
B. mengandung resiko yang kecil
C. tidak dapat dicobakan
D. sukar dimanfaatkan
117
9. Pelaksanaan strategi paksaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, kecuali:
A. ketatnya pengawasan
B. tersedianya berbagai alternatif
C. tersedianya biaya
D. penugasan dan presentasi
10. Strategi paksaan perlu mempertimbangkan hal-hal berikut kecuali:
A. partisipasi klien rendah
B. klien tidak merasa perlu
C. klien tidak memeiliki sarana penunjang
D. tujuan perubahan tidak harus segera terwujud
Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif pada bagian
modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar kemudian untuk mengetahui
tingkat penguasaan terhadap modul 3:
Rumusnya:
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat Penguasaan = ------------------------------------- x 100 %
10
Arti tingkatan penguasaan yang anda capai:
90 % - l00 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< - 70 % = kurang
118
Bila anda telah mencapai tingkat kemampuan 80 % atau lebih, maka saudara bisa
dengan mempelajari modul berikutnya. Tetapi bila saudara masih tingkat
penguasaan di bawah 80 %, maka harus mengulangi kegiatan belajar mengajar
terutama yang saudara belum pahami.
GLOSARIUM
1. Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan
bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi
dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status
sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen
yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat
tersebarnya inovasi.
2. Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai
(values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak
sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan
diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada. Misalnya
penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan
agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar
inovasi akan terhambat.
3. Kompleksitas (complexity) ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan
menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti
119
dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi
yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat
proses penyebarannya. Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak
mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman,
diberitahu oleh penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang
akan diminum, karena air yang tidak dimasak jika diminum dapat
menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar diterima. Makin
mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.
4. Trialabilitas (trialability) ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh
penerima. Suatu inovasi yantg dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat
daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Misalnya
penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh
masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam dan dapat
melihat hasilnya.
5. Dapat diamati (observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil
inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat
diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati
hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat. Misalnya penyebarluasan
penggunaan bibit unggul padi, karena petani dapat dengan mudah melihat
hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk
memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan. Tetapi
mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca dan menulis
120
tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk melihat hasil
yang nyata menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi.
6. Strategi fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial yang telah
ditentukan, diuatamakan peneyediaan fasilitas dengan maksud agar program
perubahan sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar.
7. Strategi pendidikan berarti untuk mengadakan perubahan sosial dengan cara
menyampaikan fakta dengan maksud orang akan menggunakan fakta atau
informasi itu untuk menentukan tindakan yang akan dialkukan
8. Strategi bujukan, artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial dengan
cara memebujuk (merayu) agar sasaran perubahan (klien), mau mengikuti
perubahan sosial yang direncanakan
9. Strategi paksaan, artinya dengan cara memaksa klien (sasaran perubahan)
untuk mencapai tujuan perubahan
DAFTAR PUSTAKA
Alex Inkeles and David H. Smith, (1974), Becoming Modern, Individual Change
in Six Development Countries. Massachusett: Harvard University Press
Cambridge
Roger M & Shoemaker F. Floyd. (1971). Communication of Innovation. New
York: The Free Press A Division of Macmillan Publishing Co. Inc.
Everett M. Rogers. (1983). Diffusion of Innovation. New York: The Free Press A
Division of Macmillan Publishing Co. Inc
Francis Abraham (1980). Perspective on Modernization toward General Theory
of Third World Development. Washington: University Press of America
121
Gerald Zaltman, Philip Kolter, Ira Kaufman, (1977). Creating Social Change.
Holt Rinehart and Winston, Inc New York, Chicago, San Francisco,
Atlanta, Dallas, Toronto.
Gerald Zaltman and Robert Duncan (1977). Strategies for Planned Change. A
Wiley-Interscience Publication John Wiley and Sons, New York. London,
Sydney, Toronto.
Gerald Zaltman, Rober Duncan, Johny Holbek. (1973). Innovation and
Organization. A Wiley-Interscience Publication John Wiley and Sons,
New York. London, Sydney, Toronto.
Gerald Zaltman, David H. Florio, Linda a Sikorski. (1977). Dynamic Educational
Change. New York: The Free Press A Division of Macmillan Publishing
Co. Inc
R.G. Havelock & A.M. Huberman. (1978). Solving Educational Problems,
Praegar Publisher, A Division of Holt, Rinehart and Winston, CBS, Inc,
New York.
Mattew B. Miles (1964). Innovation in Education, Bureau of Publication Teachers
College. Columbia University New York
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
1. A
2. C
3. C
4. D
5. A
6. A
7. C
8. C
122
9. D
10. C
Modul 4
INOVASI KURIKULUM
Drs. Ayi Suherman,M. Pd
Pemahaman mengenai inovasi kurikulum akan sangat membantu
penerapan kaidah-kaidah pembelajaran di Sekolah Dasar. Masalahnya Inovasi
kurikulum tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan dalam pendidikan. Maju
mundurnya pendidikan bergantung sejauhmana pemahaman guru dalam
melaksanakan tugasnya di sekolah termasuk pemahaman terhadap kurikulum.
Karena itu sifatnya mutlak bagi guru dalam membelajarkan siswa memahami
strategi inovasi kurikulum, tanpa guru melakukan inovasi kurikulum rasanya sulit
diketahui secara pasti bagaimana kemajuan pendidikan dapat diketahui secara
pasti. Masalah-masalah inovasi kurikulum berkaitan dengan azas relevansi seperti
epistemalogis, psikologis, dan sosial. Berkaitan dengan mutu secara kognitif,
afektif, dan psikomotorik, sedangkan pemerataan yang berhubungan dengan
kesempatan dan peluang, kemudian efisiensi dari segi internal dan eksternal.
Munculna inovasi beragam, Hamalik (l992) menjelaskan bahwa: 1) ada inovasi
yang dikembangkan untuk menjawab permasalahan relevansi seperti program
123
muatan lokal dalam kurikulum sekolah dasar dan sekolah lanjutan, 2) ada inovasi
yang diarahkan untuk menjawab tantangan pemerataan pendidikan seperti
Universitas terbuka, SMP Terbuka dan Program Paket B pada pendidikan luar
sekolah., 3) Inovasi yang lebih dititikberatkan pada upaya menanggulangi
permasalahan kurang memadainya mutu lulusan, seperti KBK, sistem Modul, 4)
Inovasi yang berkaitan pada misi utamanya adalah menjawab permasalahan
efesiensi pendidikan seperti sistem maju berkelanjutan dan sistem sekolah kecil.
Dalam BBM ini, anda akan mempelajari mengenai beberapa inovasi dalam
kurikulum. Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan masalah-masalah yang melatarbelakangi munculnya
inovasi kurikulum
2. Dapat menjelaskan pengertian inovasi kurikulum dan implikasinya terhadap
proses pendidikan
3. Dapat menjelaskan beberapa inovasi kurikulum dalam lingkup inovasi
pendidikan
4. Dapat menjelaskan perbedaan inovasi kurikulum seperti kurikulum berbasis
kompetensi, kurikulum berdifersifikasi, kurikulum berbasis masyarakat,
kurikulum berbaasis sekolah dan kurikulum berbasis keterpaduan
5. Dapat menjelaskan konsep, pengertian, karakteristik dan prosedur
pengembangan beberapa inovasi kurikulum tersebut.
Kemampuan tersebut sangat penting bagi guru SD, dalam menjalankan
tugasnya sebagai pengajar dan membantu anak didik untuk mengembangkan
potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin. Untuk memahami hal tersebut
dalam modul ini disajikan dalam uraian dan latihan yang mencakup beberapa
kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
Kegiatan Belajar I: Konsep dan pengembangan inovasi kurikulum berbasis
kompetensi
Kegiatan Belajar 2: Konsep dan pengembangan inovasi kurikulum berbasis
masyarakat
124
Kegiatan Belajar3:Konsep dan prosedur pengembangan inovasi kurikulum
berbasis sekolah
Untuk membantu Anda dalam mempelajari BBM ini, ada baiknya
diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai anda memahami secara
tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari bahan ajar ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata yang dianggap baru.
Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang anda
miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri dan tukar
pikiran dengan mahasiswa lain atau dengan tutor anda.
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang
relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari
internet.
5. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan melalui
kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau teman
sejawat.
6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada
setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda
sudah memahami dengan benar kandungan bahan belajar ini.
125
INOVASI KURIKULUM
BERBASIS KOMPETENSI
PENGANTAR
Munculnya inovasi dilalatarbelakangi oleh tantangan untuk menjawab
masalah-masalah krusial dalam pendidikan. Masalah-masalah inovasi kurikulum
mencakup aspek inovasi dalam struktur kurikulum, materi kurikulum dan inovasi
proses kurikulum. Ketiga aspek inovasi inovasi kurikulum tersebut merupakan
penggolongan jenis inovasi berdasarkan komponen sistem pendidikan yang
menjadi bidang garapannya.
Inovasi kurikulum juga tergantung pada dinamika masyarakat sehingga
perubahan di masyarakat memiliki implikasi perubahan dalam pendidikan.
Perubahan dalam pendidikan merupakan hal yang harus dilakukan bahkan
mempertahankan inovasi pendidikan yang tidak populer sesuai akan merugikan
anak didik juga struktur kurikulum. Inovasi pendidikan dapat pula lahir manakala
terdapat gagasan yang baru mengenai pengembangan kurikulum yang relevan
dengan kebutuhan masyarakat sehingga sistem inovasi pendidikan yang lama
tidak lagi relevan dengan kondisi masyarakat. Perubahan kurikulum merupakan
hal yang biasa dilakukan oleh pemerintah dan bilaman pemerintah
mempertahankan kurikulum yang ada akan merugikan masyarakat itu
sendiri.Dengan mengacu pada prinsip-prinsip pendidikan, maka inovasi
kurikulum yang relevan adalah kurikulum berbasis kompetensi.
126
Kurikulum Berbasis Kompetensi, dapat dikatakan sebagai salah satu
bentuk inovasi kurikulum. Kemunculannya seiring dengan munculnya semangat
reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan pemerintah
khususnya otonomi daerah yaitu Undang-Undang Nomor 22 tahun l999.
Kelahiran kebijakan pemerintah ini didorong oleh perubahan dan tuntutan
kebutuhan masyarakat dalam dimensi globalisasi yang ditandai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi begitu pesat sehingga kehidupan penuh persaingan
dalam segi apapun tidak bisa dihindari dan harus siap untuk kemajuan suatu
bangsa. Dapat dipastikan bahwa hanya individu yang mampu bersaing yang akan
dapat berbicara dalam era globalisasi ini. Untuk itu, setiap individu harus
memiliki kompetensi yang handal dalam berbagai bidang sesuai dengan minat ,
bakat, dan kemampuan nyata (Sanjaya, 2005:8).
Kurikulum berbasis kompetensi dikembangkan untuk memberikan
keahlian dan keterampilan sesuai dengan standar kompetensi yang
diperlukan untuk meningkatkan daya saing dan daya jual untuk
menciptakan kehidupan yang berharkat dan bermartabat ditengah-tengah
perubahan, persaingan, dan kerumitan kehidupan sosial, ekonomi, politik
dan budaya, sebagai contoh anak SD harus mampu membaca, menulis dan
berhitung (calistung), karena dimensi itulah yang membekali mereka dapat
hidup di tengah-tengah masyarakat.
A. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan mengerjakan sesuatu yang berbeda
dengan sekedar mengetahui sesuatu. Kompetensi harus didemonstrasikan sesuai
dengan stndar yang ada di lapangan kerja (Hamalik, 2000). Kompetensi dapat
berupa pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang merefleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara
konsisten dan terus menerus setiap saat akan memungkinkan bagi seseorang untuk
berkompeten, artinya memiliki pengethauan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar
untuk melakukan sesuatu. Kompetensi dapat diartikan suatu kemampuan untuk
menstrasfer dan menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
seseorang pada situasi yang baru.
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,
penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan
dan mengembangkan sekolah (Depdiknas, 2002).
Dari rumusan tersebut, KBK lebih menekankan pada kompetensi atau
kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses
pembelajaran tertentu, sedangkan masalah bagaimana cara mencapainya, secara
teknis operasional diserahkan kepada guru di lapangan. Tidak ada dalam KBK
secara tersirat dan tersurat apa yang harus dilakukan guru untuk mencapai
kompetensi tertentu. KBK hanyalah memberikan petunjuk seca universal
bagaimana seharusnya pola pembelajaran diterapkan oleh setiap guru.
127
Rumusan lain tentang kompetensi menurut McAshan (l981) adalah suatu
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotornya. Ini berarti bahwa kompetensi bukan hanya
ada dalam tataran pengetahuan akan tetapi sebuah kompetensi harus tergambarkan
dalam pola perilaku, artinya bagaimana implementasi pengetahuan itu diwujudkan
dalam pola tindakan yang siswa lakukan sehari-hari. Sehingga kompetensi itu
pada hakekatnya merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai,
sikap yang direfleksikan dalam bentuk kebiasaan berfikir dan bertindak.
KBK beroreantasi bahwa siswa bukan hanya memahami materi pelajaran
untuk mengembangkan kemampuan intelektual saja, melainkan bagaimana
pengetahuan itu dipahaminya dapat mewarnai perilaku yang ditampilkan dalam
kehidupan nyata.
Gordon (l988) menyarankan beberapa aspek yang harus terkandung dalam
kompetensi sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan untuk melakukan proses
berfikir.
2. Pemahaman (understanding). Yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang
dimiliki individu.
3. Keterampilan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan
tugas yang dibebankan.
4. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini sehingga akan
mewarnai dalam segala tindakannya.
5. Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsang yang
datang dari luar, perasaan senang atau tidak senang terhadap sesuatu masalah
6. Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu
tindakan atau perbuatan untuk mempelajari materi pelajaran.
Kompetensi apa saja yang harus dicapai oleh KBK? Wina Sanjaya (2005)
memberikan apresiasi terdapat 4 kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa
sesuai dengan tuntutan KBK, yaitu:
1. Kompetensi akademik, yaitu peserta didik harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam mengatasi tantangan dan persoalan hidup
2. Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan
mampu beradaptasi terhadap dunia kerja
3. Kompetensi kultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri
sebaik-baiknya dalam sistem budaya dan tata nilai masyarakat
4. Kompetensi temporal, yaitu peserta didik tetap eksis dalam menjalani
kehidupannya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
B. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi
Sasaran KBK pada penguasaan kompetensi dalam bidang-bidang praktis
terutama pekerjaan keahlian baik kompetensi teknis, vokasional maupun
profesional. Suatu bidang pekerjaannya tugas utamanya berkenaan dengan
kompetensi perbuatan, perilaku, performance yang menunjukan kecakapan,
128
kebisaan, keterampilan melakukan sesuatu tugas atau peranan secara standar
seperti yang dituntut oleh suatu okupasi (Nana Syaodih, 2004).
Makna yang terkandung dan tersirat dalam KBK terdiri dua hal, yaitu:
Pertama KBK mengharapkan adanya hasil dan dampak yang diharapkan muncul
pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna,
dan kedua KBK memberikan peluang pada siswa sesuai dengan keberagaman
yang dimiliki masing-masing. Dalam KBK, siswa tidak sekedar dituntut untuk
memahami sejumlah konsep, akan tetapi bagaimana konsep yang dipelajari
berdampak pada perilaku dan pola pikir dan bertindak sehari-hari. Kemudian
dalam KBK menghargai bahwa setiap siswa memiliki kemampuan, minat, dan
bakat yang berbeda sehingga diberikan peluang kepada siswa tersebut untuk
belajar sesuai dengan keberagaman dan kecepatan masing-masing. Oleh karena
itu dalam KBK, proses pemebelajaran harus didesain agar dapat melayani
setiapkeberagaman tersebut.
Berdasarkan makna tersebut, maka KBK sebagai sebuah kurikulum
memiliki karakteristik utama sebagai berikut: Pertama, KBK memuat sejumlah
kompetensi dasar sebagai kemampuan standar minimal yang harus dikuasai dan
dicapai siswa. Kedua, implementasi pemebelajaran dalam KBK menekankan pada
proses pengalaman dengan memperhatikan keberagaman setiap individu. Ketiga,
evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi dan proses belajar.
William E. Blank (l982) menjelaskan bahwa KBK memiliki karakteristik.
Pertama, materi yang dipelajari merupakan bidang spesifik, materi disajikan
dalam bentuk kompetensi-kompetensi yang dinyatakan secara jelas dan
menjelaskan mengenai apa yang dapat dilakukan peserta didik setelah
menyelesaikan program pembelajaran. Kedua, kegiatan pembelajaran berfokus
pada peserta, media, dan bahan belajar yang dirancang untuk membantu peserta
didik belajar, proses belajar disesuaikan dengan kebutuhan siswa, dalam penilaian
disesuaikan dengan performansi. Ketiga, menyediakan waktu yang cukup bagi
peserta dalam menguasai kompetensi-kompetensi sebelum diizinkan beralih ke
kompetensi lain. Keempat, setiap peserta didik mendemonstrasikan kompetensi
yang telah diselesaikannya. Performansi ditunjukan peserta didik dibandingkan
dengan standar yang telah ditetapkan.
Depdiknas (2002) mengemukakan karakteristik KBK secara lebih rinci
dibandingkan dengan pernyataan di atas, yaitu:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi baik secara individual maupun
klasikal, artinya isi KBK intinya sejumlah kompetensi yang harus dicapai
siswa, dan kompetensi inilah sebagai standar minimal atau kemampuan dasar.
2. Beroreantasi pada hasil belajar dan keberagaman, artinya keberhasilan
pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator
inilah yang dijadikan acuan kompetensi yang diharapkan. Proses pencapaian
tentu saja bergantung pada kemampuan dan kecepatan yang berbeda setiap
siswa.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervareasi sesuai dengan keberagaman siswa
129
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lain yang memenuhi
unsur edukatif, artinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi informasi. Guru berperan sebagai fasilitator untuk mempermudah
siswa belajar dari berbagai macam sumber belajar.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi. KBK menempatkan hasil dan proses
belajar sebagai dua sisi yang sama pentingnya.
Setlah kita memahami karakteristik KBK, maka sebenarnya apa yang ingin
dicapai oleh kurikulum berbasis kompetensi adalah mengembangkan peserta
didik untuk menghadapi perannya di masa mendatang dengan cara
mengembangkan sejumlah kecakapan hidup (life skill). Life skill merupakan
kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk terbiasa berani menghadapi
problem kehidupan secara wajar kemudian secara kreatif mencari solusi untuk
mengatasinya. Adapun tujuan kecakapan hidup ini adalah:
Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan problema yang dihadapi
1. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan
pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas
(broad based education)
2. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah dengan
memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat,
sesuai dengan manajemen berbasis sekolah (School Based Management)
C. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses kompleks dan
melibatkan berbagai faktor terkait. Oleh karena itu dalam proses pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari
pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum, tetapi
harus pula dipahami berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Pengembangan KBK memfokuskan kepada kompetensi tertentu berupa
paduan: pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan
peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya.
Penerapan KBK memungkinkan guru menilai hasil belajar peserta didik dalam
proses pencapaian sasaran belajar yang mencerminkan penguasaan dan
pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Karena itu peserta didik perlu
mengetahui kriteria penguasaan kompetensi yang akan dijadikan sebagai standar
penilaian hasil belajar, sehingga peserta didik dapat mempersiapkan dirinya
melalui penguasaan sejumlah kompetensi tertentu sebagai prasyarat untuk
melanjutkan ke penguasaan sejumlah kompetensi berikutnya. Kriteria tersebut
bisa dikembangkan berdasarkan tujuan khusus yang dipelajari sesuai dengan
kompetensi yang harus dikuasai.
1. Asas pengembangan KBK
130
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan pada tiga asas
pokok. Yaitu asas filosofis, psikologis dan sosiologis.
Pertama, asas filosofis berkenaan dengan nilai yang berlaku di masyarakat.
Sistem nilai erat kaitannya dengan arah dan tujuan yang mesti dicapai. Itu
sebabnya, dalam pengembangan KBK, filsafat sebagai sistem nilai menjadi
sumber utama dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Di Indonesia,
sistem nilai yang berlaku adalah Pancasila, maka membentuk manusia yang
pancasilais sejati menjadi tujuan dan arah dari segala ihtiar berbagai level dan
jenis pendidikan. Dengan demikian isi KBK yang disusun harus memuat dan
mencerminkan tentang kandungan nilai-nil;ai Pancasila.
Kedua, asas psikologis berhubungan dengan aspek kejiwaan dan
perkembangan peserta didik Secara psikologis anak didik memiliki perbedaan
baik minat, bakat maupun potensi yang dimilikinya. Dengan demikian baik
tujuan, isi maupun strategi pengembangan KBK harus memperhatikan kondisi
tahapan-tahapan perkembangan dan psikologi belajar anak didik.
Ketiga, pengembangan KBK didasarkan pada asas sosiologis dan
teknologis. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sekolah berfungsi untuk
mempersiapkan anak didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat.
Karena itu, kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses pendidikan di
sekolah harus relevan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Ketiga asas pengembangan kurikulum tersebut merupakan landasan pokok
KBK sebagai pedoman dan perangkat perencanaan, implementasi dan
pelaksanaan yang dibingkai oleh tiga sisi yang sama-sama penting seperti sisi
filosofis, psikologis, dan sosialogis teknologis.
2. Prinsip-prinsip pengembangan KBK.
Proses pengembangan KBK harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip
pengembangan KBK sebagai berikut:
a. Peningkatan keimanan, budi pekerti luhur dan penghayatan nilai-nilai budaya.
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu membentuk manusia yang
beriman dan bertaqwa, maka peningkatan keimanan dan pembentukan budi
pekerti merupakan prinsip utama yang harus diperhatikan pengembang
kurikulum.
b. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika. Pembentukan manusia
yang utuh merupakan tujuan utama pendidikan. Manusia utuh adakah manusia
yang seimbang antara kemampuan intelektual, sikap, moral dan keterampilan.
Pengembang KBK harus memperhatikan tiga keseimbangan tersebut.
c. Penguatan integritas nasional. Indonesia adalah negara dengan beraneka
ragam suku dan budaya yang sangat majemuk. Pendidikan harus dapat
menanamkan pemahaman dan penghargaan terhadap aneka ragam budaya,
sehingga menjadi kekuatan yang dapat memberikan sumbangan yang positif
terhadap peradaban bangsa di dunia ini.
d. Perkembangan pengetahuan dan tehnologi informasi. Pengembangan KBK
diarahkan agar anak didik memiliki kemampuan berfikir dan belajar dengan
131
cara mengakses berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi.
e. Pengembangan kecakapan hidup yang meliputi keterampilan diri, ketrampilan
berfikir rasional, keterampilan sosial, keterampilan akademik dan
keterampilan vokasional. Kurikulum mengembangkan kecakapan hidup
melalui pembudayaan membaca, menulis, dan berhitung; sikap, dan perilaku
adaptif, kreatif, inovatif, kreatif dan kompetitif.
f. Pilar pemdidikan. Kurikulum mengorganisasikan fondasi belajar ke dalam
empat pilar pendidikan yaitu belajar untuk memahami, belajar untuk berbuat,
belajar hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk membangun dan
mengekspresikan jati diri yang dilandasi ketiga pilar sebelumnya.
g. Konprehensif dan berkesinambungan. Konprehensif mencakup keseluruhan
dimensi kemampuan dan subtansi yang disajikan secara berkesinambungan
mulai pendidikan taman kanak-kanak sampai pendidikan menengah.
h. Belajar sepanjang hayat. Pendidikan diarahkan pada proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlanjut sepanjang hayat.
i. Diversifikasi kurikulum. Kurikulum dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta
didik.
2. Implikasi KBK terhadap Pengembangan Aspek Pembelajaran
a. Pengembangan rancangan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam KBK diarahkan untuk menggali dan
mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik. Oleh karena itu, proses
pembelajaran harus beroreantasi pada siswa sebagai subjek bukan sebagai objek
pembelajaran. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
merancang kegiatan pembelajaran sebagai berikut: Pertama, rancangan kegiatan
pembelajaran hendaknya memberikan peluang bagi siswa untuk mencari,
mengolah, menemukan sendiri pengetahuan. Kegiatan pembelajaran hendaknya
dirancang agar siswa dapat mengembangkan kita anak didiketerampilan dasar
mata pelajaran yang bersangkutan. Kedua, Rancangan pembelajaran harus
disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana pembelajaran yang tersedia.
Ketiga, Pembelajaran harus dirancang dengan mengordinasikan berbagai
pendekatan belajar. Keempat, Pembelajaran harus dapat memberikan pelayanan
terhadap kebutuhan individual siswa seperti bakat, minat, kemampuan, latar
belakang sosial ekonomi. Seorang guru akan merancang pembelajaran sesuai
dengan karakteristik, keinginan dan motivasi peserta didik.
b. Pengembangan proses pembelajaran
KBK sebagai sebuah kurikulum yang menekankan kepada pencapaian
kompetensi memiliki implikasi terhadap proses pembelajaran yang mesti
dilakukan guru dan siswa. Konteks pembelajaran yang diinginkan KBK, guru
bertindak dan berusaha menyediakan waktu dan tempat agar siswa belajar. Belajar
itu sendiri bukan menumpuk ilmu pengetahuan akan tetapi merupakan proses
perubahan perilaku mellalui pengalaman belajar. Melalui pengalaman belajar
132
itulah diharapkan terjadinya pengembangan berbagai aspek yang terdapat dalam
individu massing-masing pembelajar.
Implikasi ini sangat penting sebab akan mempengaruhi berbagai tindakan
guru dalam pengelolaan pembelajaran, baik dalam pengembangan strategi
pembelajaran maupun dalam menggunakan berbagai sumber belajar. Dengan
demikian proses pembelajaran tidak diarahkan semata-mata agar siswa mampu
menguasai sejumlah materi pembelajaran akan tetapi pembelajaran lebih
diarahkan kepada penguasaan kompetensi tertentu sesuai dengan kurikulum.
c. Pengembangan evaluasi.
Evaluasi merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai
nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan seperti orang, benda, kegiatan,
keadaan kesatuan tertentu. Karakteristik evaluasi meliputi, pertama evaluasi
merupakan suatu proses atau tindakan, kedua proses tersebut dlakukan untuk
memberi makna atau nilai.
Evaluasi suatu proses, evaluasi terdiri dari: pertama pengumpulan data dan
informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa, kedua pembuatan keputusan
tentang hasil belajar siswa berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari
berbagai materi pembelajaran yang sesuai. Karena itu, standar kompetensi dan
dasar kompetensi mesti dijadikan pedoman penilaian.
Kriteria keberhasilan belajar siswa meliputi : aspek kognitif, afektif dan
aspek psikomotor. Aspek kognitif berhungan dengan kemampuan kecerdasan dan
intektual siswa, aspek afektif berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan
minat siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Siswa mampu
menguasaiAspek psikomotor terdiri dari beberapa kompetensi yang harus dicapai
baik tingkat penguasaan gerak awal, tingkatan gerak rutin maupun kemampuan
gerak secara menyeluruh.
Sebagai bentuk kurikulum yang menghendaki ketercapaian kompetensi,
aspek alat dan bentuk penilaian harus dilakukan seimbang baik tes maupun non
tes sesuai dengan fungsi evaluasi sebagai fungsi formatif maupun sumatif. Kedua
fungsi evaluasi ini sangat penting artinya sebagai jawaban penerapan
diberlakukannya KBK.
Sebagai bahan latihan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut. Lakukanah
melalui diskusi bersama teman Anda agar menjadi lebih mantap dalam memahami
materi Kegiatan Pembelajaran I tentang Konsep dan Implementasi KBK.
10. Kemukakan pengertian tentang kompetensi dalam hubungannya dengan
KBK?
11. Jelaskan pengertian tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi?
12. Kemukakan karakteristik KBK menurut Depdiknas
13. Langkah-langkah yang ditempuh dalam implikasi pengembangan KBK
14. Prosedur apa yang dilaksanakan pada prinsip-prinsip pengembangan KBK
15. Jelaskan mengenai aspek-aspek pengembangan evaluasi?
133
PETUNJUK JAWABAN LATIHAN
1. Kompetensi mengandung pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai,
sikap, dan minat.
2. KBK merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan
hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar
mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan. Kompetensi
berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan apresiasi.
3. Karakteristik KBK adalah menekankan kepada pencapaian kompetensi siswa,
beroreantasi pada hasil belajar, pembelajaran menggunakan metode yang
bervareasi, multi sumber belajar, penilaian menekankan pada proses dan hasil.
4. Pengembangan rancangan pembelajaran, pengembangan proses pembelajaran,
dan pengembangan evaluasi
5. Peningkatan keiman, budi pekerti luhur dan penghayatan nilai budaya;
keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika; penguatan integritas
nasional; perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi, pengembangan
kecakapan hidup, dan pilar pendidikan; konprehensif dan berkesinambungan
dan belajar sepanjang hayat.
6. Aspek Evaluasi meliputi aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.
Inovasi kurikulum meliputi pengembangan dalam bidang kurikulum
berbasis kompetensi meliputi konsep KBK, karakteristik KBK, dan proses
pengembangan KBK. Konsep KBK menitikberatkan pada kemampuan di bidang
pengetahuan, keterampilan sikap yang diwujudkan dalam bentuk tindakan baik
kompetensi akademis, okupasional, kultural maupun temporal. Karakteristik KBK
beroreantasi pada ketercapaian kompetensi, keberagaman hasil belajar, multi
srtategi termasuk pendekatan atau metode dengan menekankan penilaian pada
proses dan hasil. Pengembangan KBK dilandasi filosofis keimanan dan
ketakwaan yang kuat disetai landasan secara psikologis yang handal dan proses
secara teknologis yang unggul. Hal ini dalam KBK pengembangan dapat
dilakukan dengan perencanaan, implementasi pembelajaran, dan evaluasi yang
dilakukan guru secara terprogram.
TES FORMATIF 1
Setelah selesai melakukan berbagai kegiatan mempelajari inovasi dalam
KBK, jawablah pertanyaan berikut sebagai gambaran sampai dimana anda
menguasai materi tersebut.
Berilah tanda silang (x) pada salah satu alternatif pernyataan berikut ini.
1. Makna terpenting dalam KBK bagi siswa adalah:
a. pemahaman, pengetahuan dan sikap
b. kognitif, afektif, dan psikomotorik
134
c. pola berfikir dalam tindakan nyata
d. kemampuan intelektual, keterampilan, sikap, etika dan estetika
2. KBK merupakan model kurikulum yang tergolong:
a. kurikulum subjek akademik
b. kurikulum humanistik
c kurikulum teknologis
d. kurikulum rekontruksi sosial
3. Kecakapan menyeberang di tempat penyeberangan merupakan:
a. kompetensi dasar
b. kompetensi umum
c. kompetensi vokasional
d. kompetensi profesional
4. Kegiatan karyawisata mengunjungi objek wisata dan kegiatan lainnya
termasuk:
a. implementasi kurikulum
b. rancangan kurikulum
c. desain kurikulum
d. ideal kurikulum
5. Merupakan karakteristik KBK:
a. peran guru dominan sebagai komandan
b. peran siswa sebagai obyek kegiatan
c. metode yang digunakan bervareasi
d. sarana dan prasarana pembelajaran lengkap
6. Merupakan prinsip pengembangan dalam KBK:
a. sesuai dengan lingkungan anak
b. etika, logika, dan estetika
c. kebermaknaan, value, dan interesting
d. kebersamaan, kesamaan, dan kekompakan
7. Kompetensi yang berkenaan dengan penerapan dan pengembangan kecakapan
dalam kehidupan tergolong:
a. Kompetensi akademik
b. Kompetensi umum
c. Kompetensi dasar
d. Kompetensi profesional
8. Suatu upaya mengarahkan anak didik agar memenuhi kemampuan belajar
dengan cara mengakses banyak informasi menggunakan internet termasuk
pada:
a. pengembangan kecakapan hidup
b. pengetahuan dan teknologi informasi
c. konprehensif dan kontinuitas
d. pilar pendidikan
9. Guru menekankan pada kemampuan siswa secara optimal dalam mencapai
pengetahuan:
a. kompetensi dasar
135
b. standar kompetensi
c. hasil belajar
d. indikator
10. Kemampuan siswa untuk melakukan berbagai gerakan secara sempurna,
menyeluruh dan otomatis:
a. penilaian kognitif
b. penilaian afektif
c. penilaian psikomotorik
d. penilaian acuan patokan
Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif pada bagian
modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar kemudian untuk mengetahui
tingkat penguasaan terhadap kegiatan pembelajaran ke 1:
Rumus:
Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar di bagi 10 kali 100%:
Arti tingkatan penguasaan yang anda dicapai:
90 % - l00 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< - 70 % = kurang
Bila anda telah mencapai tingkat kemampuan 80 % atau lebih, maka saudara
bisa dengan mempelajari modul berikutnya. Tetapi bila saudara masih tingkat
penguasaan di bawah 80 %, maka harus mengulangi kegiatan belajar mengajar
terutama yang saudara belum pahami.
2
INOVASI KURIKULUM BERBASIS
MASYARAKAT
PENGANTAR
Perkembangan pendidikan akan seiring sejalan dengan dinamika
masyarakatnya, karena ciri masyarakat selalu berkembang. Ada kelompok
masyarakat yang berkembangan sangat cepat, tetapi ada pula lambat. Hal ini
karena pengaruh dari perkembangan teknologi, komunikasi dan telekomunikasi.
Dalam kondisi seperti ini perubahan-perubahan di masyarakat terjadi pada semua
aspek kehidupan. Efek perubahan di masyarakat akan berimbas pada setiap
136
individu warga masyarakat, pengetahuan, kecakapan, sikap, kebiasaan bahkan
pola-pola kehidupan.
Mobilitas yang tinggi mempercepat segala aspek kehidupan dan
pemerataan pembangunan antara pusat dan daerah. Komunikasi yang sangat
cepat, lancar, dan akurat memudahkan seseorang memperoleh informasi yang
sangat berharga bagi kepentingan bisnis, pemerintahan, pendidikan dan hobi.
Produk yang sangat nampak terjadi proses pembauran, pertentangan atau konplik
antara sektor budaya, sosial dan agama. Melalui proses alkulturasi, pertentangan,
konplik kepentingan seharusnya dapat dikurangi secara perlahan.
Dalam konteks global, khususnya dalam pengembangan kurikulum
secara nasional, antar negara, kurikulum nasional yang akan dianut sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain falsafah yang dianut, kondisi sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
A. Pengertian Kurikulum Berbasis Masyarakat
Kurikulum berbasis masyarakat yang bahan dan objek kajiannya kebijakan
dan ketetapan yang dilakukan di daerah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan
alam, sosial, ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan
daerah yang perlu dipelajari oleh siswa di daerah tersebut. Bagi siswa berguna
untuk memberikan kemungkinan dan kebiasaan untuk akrab dengan lingkungan
dimana mereka tinggal. Kemungkinan lain mencegah dari keterasingan
lingkungan, terbiasa dengan budaya dan adat istiadat setempat dan berusaha
mencintai lingkungan hidup, sehingga sebutan kurikulum ini disebut kurikulum
berbasis wilayah.
Tujuan kurikulum tersebut adalah:
a. Memperkenalkan siswa terhadap lingkungannya, ikut melestarikan budaya
termasuk kerajinan, keterampilan yang nilai ekonominya tinggi di daerah
tersebut.
b. Membekali siswa kemampuan dan keterampilan yang dapat menjadi bekal
hidup mereka di masyarakat, seandainya mereka tidak dapat melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi
c. Membekali siswa agar bisa hidup mandiri, serta dapat membantu orang tua
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kurikulum berbasis masyarakat memiliki beberapa keunggulan/kelebihan
antara lain: Pertama, kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat setempat. Kedua, kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan
sekolah, baik kemampuan finansial, profesional maupun manajerial. Ketiga,
disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam
pelaksanaannya. Keempat, ada motivasi kepada sekolah khusus kepala sekolah
dan guru kelas untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum
yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam
pengembangan kurikulum.
137
Ada baiknya studi NIER (l999: 21-22) menjelaskan yang menjadi fokus
dan perhatian utama masyarakat dalam kebijakan pendidikan yang ditempuh
dalam suatu negara, yaitu:
a. Fokus sektor pembangunan keterpaduan sosial dan identitas nasional dalam
percaturan global haanya untuk mempertahankan cultural heritage
b. Fakus pada pembinaan budaya, etnis, dan nilai-nilai moral
c. Fokus pada pengembangan ekonomi masa depan, dan persaingan
global/internasional
d. Fokus pada persamaan kesempatan dalam bidang gender, disabilites, income
e. Fokus pada upaya untuk meningkatkan pencapaian siswa.
Sedangkan organisasi kurikulum, (NIER, l999) melaporkan bahwa secara
umum ada tiga pendekatan kurikulum nasional yang ditempuh:
a. Pendekatan yang bercirikan isi atau topik (content or topic based curriculum),
yaitu sajian kurikulum yang berupa sebaran materi/topik sesuai dengan mata
pelajaran.
b. Pendekatan yang bercirikan pendekatan kompetensi (outcome based
curriculum), yaitu sajian kurikulum berdasarkan outcome dan kompetensi
yang sepatutnya dicapai oleh para peserta didik.
c. Paduan antara content/topic based dan outcome based.
Dalam perspektif nasional, pengembangan kurikulum nasional ada
kecenderungan saat ini adanya pergeseran dari kuriklum yang memiliki ciri
“contend or topic based” ke kurikulum yang bercirikan “outcome or competence
based”, seperti direfleksikan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Secara filosofis, pendidikan merupakan kebutuhan dan hak setiap manusia
dalam mempersiapkan kehidupannya yang lebih baik di masa mendatang. Dengan
demikian pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kepribadian, sikap dan
keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dan pendidikan lebih lanjut.
Secara nasional, perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat, berrbangsa dan bernegara merupakan hal-hal yang harus segera
ditanggapi dalam menyikapi penyelenggaraan pendidikan dasar.
Ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam kajian
pengembangandan implem entasi pendidikan dasar di tanah air.
Pertama, dengan diluncurkannya beberapa peraturan perundangundangan
termasuk RUU tentang sistem pendidikan Nasional, membawa
implikasi terhadap paradigma pendidikan nasional termasuk didalamnya layanan
pendidikan dasar.
Kedua, dengan perkembangan dan perubahan global dalam berbagai
aspek kehidupan yang begitu cepat telah menjadi tantangan nasional dan
menuntut perhatian serius dan segera mendapatkan langhah dan program
pemecahannya. Ketiga, dengan kondisi masa sekarang dan kecnderungan dimasa
yang akan datang perlu dipersiapkan generasi muda termasuk peserta didik yang
memiliki kompetensi yang multi dimensional.
B. Karakteristik Kurikulum Berbasis Masyarakat
138
Model pengajaran yang berpusat pada masyarakat adalah suatu bentuk
kurikulum yang memadukan antara sekolah dan masyarakat dengan cara
membawa sekolah ke dalam masyarakat atau membawa masyarakat ke dalam
sekolah guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hamalik
(2005) merinci karakteristik kurikulum berbasis pada masyarakat meliputi:
a. Karakteristik pembelajaran pada kurikulum berbasis masyarakat:
1. Pembelajaran beroreantasi pada masyarakat, di masyarakat dengan
kegiatan belajar bersumber pada buku teks
2. Disiplin kelas berdasarkan tanggungjawab bersama bukan berdasarkan
paksaan atau kebebasan
3. Metode mengajar terutama dititikberatkan pada pemecahan masalah untuk
memenuhi kebutuhan perorangan dan kebutuhan sosial atau kelompok
4. Bentuk hubungan atau kerjasama sekolah dan masyarakat adalah
mempelajari sumber-sumber masyarakat, menggunakan sumber-sumber
tersebut, dan memperbaiki masyarakat tersebut
5. Strategi pembelajaran meliputi karyawisata, manusia (nara sumber), survai
masyarakat, berkemah, kerja lapangan, pengabdian masyarakat, kuliah
kerja nyata, proyek perbaikan masyarakat dan sekolah pusat masyarakat.
b. Karakteristik materi pemebelajaran
Agar penjabaran dan penyesuaian dengan tuntutan kewilayahan tidak
meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi
yang perlu diajarkan, kriteria tersebut antara lain:
1. Validitas, telah teruji kebenaran dan kesahihannya
2. Tingkat kepentingan yang benar-benar diperlukan oleh siswa
3. Kebermanfaatan, secara akademik dan non akademik sebagai
pengembangan kecakapan hidup (life skill) dan mandiri
4. Layak dipelajari, tingkat kesulitan dan kelayakan bahan ajar dan tuntutan
kondisi masyarakat sekitar
5. Menarik minat, dapat memotivasi siswa untuk mempelajari lebih lanjut
dengan menumbuhkembangkan rasa ingin tahu
6. Alokasi waktu, penentuan alokasi waktu terkait dengan keleluasan dan
kedalaman materi
7. Sarana dan sumber belajar, dalam arti media atau alat peraga yang
berfungsi mermberikan kemudahan terjadinya proses pembelajaran..
c. Kegiatan siswa dan guru
Kegiatan siswa, mestinya mempertimbangkan pemberian peluang bagi
siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah
bimbingan guru. Juga materi pembelajaran dipilih haruslah yang dapat
memberikan pembekalan kemampuan/kecakapan kepada peserta didik untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai kecakapan
hidup atau dapat hidup mandiri dengan menggunakan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang telah dipelajari.
Guru dalam kurikulum berbasis pada masyarakat berperan sebagai
fasilitator, sumber belajar, pembina, konsultan, sebahai mitra kerja yang
139
memfasilitasi siswa dalam pemebelajaran. Sehingga menghasilkan lulusan yang
memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang kuat untuk digunakan
dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan
alam sekitar, serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam gunia kerja
atau pendidikan lebih lanjut
d. Penilaian dalam kurikulum berbasis pada masyarakat
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan menaksirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi
yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian ini dilakukan secara
terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu disebut penilaian
berbasis kelas (PBK). PBK ini dilakukan dengan mengunpulkan kerja siswa
(fortofolio), hasil karya (penugasan), kinerja (performance), dan tes tertlis. Guru
menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian
prestasi siswa selama dan setelah kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan karakteristik kurikulum berbasis masyarakat, maka pada
hakekatnya karakteristik tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa karakteristik
lain sebagai berikut: Pertama, kurikulum bersifat realistik, karena hal-hal yang
dipelajari bersumber dari kehidupan yang nyata. Para siswa dapat mengamati
kenyataan sesungguhnya dalam masyarakat dan kehidupan masyarakat yang
bersifat kompleks. Pengajaran ini pada gilirannya akan mengembangkan berbagai
pengalaman dan pengetahuan yang praktis dan terpakai. Kedua, kurikulum
menumbuhkan kerjasama dan integrasi antara sekolah dan
masyarakat, karena sekolah masuk dalam masyarakat dan masyarakat masuk
dalam lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah sebagai barometer kondisi
masyarakat. Karena itu strategi yang tepat adalag karyawisata dan manusia
sumber belajar dari masyarakat merupakan kesempatan yang sangat efektif bagi
siswa dalam rangka perpaduan antara kedua institusi tadi. Dengan demikian
kesenjangan antara sekolah dan masyarakat yang terjadi selama ini dapat
diminimalisir. Ketiga, kurikulum berbasis masyarakat memberikan kesempatan
yang luas kepada siswa untuk belajar secara aktif penuh kreativitas yang telah
dianjurkan oleh teori belajar modern. Para siswa merencanakan sendiri, mencari
referensi dan sumber informasi sendiri, melakukan kegiatan proyek sendiri dan
memecahkan berbagai masalah sendiri, baik melalui belajar individual maupun
belajar secara kelompok. Keempat, prosedur pembelajaran memberdayakan
semua metode dan teknik pembelajaran secara sistematik dan bervareasi. Seperti
ceramah, diskusi kerja kelompok, presentasi, pameran baik belajar di dalam kelas
maupun di luar kelas. Strategi pembelajaran ditata sedemikian rupa secara vareatif
dalam rangka pembelajaran multi sistem seperti ada tatap muka, tudas mandiri,
survai dan observasi.Kelima, pengembangan kurikulum berbasis masyarakat
membantu siswa agar mampu berperan dalam kehidupan sekarang ini. Artinya
hal-hal yang telah ada dipelajari sehingga berdaya guna dan berhasil guna untuk
menghadapi tantangan yang ada dewasa ini. Rumusan kurikulum ini memberikan
pandangan bahwa hasil pendidikan di sekolah itu dapat diterapkan di lingkungan
140
siswa tempat mereka tinggal. Jadi pendidikan seperti ini sebenarnya membekali
siswa hidup di lingkungan masyarakat menjadi lebih berguna. Pendapat ini
dilandasi asumsi bahwa setiap masyarakat mengalami perubahan yang cepat
untuk mengantisipasinya oleh kurikulum yang berbasis masyarakat. Keenam,
kurikulum berbasis masyarakat menyediakan sumber-sumber belajar yang berasal
dari masyarakat. Semua sumber di masyarakat sebagai laboratorium untuk praktek
sesuai kepentingan pembelajaran siswa. Masyarakat secara keseluruhan memiliki
berbagai dimensi seperti; keluarga, teknologi, ekonomi, politik, budaya, sosial dan
kehidupan macam lainnya. Dimensi-dimensi tersebut masing-masing
mengandung aspek manusiawi, kelembagaan, sistem kehidupan, metode kerja,
dan kondisi situasi dengan karakteristiknya sendiri.
C. Pengembangan Kurikulum Berbasis Masyarakat
Karena pengaruh perkembangan teknologi terjadi perubahan yang cukup
drastis dalam segala bidang termasuk pekerjaan. Masyarakat perkotaan berubah
cepat dibandingkan masyarakat pedesaan. Pola kehidupan agraris berubah
menjadi pola kehidupan industri, dimana kehidupan masyarakatnya menuntut
memiliki spesialisasi dan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan. Sehingga
sifat-sifat kebersamaan, hidup lebih santai diganti oleh sikap individualis dan
kerja keras.
Pola kerja masyarakat modern menuntut kerja yang tidak teratur melebihi
waktu biasa. Banyaknya waktu yang digunakan untuk bekerja akan mengubah
citra penghasilan yang diperoleh. Asumsinya penghasilan tinggi akibat suamiisteri
bekerja akan meningkatkan kemampuan ekonomi dan kesejahtraan
keluarga. Namun dalam kehidupan keluarga, anak mempunyai masalah selalu
ditinggal orang tuanya bekerja maka anak lebih lama berhaul dan hidupnya
dengan pembantu daripada dengan orang tuanya. Kondisi demikian berbagai
masalah keluarga timbul dikarenakan pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga tidak
berjalan, seperti hubungan komunikasi diantara anggota keluarga sangat terbatas
malahan mungkin hilang.
Komponen-komponen kurikulum berbasis masyarakat meliputi:
a. Tujuan dan filsafat pendidikan dan psikologi belajar
b. Analisis kebutuhan masyarakat sekitar termasuk kebutuhan siswa
c. Tujuan kurikulum (TUK dan TKK)
d. Pengorganisasian dan implementasi kurikulum
e. Tujuan pembelajaran (TPU dan TPK)
f. Strategi pembelajaran mencakup model-model pembelajaran
g. Teknik evaluasi (proses dan produk)
h. Implementasi strategi pembelajaran
i. Penilaian dalam pembelajaran dan
j. Evaluasi program kurikulum
Beroreantasi pada komponen-komponen kurikulum berbasis masyarakat
tersebut, maka langkah-langkah pengembangannya terdiri dari:
141
Langkah l : Penentuan tujuan pendidikan berdasarkan filsafat dan psikologi
pendidikan
juga berdasarkan spesifikasi kebutuhan masyarakat dan kebutuhan
siswa
Langkah 2 : Analisis kebutuhan masyarakat sekitar, siswa dan mata ajar
Langkah 3 : Spesifikasi tujuan kurikulum baik tujuan umum maupun tujuan
khusus
Langkah 4 : Pengorganisasian dan implementasi kurikulum dan struktur
program
Langkah 5 : Spesifikasi tujuan pengajaran termasuk TPU dan TPK
Langkah 6 :Seleksi strategi pembelajaran meliputi kegiatan, model, dan metode
pembelajaran
Langkah 7 : Seleksi awal teknik evaluasi
Langkah 8 : Seleksi final teknik evaluasi (langkah ini dilakukan setelah
langkah 5)
Langkah 9 : Implementasi strategi pembelajaran secara aktual
Langkah 10 : Evaluasi pengajaran untuk menilai keberhasilan siswa dan
efektivitas pembelajaran dan perbaikan evaluasi
Langkah 11 : Evaluasi program kurikulum
Setelah anda mempelajari Kegiatan Pembelajaran 2 dalam modul ini, anda
harus melakukan tugas;latihan yang dirancang dari materi modul ini, supaya anda
lebih memperdalam pemahaman materi yang diuraikan dalam modul ini.
Tugas/latihan yang harus anda lakukan dengan cara mendiskusikan dengan teman
anda atau teman sejawat yaitu:
1.Coba anda diskusikan dengan teman anda, mengenai pengertian kurikulum
berbasis pada masyarakat.
2. Diskusikan pula dengan teman sejawat anda, mengenai karakteristik utama
kurikulum berbasis masyarakat.
3. Terangkan kepada teman anda mengenai komponen-komponen kurikulum
berbasis masyarakat.
4. Jelaskan secara berulang kali mengenai langkah-langkah pengembangan
kurikulum berbasis masyarakat.
PETUNJUK JAWABAN LATIHAN
1. Bahas pengertian kurikulum berbasis masyarakat dari segi arti, makna, guna
dan tujuan yang berhubungan bentuk kurikulum perpaduan antara sekolah dan
masyarakat
2. Sebagai bahan pembahasan karakteristik kurikulum berbasis masyarakat, coba
anda bahas mengenai aspek yang berhubungan dengan karakteristik
pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan guru dan siswa, serta penilaian.
142
3. Sebagai titik tolak pembahasan coba anda mulai dari paparan komponen
tujuan, strategi pembelajaran, dan evaluasi kurikulum
4. Langkah-langkah pengembangan kurikulum berbasis masyarakat berkaitan
dengan l0 langkah yang didalamnya berhubungan dengan tujuan, analisis
kebutuhan, implementasi, strategi pembelajaran dan evaluasi program
pembelajaran.
Kurikulum berbasis masyarakat merupakan kurikulum yang menekankan
perpaduan antara sekolah dan masyarakat guna mencapai tujuan pengajaran.
Kurikulum ini pula memiliki tujuan memberikan kemungkinan kepada siswa
untuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal, mandiri dan bekal
keterampilan. Karakteristik kurikulum berpusat kepada masyarakat ditinjau dari
segi pembelajaran baik oreantasi, metode, sumber belajar, strategi pengajaran
berpusat pada kepentingan siswa sebagai bekal hidup di masa mendatang.
Karakteristik lain dari materi pembelajaran sesuai tuntutan kewilayahan maka
disebut juga kurikulum berbasis kewilayahan. Sedangkan kegiatan guru hanyalah
sebagai fasilitator belajar dan siswa untuk aktif, kreatif untuk memecahkan
permasalahan. Pengembangan kurikulum ini bertitik tolak dari tujuan pendidikan,
analisis kebutuhan, implementasi kurikulum, seleksi strategi pemebelajaran,
teknik evaluasi dan evaluasi program kurikulum.
TES FORMATIF 2
Setelah anda mempelajari BBM ini (Kegiatan Belajar Mengajar 2),
selanjutnya kerjakanlah tes formatif 2 ini, untuk mengetahui kemampuan
pemahaman anda terhadap BBM ini dengan petunjuk yang telah diberikan.
Berikanlah tanda silang pada salah satu huruf (A,B, C, D) yang memuat
jawaban yang benar!
1. Makna terpenting dari isi Kurikulum Berbasis Masyarakat adalah:
A. Meningkatkan kemampuan berfikir siswa
B. Melatih keterampilan siswa
C. Siswa akrab dengan lingkungan sekitar
D. Mencintai kebudayaan dan adat istiadat daerah
2. Di bawah ini termasuk tujuan Kurikulum Berbasis Masyarakat, kecuali:
A. Melestarikan kebudayaan masyarakat setempat
B. Membekali siswa di masa mendatang
C. Meningkatkan kepekaan sosial
D. Mendorong siswa agar bisa hidup mandiri
3. Salah satu keunggulan Kurikulum Berbasis Masyarakat adalah:
A. Relevan dengan kebutuhan masyarakat sekitar
B. Beradaptasi dengan perkembangan zaman
C. Efesiensi dari sumber belajar
143
D. Memiliki kebermaknaan bagi perkembangan siswa
4. Kurikulum Berbasis Masyarakat merupakan kurikulum realistik, artinya:
A. Sumber belajar berasal dari masyarakat
B. Siswa mampu berperan dalam kehidupan saat ini
C. Hal yang dipelajari siswa bertolak dari kehidupan nyata
D. Memberi kesempatan yang luas pada siswa untuk berekspresi
5. Langkah pengembangan terpenting, setelah merumuskan tujuan pendidikan
adalah:
A. Analisis kebutuhan masyarakat
B. Implementasi kurikulum
C. Pengorganisasian kurikulum
D. Seleksi strategi pembelajaran
6. Kriteria validitas dalam menyeleksi bahan pembelajaran dimaksudkan:
A. Tingkat kepentingan
B. Kelayakan untuk dipelajari
C. Azas kebermanfaatan
D. Telah teruji kebenarannya
7. Guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran, artinya:
A. Sebagai pembina dalam mengarahkan belajar
B. Sebagai pengawas kegiatan belajar siswa
C. Pemberi kemudahan dalam belajar siswa
D. Media agar terjadi siswa belajar
8. Konsep terpenting peran siswa dalam Kurikulum Berbasis Masyarakat adalah:
A. Mengikuti instruksi guru sebagai pembina
B. Siswa disiplin memecahkan masalah
C. Menanamkan rasa tanggungjawab dan cinta sesama
D. Kegiatan siswa mencari dan menemukan sendiri permasalahan
9. Penilaian yang lebih efesien dalam Kurikulum Berbasis Masyarakat berbentuk:
A. Wawancara dan tes tertulis
B. Observasi dan fortofolio
C. Pengamatan dalam bentuk performansi
D. Penugasan dan presentasi
10. Pengembangan kecakapan hidup atau life skill dapat diterapkan dalam
Kurikulum Berbasis Masyarakat, alasannya:
A. Layak dipelajari sesuai kebutuhan masyarakat
B. Sangat penting dan benar-benar diperlukan siswa
C. Bertitik tolak dari kehidupan yang nyata
D. Membekali siswa keterampilan untuk hidup mendatang
Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 2, yang
terdapat pada bagian akhir modul ini, dan hitunglah jawaban anda yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi kegiatan belajar 2 ini.
144
Rumusnya:
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat Penguasaan=------------------------------------- X 100 %
10
Arti tingkat penguasaan anda capai:
90 % - l00 % = Baik sekali
80 % - 89 % = Baik
70 % - 79 % = Cukup
< 70 % = Kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80 % atau lebih, anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Tetapi bila tingkat penguasaan
anda masih di bawah 80 %, anda harus mengulangi mempelajari kegiatan
pembelajaran ini.
INOVASI KURIKULUM BERBASIS
KETERPADUAN
PENGANTAR
Ada kecenderungan selama ini guru mengemas pengalaman belajar siswa
terkotak-kotak dengan tegas antara satu bidang studi dengan bidang studi yang
lainnya, pembelajaran yang memisahkan penyajian mata-mata pelajaran secara
tegas hanya akan membuat kesulitan belajar bagi siswa karena pemisahan seperti
itu memberikan pengalaman belajar yang bersifat artifisial. Sementara itu, di
sekolah dasar khususnya di kelas-kelas rendah para siswa lebih menghayati
penglaman belajarnya secara totalitas, siswa mengalami kesulitan dengan adanya
pemisahan pengalaman belajar seperti tadi.
145
Sesuai dengan konsep belajar Gestalt yang mengutamakan pengetahuan
yang dimiliki siswa dimulai dari keseluruhan baru kemudian menuju bagianbagian.
Dengan kata lain dimata siswa melihat dirinya sebagai pusat lingkungan
yang merupakan keseluruhan yang belum jelas unsur-unsurnya dengan
pemaknaan secara holistik yang berangkat dari yang bersifat konkrit.Pemilihan
model atau metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan
potensi meruapakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki guru.
Sukmadinata (l997) menjelaskan bahwa kurikulum merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu guru sebagai
pendidik harus mempunyai potensi untuk memilih model pembelajaran yang
dapat digunakan sesuai dengan karakteristik siswa dan tuntutan kurikulum.
Kurikulum terpadu merupakan kurikulum yang memungkinkan siswa baik
secara individual maupun secara klasikal aktif menggali dan menemukan konsep
dan prinsip-prinsip secara holistik bermakna dan otentik. Melalui pertimbangan
itu, maka beragam pandangan dan pendapat tentang kurikulum terpadu, tapi
semuanya menekankan pada cara menyampaikan pelajaran yang bermakna
dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Melalui kurikulum terpadu
dalam bentuk pembelajarann diharapkan para siswa memperoleh pengetahuan
secara menyeluruh dengan cara mengaitkan satu pelajaran dengan pelajaran lain.
A. Pengertian Kurikulum Berbasis Keterpaduan
Pendekatan keterpaduan merupakan suatu sistem totalitas yang terdiri dari
komponen-komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi baik antar
komponen dengan komponen maupun antar komponen-komponen dengan
keseluruhan, dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dengan
demikian, pendekatan sistem menitikberatkan pada keseluruhan, lalu bagianbagian
dan unsur-unsur dan interaksi antara bagian-bagian dengan keseluruhan.
Konsep keterpaduan pada hakekatnya menunjuk pada keseluruhan, kesatuan,
kebulatan, kelengkapan, kompleks, yang ditandai oleh interaksi dan interpendensi
antara komponen-komponennya (Alisyahbana, l974:17). Ini berarti organisasi
kurikulum secara terpadu, suatu bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas
antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit
atau keseluruhan (integrated curriculum).
Kurikulum terpadu menyediakan kesempatan dan kemungkinan belajar
bagi para siswa. Kesempatan belajar tersebut dirancang dan dilaksanakan secara
menyeluruh dengan mempertimbangkan hal-hal yang berpengaruh,oleh karena itu
diperlukan pengaturan, kontrol, bimbingan agar proses belajar terarah
ketercapaian tujuan-tujuan kemampuan yang diharapkan. Kurikulum dirancang
berdasarkan sistem keterpaduan yang mempertimbangkan komponen-komponen
masukan, proses dan produk secara seimbang dan setaraf.
Pada komponen masukan, kurikulum dititikberatkan pada mata mata
pelajaran logis dan sistematis agar siswa menguasai struktur pengetahuan tertentu.
Pada komponen proses, kurikulum dititikberatkan pada pembentukan konsp
berfikir dan cara belajar yang diarahkan kepada pengembangan peta kognitif.
146
Pada komponen produk, kurikulum dititikberatkan pada pembentukan tingkah
laku spesifik. Ketiga komponen tersebut berinteraksi dalam kurikulum secara
terpadu, sehingga tujuan kurikulum terpadu untuk mengembangkan kemampuan
yang meruapakan gejala tingkah laku berkat pengalaman belajar. Tingkah laku
yang diterapkan adalah integrasi atau behavior is the better integrated, terjadi
dikarenakan pengalaman-pengalaman dalam situasi tertentu, bukan karena
kecenderungan alami atau kematangan kondisi temporer, sehingga perubahan
tingkah laku bersifat permanen dan bertalian dengan situasi tertentu (Hilgard &
Bower, l977:17).
Untuk mencapai perubahan-perubahan perilaku, sistem keterpaduan
dikembangkan berdasarkan prisip-prinsip sebagai berikut: suasana lapangan (field
setting) yang memungkinkan siswa menampilkan kemampuannya di dalam kelas,
pengembangan diri sendiri (self development), pengembangan potensi yang
dimiliki masing-masing individu (self actualization), proses belajar secara
kelompok (social learning), pengulangan dan penguatan (reinforcement),
pemecahan masalah-masalah (heuristik learning), dan sikap percaya diri sendiri
(self confidence).
B. Komponen-Komponen Kurikulum Berbasis Keterpaduan
Kurikulum Berbasis Keterpaduan meliputi berbagai komponen yang saling
berkaitan yaitu sub sistem masukan yakni siswa, sub sistem proses yakni metode,
materi dan masyarakat, sub sistem produk yakni lulusan yang dikaitkan
komponen evaluasi dan umpan balik. Masing-masing komponen saling berkaitan,
pengaruh mempengaruhi satu sama lain dalam rangka untuk mencapai tujuan.
Komponen lulusan adalah produk sistem kurikulum yang memenuhi
harapan kuantitas yakni jumlah lulusan sesuai dengan kebutuhan dan harapan
kualitas yakni mutu lulusan ditinjau dari segi tujuan instrinsik dan tujuan
ekstrinsik. Tujuan instrinsik beroreantasi bahwa lulusan diharapkan menjadi
insan-insan terdidik, berbudaya dan berahlakulkarimah. Tujuan ekstrinsik,
beroreantasi bahwa lulusan sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan khususnya
kompeten di bidang pekerjaannya.
Komponen metode terdiri dari program pembelajaran, metode penyajian,
bahan dan media pendidikan. Sedangkan komponen materi terdiri dari fasilitas,
sarana dan prasarana, perlengkapan, dan biaya. Komponen ini disediakan dalam
jumlah dan kualitas yang memadai dan berfungsi sebagai unsur penunjang proses
pendidikan. Khusus media pendidikan bagaimana media tersebut menggunakan
lingkungan sekolah tempat belajar dan selalu memudahkan dan menyederhanakan
materi sehingga menyenangkan situasi belajar siswa.
Komponen evaluasi untuk menilai keberhasilan proses kurikulum dan
ketercapaian tujuan kurikulum. Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk evaluasi
formatif dan evaluasi summatif. Hasil evaluasi memberikan informasi untuk
membuat keputusan tentang tingkat produktivitas kurikulum dan derajat
performansi yang dicapai oleh siswa.
147
Komponen balikan berguna untuk memberikan informasi dalam rangka
umpan balik demi perbaikan sistem kurikulum. Sumber informasi diperoleh dari
hasil evaluasi yang telah dilaksanakan sekolah dan lembaga tempat para lulusan
bekerja.
Komponen masyarakat merupakan masukan eksternal dalam bidang sosial
dan budaya, yang berfungsi sebagai faktor penunjang dan turut mewarnai
pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan.
C. Karakteristik Kurikulum Berbasis Keterpaduan
Kurikulum terpadu merupakan bentuk kurikulum yang meniadakan batasbatas
antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam
bentuk unit atau keseluruhan (Hamalik, l993:32). Dengan demikian, kurikulum
terpadu mengintegrasikan komponen-komponen mata pelajaran sehingga batasbatas
mata pelajaran tersebut sudah tidak nampak lagi, dikarenakan telah
dirumuskan dalam bentuk masalah atau unit.
Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu (Integrated Curriculum)
diantaranya adalah: (a) berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi Pancasila, (b)
berdasarkan psikologi belajar Gestalt dan field theory (c) berdasarkan landasan
sosiologis dan sosio-kultural, (d) berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat
perkembangan pertumbuhan peserta didik, (e) ditunjang oleh semua mata
pelajaran atau bidang studi yang ada, (f) sistem penyampaiannya dengan
menggunakan sistem pengajaran unit yakni unit pengalaman dan unit mata
pelajaran dan (g) peran guru sama aktifnya dengan peran peserta didik, bahkan
peran siswa lebih menonjol dan guru cenderung berperan sebagai pembimbing
atau fasilitator.
Keunggulan atau manfaat kurikulum terpadu diantaranya, adalah: (a)
segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat, (b) kurikulum ini sesuai
dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, (c) memungkinkan hubungan
yang erat kaitannya antara sekolah dengan masyarakat, (d) sesuai dengan faham
domakratis, (e) mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan, dan kematangan
pesera didik.
Untuk melaksanakan bentuk organisasi kurikulum terpadu, Fogarty (l991),
memperkenalkan sepuluh model pembelajaran terpadu yang dikelompokan
menjadi tiga tipe, ketiga tipe tersebut adalah: Pertama, tipe pembelajaran terpadu
dalam satu disiplin ilmu yakni fragmented, commected dan nested. Kedua, tipe
pembelajaran terpadu antardisiplin ilmu yakni squenced, shared, webbed,
threaded dan integrated. Ketiga, tipe pembelajaran terpadu yang mengutamakan
keterpaduan faktor peserta didiknya yakni immersed dan networked.
Kurikulum terpadu yang paling banyak digunakan di lapangan terdiri dari
model connected, webbed, dan integrated. Kurikulum ini dipandang sebagai
upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan di tingkat dasar, terutama dalam
rangka mengimbangi gejala penjejalan kurikulum yang sering terjadi dalam
pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah.
148
Model connected atau model keterhubungan pada prinsipnya
mengupayakan adanya keterkaitan antara konsep, keterampilan, topik, ide,
kegiatan dalam satu bidang studi. Model ini siswa tidak terlatih untuk melihat
suatu fakta dari berbagai sudut pandang, karena model ini keterkaitan materi
hanya terbatas pada satu bidang studi saja. Model webbed atau model jaring labalaba
merupakan model dengan menggunakan pendekatan tematik, baru kemudian
dikembangkan sub-sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan bidangbidang
studi terkait. Model integrated atau model keterpaduan merupakan model
yang menetapkan prioritas kurikulum dan menemukan keterampilan, konsep, dan
sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi, dan model ini sulit
dilaksanakan sepenuhnya mengingat sulitnya menemukan materi dari setiap
bidang studi yang benar-benar tumpang tindih dalam satu semester, serta sangat
membutuhkan keterampilan guru yang cukup handal untuk dapat merencanakan,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran.
D. Prosedur Pengembangan Kurikulum Berbasis Keterpaduan
Sekarang ini ada kecenderungan guru mengemas pengalaman belajar
siswa terkotak-kotak dengan tegas antara bidang studi satu dengan bidang studi
lainnya, kurikulum yang memisahkan penyajian mata-mata pelajaran secara tegas
hanya akan membuat kesulitan bagi siswa, karena pemisahan seperti itu akan
memberikan pengalaman belajar yang bersifat artifisial. Sementara di jenjang
sekolah dasar khususnya siswa pada kelas-kelas awal lebih menghayati
pengalamannya secara totalitas, hal ini akan mengundang kesulitan belajar dengan
pemilahan-pemilahan pengalaman secara artifisial tersebut.
Sesuai dengan teori Gestalt yang mengedepankan pengetahuan yang
dimiliki siswa dimulai dari keseluruhan baru menuju bagian-bagian. Siswa pada
jenjang sekolah dasar paling dominan menghayati pengalamannya masih berfikir
secara keseluruhan, mereka masih sulit menghadapi pemilihan yang
artifisial(terpisah-pisah). Ini berarti siswa kelas rendah di sekolah dasar itu
melihat dirinya sebagai pusat lingkungan yang merupakan suatu keseluruhan yang
belum jelas unsur-unsurnya dengan pemaknaan secara holistik yang bertitik tolak
dari yang bersifat konkrit.
Melalui pemikiran tersebut, maka kurikulum terpadu yang berangkat dari
bentuk rencana umum dan dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran unit (unit
teaching). Rencana umum yang dimaksudkan adalah organisasi kurikulum yang
berpusat pada bidang masalah, idea, core atau thema tertentu yang dapat
digunakan untuk melaksanakan suatu pengajaran unit. Dengan perkataan lain,
resource unit adalah unit-unit yang telah siap dibuat dan disusun secara umum,
lengkap dan luas serta merupakan reservoir bagi pengembangan pembelajaran
unit.
1. Tujuan sumber unit
Tujuan pendidikan dan pembelajaran unit antara lain:
149
(1). Menyediakan sumber-sumber yang dapat digunakan dalam merencanakan
sesuatu unit dan berisi saran-saran, petunjuk-petunjuk tentang kegiatankegiatan
siswa, baik secara perorangan maupun secara kolektif.
(2) Memberikan bimbingan atau petunjuk dalam menentukan lingkup masalah
atau syarat-syarat tentang tingkat tujuan yang hendak dicapai.
(3) Memuat hal-hal yang dapat dijadikan petunjuk dan bantuan mengajar secara
teratur dan tersusun agar lebih efektif.
(4). Memuat saran tentang penilaian.
(5). Menunjukkan bermacam-macam pengalaman tertentu yang dapat
dipergunakan guru dan mengembangkan satuan pengajaran.
2. Kriteria penyusunan rencana umum
(1). Rencana umum bernilai atau dapat digunakan di dalam banyak situasi dan
bersifat fleksibel, baik isi maupun prosedur-prosedur mengajar dan belajar.
(2). Rencana umum dikembangkan oleh kelompok guru dan bukan hanya oleh
seorang guru saja.
(3). Cara yang paling efektif adalah apabila rencana tersebut dilaksanakan oleh
kelompok guru yang telah mempersiapkannya.
(4). Rencana umum disusun sedemikian rupa agar mudah dilakukan dan diubah
sesuai dengan kondisi dan fasilitas yang tersedia.
(5). Program ini menyediakan cukup persiapan fasilitas, waktu bagi peserta
pelayanan dan ketatausahaan
3. Organisasi dan isi rencana umum
(1). Filsafat dan tujuan sekolah seharusnya betul-betul dipahami oleh guru yang
menyusun guru unit ini dan dirumuskan secara jelas.
(2). Tujuan rencana tersebut seharusnya memberikan sumbangan yang bermakna
bagi pencapaian tujuan sekolah dan memberikan arah bagi pengembangan
pembelajaran.
(3). Ruang lingkup resource unit berisikan suatu perumusan scope yang jelas
seperti pembatasan istilah yang digunakan, untuk tingkatan kelas mana unit itu
dipersiapkan dan referensi yang membantu guru terhadap daerah
permasalahan.
(4). Kegiatan yang disarankan meliputi sejumlah kegiatan belajar bagi individu
dan kelompok dipilih secara diorganisir agar dapat dipergunakan secara
efektif.
(5). Rencanakan secara lengkap buku-buku sumber dan alat bantu yang akan
digunakan.
(6). Prosedur evaluasi dan alat-alatnya dipilih sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan dan menjadi bagian integral dari rencana umum.
(7). Penglaman dalam suatu unitkerap kali membantu guru dalam perencanaan
unit-unit selanjutnya. Sesuatu rencana umum berisi banyak kemungkinan yang
mendorong penyelidikan dan belajar hal-hal yang baru diketahui.
(8). Diperlukan diskusi tentang berbagai rencana umum dalam rangka
perencanaan secara kooperatif. Rencana tersebut berisikan saran-saran bagi
150
guru tentang cara-cara yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan pengajaran
unit.
Setelah anda membaca modul ini (kegiatan pembelajaran 3), agar
mendiskusikan dengan teman anda beberapa kegiatan latihan di bawah ini untuk
memperdalam pemahaman materi yang telah dipelajari!
1. Coba diskusikan dengan teman anda, pengertian, tujuan dan manfaat dari
Kurikulum Berbasis Keterpaduan bagi pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
2. Kemukakan menurut pendapat anda mengenai komponen-komponen dalam
Kurikulum Keterpaduan yang mesti ada.
3. Diskusikan dengan teman anda, bagaimana karakteristik khusus Kurikulum
Keterpaduan itu!
4. Coba diskusikan pula dengan teman anda, bagimana prosedur pengembangan
Kurikulum Keterpaduan itu!
PETUNJUK JAWABAN LATIHAN
1. Bahas pengertian kurikulum keterpaduan yang berkaitan dengan kurikulum
yang berkaitan dengan mata-mata pelajaran, tematik, unit-unit dan
ketercapaian tujuannya. Tujuan yang berkaitan dengan kebermaknaan bagi
anak didik, aspek filosofis, aspek sosiologis, aspek psikologis, pembelajaran
yang bervareasi. Manfaat berhubungan dengan kepentingan siswa dan guru.
2. Sebagai titik tolak pembahasan tentang komponen-komponen Kurikulum
Keterpaduan anda bahas dari komponen lulusan, metode, materi dan evaluasi
kurikulum, serta balikan dan masyarakat.
3. Sebagai bahan pembahasan yang berhubungan dengan karakteristik kurikulum
berbasis keterpaduan adalah ciri-ciri organisasi kurikulum terpadu, model
pembelajaran integrated, dan pembelajaran unit dimana peran guru dan peran
siswa.
4. Bahas tentang pengembangan kurikulum terpadu yang berhubungan dengan
kriteria penyusunan rencana, organisasi dan isi rencana umum, kegiatan yang
disarankan, dan prosedur evaluasi.
Kurikulum terpadu disebut integrated curriculum merupakan bentuk
kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit. Ciri-ciri utama kurikulum terpadu
antara lain berlandasaskan teori belajar Gestalt, berdasarkan kebutuhan anak
didik, sistem unit, peran guru sama aktifnya dengan peran siswa dan sesuai
dengan minat dan perkembangan anak didik. Kurikulum terpadu terdiri beberapa
komponen meliputi komponen lulusan, metode, materi, evaluasi, balikan dan
masyarakat. Prosedur pengembangan kurikulum terpadu terdiri dari rencana
151
umum dan dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran unit meliputi tujuan sumber
unit, kriteria penyusunan rencana umum, dan organisasi dan isi rencana.
TES FORMATIF 3
Setelah anda selesai mempelajari materi yang disajikan dalam kegiatan
belajar 3, pada modul ini telah melakukan kegiatan diskusi terhadap tugas yang
dirancang pada modul ini untuk lebih memahami materi, maka selanjutnya anda
menjawab pertanyaan berikut ini dengan mengikuti petunjuk yang diberikan.
Petunjuk: Pilihlah salah satu huruf (A, B, C, D) yang benar, dengan pertanyaan
tersebut, dengan cara memberi silang (X) pada salah satu huruf tersebut, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Pilihlah: A, jika (1) dan (2) benar
B, jika (1) dan (3) benar
C, jika (2) dan (4) benar
D, jika (1), (2), dan (3) benar
1. Ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu adalah:
(1) Sistem pengajaran unit
(2) Guru lebih aktif dari siswa
(3) Berlandaskan teori belajar Gestalt
(4) Mata pelajaran berkorelasi satu sama lain
2. Merupakan inti dari pengertian kurikulum keterpaduan:
(1) Mata pelajaran terpisah-pisah
(2) Menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit
(3) Mata pelajaran dihubung-hubungkan
(4) Kurikulum yang berintegrasi
3. Tipe pembelajaran terpadu dalam satu disiplin ilmu adalah:
(1) Fragmented
(2) Coonected
(3) Nested
( 4) Webbed
5. Model pembelajaran terpadu yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik
siswa sekolah dasar adalah:
(1) Connected
(2) Webbed
(3) Integrated
(4) Squenced
6. Pengembangan kurikulum terpadu dalam bidang materi meliputi komponen:
(1) Fasilitas
(2) Program pembelajaran
(3) Unsur biaya
(4) Media pendidikan
7. Tujuan kurikulum sistem unit adalah:
(1) Memberikan bimbingan
152
(2) Menyediakan sumber belajar
(3) Bermacam-macam pengalaman belajar
(4) Merencanakan alat evaluasi
8. Dalam perosedur Kurikulum Terpadu rencana umum terkonsentarasi pada
bidang:
(1) Thema
(2) Ide
(3) Masalah
(4) Penilaian
9. Implementasi Kurikulum Berbasis Keterpaduan dapat dikembangkan pada
berbagai tingkatan seperti:
(1) Institusional
(2) Bidang studi
(3) Operasional
(4) Regional
10. Komponen penting dari Kurikulum Berbasis Keterpaduan diantaranya:
(1) Peranan guru sama penting peran siswa
(2) Komponen alumni (lulusan)
(3) Lapangan pekerjaan
(4) Balikan
Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 2, yang
terdapat pada bagian akhir modul ini, dan hitunglah jawaban anda yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan
anda terhadap materi kegiatan belajar 3 ini.
Rumusnya:
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat Penguasaan=------------------------------------- X 100 %
10
Arti tingkat penguasaan anda capai:
90 % - l00 % = Baik sekali
80 % - 89 % = Baik
70 % - 79 % = Cukup
< 70 % = Kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80 % atau lebih, anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Tetapi bila tingkat penguasaan
anda masih di bawah 80 %, anda harus mengulangi mempelajari kegiatan
pembelajaran ini.
GLOSARIUM
153
1. Kurikulum dalam arti sempit sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh peserta didik, sering dihubungkan usaha untuk memperoleh ijazah,
sedangkan ijazah sendiri menggambarkan kemampuan. Oleh karena itulah
hanya orang yang telah memperoleh kemampuan sesuai dengan standar
tertentu yang akan memperoleh ijazah (Saylor, l981; Robert, l936 dalam
Sanjaya, 2005).
2. Pengertian kurikulum secara luas, bukan hanya menyangkut mata pelajaran
yang harus dipelajari akan tetapi menyangkut seluruh usaha sekolah untuk
mempengaruhi siswa belajar baik di dalam maupun di luar kelas bahkan di
luar sekolah asalkan kegiatan tersebut berada di bawah tanggungjawab guru
(Saylor dan Alexander, l956 dalam Sanjaya, 2005).
3. Inovasi atau inovation dapat diartikan sebagai pembaharuan, inovasi
pendidikan berarti upaya upaya yang dilakukan secara sadar untuk
memperbaiki aspek-aspek dalam bidang pendidikan, termasuk di dalamnya
pembelajaran (Cece Wijya, l992)
4. Invention meliputi penemuan-penemuan atau penciptaan tentang suatu hal
yang baru, invention biasanya merupakan adaptasi dari apa yang telah ada.
Pembaharuan dalam pendidikan berarti menggambarkan suatu hasil yang
sangat berbeda dengan yang terjadi sebelumnya (Tabrani, l992).
5. Development sering sekali bergandengan dengan riset sehingga prosedur
research and development adalah biasanya digunakan dalam pendidikan
research dan development meliputi kegiatan berbagai aktivitas, antara lain
riser dasar, pencarian dan pengujian teori-teori belajar.
6. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Sanjaya,
2005).
7. Life skill education (pendidikan kecakapan hidup), broad based education
(pendidikan berbasis luas), competency based curiculum (kurikulum berbasis
kompetensi), general life skill (kecakapan hidup yang sifatnya umum),
spesific life skill (kecakapan hidup yang sifatnya khusus.
8. Borderles artinya batas-batas fisik negara satu dengan negara lainnya menjadi
kurang begitu jelas dan secara non fisik hampir tanpa batas yang diakibatkan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi ini.
9. Cyber atau Electronic learning merupakan pembelajaran melalui pemanfaatan
jasa teknologi komputer dan internet, sehingga model pembelajarannya
disebut pembelajaran berbasis web atau web based instruction.
10. Accelerated learning atau percepatan belajar adalah suatu kemampuan
menyerap dan memahami informasi baru secara cepat serta mempertahankan
informasi tsb.
DAFTAR PUSTAKA
Blank, W. E. (1982). Handbook For Developing Competency Based Training
Program. Englewood Cliff. New Jersey: Prentice Hall. Inc.
154
Cece Wijaya dkk. (1992). Upaya Pembaharuan Dlam Pendidikan dan
Pengajaran, Bandung : Penerbit PT. Remaja Rosda Karya.
Hamalik, Oemar, (1993) Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.
Hamalik, Oemar, (2005). Inovasi Pendidikan : Perwujudannya dalam Sistem
Pendidikan Nasional, YP. Permindo, Bandung.
Hamalik, Oemar. (2002) Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan
Kompetensi.
Bandung: Bumi Aksara.
Joni, T. (l997). Pembelajaran Terpadu. Naskah untuk Pelatihan Guru Pamong,
BP3GSD. Jogyakarta: Dikti.
Joyce, Bruce & Well, Marsha. (1996). Models of Teaching. Englewood Clifs.
New Jersey: Prentice Hall Inc.
Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik,
dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya..
Subandijah. (1993). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Joyce, Bruce & Well, Marsha. (1996). Models of Teaching. Englewood Clifs.
New Jersey: Prentice Hall Inc.
Sukmadinata, Nana Syaodih, (1997). Pengembangan Kurikulum: Teori dan
Praktek. Bndung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih, (2004). Kurikulum dan Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.
Wardani, I G. A.K. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Apa, Mengapa,
dan Bagaimana Implementasinya: Makalah pada Penelitian Buku Ajar
PGSD, Yogyakarta.
Whiddett, Steve & Hollyforde, Sarah. (1999). Development Practice: The
Competencies Handbook. London: Institute of Personnel and Development.
Wina, Sanjaya. (2005). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Edisi Pertama, Cetakan ke I. Jakarta: Prenada Media.
Yulaelawati, Ella. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofis Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya Pustaka.
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
TES FORMATIF I
1. C
2. C
3. B
4. A
5. C
6. B
7. A
8. B
9. B
10. C
155
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
TES FORMATIF 2
1. C
2. C
3. A
4. C
5. A
6. D
7. C
8. D
9. B
10. D
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
TES FORMATIF 3
1. B 9. C
2. C l0. D
3. D
4. D
5. B
6. D
7. D
8. D
156
MODUL 5
INOVASI DALAM PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya menyangkut
dengan teori pembelajaran telah banyak mendorong dan mengilhami terhadap
inovasi di bidang model-model pembelajaran. Pergeseran dari istilah “mengajar,
belajar, proses belajar mengajar” kepada “pembelajaran”semestinya tidak hanya
di lihat dari sekedar perubahan, akan tetapi mendalam dan harus difahami
landasan filosofi dan pergeseran paradigma yang terkandung didalamnya.
Pembelajaran merupakan sebuah istilah yang kadang-kadang mengundang
kontraversi baik di kalangan para ahli maupun di lapangan, terutama di antara
guru-guru di sekolah. Sebahagian pendapat mengatakan bahwa istilah
pembelajaran sesungguhnya hanya berlaku di kalangan pendidikan masyarakat
bukan di lingkungan sekolah, di lain pihak justru istilah tersebut sangat relevan
dalam sistem persekolahan, yakni untuk membelajarkan siswa. Pendapat lain
bahwa pembelajaran meruapakan padanan dari instruction, yang artinya lebih luas
dari pengajaran. Pembelajaran tidak hanya berlaku dalam pendidikan melainkan
dalam pelatihan atau uapaya pembelajaran diri.
Pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Implikasinya bahwa
pembelajaran sebagai suatu proses harus dirancang, dikembangkan dan dikelola
secara kreatif, dinamis, dengan menerapkan pendekatan multi untuk menciptakan
suasana dan proses pembelajaran yang kondusif bagi siswa.
157
Pembelajaran sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar
dapat mencapai tujuan pembelajaran secara aktif, efektif, dan inovatif.
Pembelajaran merupakan swsuatu yang kompleks, artinya segala sesuatu yang
terjadi pada proses pembelajaran harus merupakan sesuatu yang sangat berarti
baik ucapan, pikiran maupun tindakan.
Secara umum modul ini akan menguraikan beberapa format pembelajaran
modern yang diperkirakan akan mewarnai pelaksanaan kurikulum dan
pembelajaran di sekolah-sekolah dimasa mendatang, yaitu pembelajaran
kuantum, pembelajaran berbasis kompetensi, dan pembelajaran konstektual serta
pembelajaran berbasis komputer.
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan anda dapat:
1. Menjelaskan konsep dan implementasi pembelajaran kuantum
2. Menjelaskan konsep dan implementasi pembelajaran berbasis kompetensi
3. Menjelaskan konsep dan implementasi pembelajaran electronic atau melalui
komputer
4. Menjelaskan konsep dan implementasi pembelajaran konstektual.
Untuk membantu anda dalam mempelajari BBM ini, ada baiknya diperhatikan
beberapa petunjuk belajar berikut ini:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai anda memahami secara
tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari bahan ajar ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata yang dianggap baru.
Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang anda
miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri dan tukar
pikiran dengan mahasiswa lain atau dengan tutor anda.
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang
relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari
internet.
158
5. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan melalui
kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau teman
sejawat.
6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada
setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda
sudah memahami dengan benar kandungan bahan belajar ini.
Kegiatan Pembelajaran I
Inovasi Pembelajaran Kuantum
PENGANTAR
Pembelajaran kuantum dikembangkan oleh Bobby DePorter (1992) yang
beranggapan bahwa metode belajar ini sesuai dengan carra kerja otak manusia dan
cara belajar manusia pada umumnya. Dengan model SuperCamp yang
dikembangkan bersama
Kawan-kawannya pada awal tahun l980 an, prinsip-prinsip dan model
pembelajaran kuantum menentukan bentuknya. Dalam SuperCamp tersebut,
kurikulum dikembangkan secara harmonis dan berisi kombinasi dari tiga unsur
yaitu: keterampilan akademis (academic skills), prestasi atau tantangan fisik
(physical challenge), dan keterampilan dalam hidup (life skills). Pembelajaran
berdasarkan pada landasan konteks yang menyenangkan dan situasi penuh
kegembiraan. Model pembelajaran kuantum dicetuskan oleh seorang pendidik
berkebangsaan Bulgaria Georgi Lozanov yang melakukan uji coba tentang sugesti
dan pengaruhnya terhadap hasil belajar, teorinya yang terkenal disebut
suggestology. Menurut Lozanov, pada prinsipnya sugesti itu mempengaruhi hasil
belajar. Teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif dalam belajar
di antaranya yaitu mendudukan siswa secara nyaman, memasang musik di dalam
kelas atau lapangan, meningkatkan partisipasi siswa, menggunakan poster-poster
dalam menyampaikan suatu informasi, dan menyediakan guru-guru yang
berdidekasi tinggi.
159
Pembelajaran kuantum sebagai salah satu model, strategi, dan pendekatan
pembelajaran khususnya menyangkut keterampilan guru dalam merancang,
mengembangkan, dan mengelola sistem pembelajaran sehingga guru mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, menggairahkan, dan memiliki
keterampilan hidup (Kaifa, l999). Dengan demikian model pembelajaran kuantum
ini merupakan bentuk inovasi penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada
di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsurunsur
belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa dalam belajar. Dari
proses interaksi yang dilakukan mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa
menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
Pembelajaran kuantum sebagai salah satu alternatif pembaharuan
pembelajaran, menyajikan petunjuk praktis dan spesifik untuk menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, bagaimana merancang pembelajaran,
menyampaikan bahan pembelajaran, dan bagaimana menyederhanakan proses
belajar sehingga memudahkan belajar siswa. Pembelajaran kuantum merupakan
sebuah model yang menyajikan bentuk pembelajaran sebagai suatu “orkestrasi”
yang jika dipilah dari dua unsur pokok yaitu: konteks dan isi. Konteks secara
umum akan menjelaskan tentang lingkup lingkungan belajar baik lingkungan fisik
maupun lingkungan psikhis. Sedangkan konten/isi berkenaan dengan bagaimana
isi pembelajaran dikemas untuk disampaikan kepada siswa.
Pembelajaran kuantum mengkonsep tentang “menata pentas lingkungan
belajar yang tepat”, maksudnya bagaimana upaya penataan situasi lingkungan
belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur
lingkungan belajar sedemikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah
pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar. Lingkungan belajar
terdiri lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah tempat
siswa melakukan proses belajar, bekerja dan berkreasi. Bagaimana desain ruanga,
penataan cahaya, musik pengiring yang kesemuanya ini mempengaruhi siswa
dalam menyerap, menerima, dan mengolah informasi. Lebih khusus lagi
160
perhatian kepada penataan lingkungan formal, seperti meja, kursi, tempat khusus,
dan tempat belajar yang teratur.
Lingkungan makro adalah dunia luas, artinya siswa diminta untuk
menciptakan kondisi ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk
memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke
lingkungan masyarakat yang diminatinya. Semakin siswa berinteraksi dengan
lingkungan, semakin mahir mengatasi situasi-situasi yang menantang dan semakin
mudah mempelajari informasi baru. Setiap siswa diminta berhubungan secara
aktif dan mendapat rangsangan masyarakat, agar mereka kelak mendapat
pengalaman membangun pengetahuan pribadi (Bobby DePorter, 2002).
A. Landasan Pembelajaran Kuantum
Istilah “Quantum” dipinjam dari dunia ilmu fisika yang berarti interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya. Maksudnya dalam pembelajaran
kuantum, pengubahan bermacam-macam interaksi yang terjadi dalam kegiatan
belajar. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru dan
siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar
secara efektif dan efesien. Selain itu, adanya proses pengubahan belajar yang
meriah dengan segala nuansanya, penyertaan segala yang berkaitan, interaksi dan
perbedaan yang memaksimalkan moment belajar, fokus pada hubungan dinamis
dalam lingkungan kelas, selurugnya adalah hal-hal yang melandasi pembelajaran
kuantum.
Ada dua konsep utama yang digunakan dalam pembelajaran kuantum
dalam rangka mewujudkan energi guru dan siswa menjadi cahaya belajar yaitu
percepatan belajar melalui usaha sengaja untuk mengikis hambatan-hambatan
belajar tradisional, dan fasilitasi belajar yang berarti mempermudah belajar.
Percepatan belajar dan fasilitasi belajar akan mendukung azas utama yang
digunakan dalam pembelajaran kuantum yaitu:”Bawalah dunia mereka ke dunia
kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Azas utama pembelajaran kuantum
tersebut mengisyaratkan pentingnya seorang guru memasuki dunia atau kehidupan
anak sebagai langkah awal dalam melaksanakan sebuah pembelajaran. Memahami
161
dunia dan kehidupan anak, merupakan lisensi bagi para guru untuk memimpin,
menuntun dan memudahkan perjalan siswa dalam meraih hasil belajar yang
optimal. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam hal ini misalkan mengaitkan
apa yang akan diajarkan dengan peristiwa-peristiwa, fikiran atau perasaan,
tindakan yang diperoleh siswa dalam kehidupan baik di rumah, di sekolah
maupun di lingkungan masyarakat. Setelah kaitan itu terbentuk, maka guru dapat
memberikan pemahaman tentang materi pembelajaran yang disesuaikan dengan
kemampuan, perkembangan, dan minat bakat siswa.
Pemahaman terhadap “hakekat” siswa menjadi lebih penting sebagai
“jembatan” untuk menghubungkan dan memasukan “dunia kita” kepada dunia
mereka. Apabila seorang guru telah memahami dunia siswa, maka siswa telah
merasa diperlakukan sesuai dengan tingkat perkembangan mereka, sehingga
pembelajaran akan menjadi harmonis seperti sebuah “orkestrasi” yang saling
bertautan dan saling mengisi. Sebuah pepatah mengatakan, ajarilah, tuntun,
fasilitasi, dan bimbinglah anak didik kalian, sesuai dengan tingkat kebutuhan dan
dya fikirnya.
B. Prinsip dan Strategi Pembelajaran Kuantum
Selain azas utama seperti dipaparkan di atas tadi, pembelajaran kuantum
memiliki lima prinsip (Bobby DePorter, l992) sebagai berikut:
1. Segalanya berbicara, maksudnya bahwa seluruh lingkungan kelas hendaknya
dirancang untuk dapat membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh
siswa, ini berarti rancangan kurikulum dan rancangan pembelajaran guru,
informasi, bahasa tubuh, kata-kata, tindakan, gerakan, dan seluruh kondisi
lingkungan haruslah dapat berbicara membawa pesan-pesan belajar bagi
siswa.
2. Segalanya bertujuan, maksudnya semua penggubahan pembelajaran tanpa
terkecuali harus mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan terkontrol. Sumber
dan fasilitas yang terlibat dalam setiap pembelajaran pada prinsipnya untuk
membantu perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.
162
3. Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya sebelum siswa belajar
memberi nama (mendefinisikan, mengkonseptualisasi, membedakan,
mengkatagorikan) hendaknya telah memiliki pengalaman informasi yang
terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.
4. Mengakui setiap usaha, maksudnya semua usaha belajar yang telah dilakukan
siswa harus memperoleh pengakuan guru dan siswa lainnya. Pengakuan ini
penting agar siswa selalu berani melangkah ke bagian berikutnya dalam
pembelajaran.
5. Merayakan keberhasilan, maksudnya setiap usaha dan hasil yang diperoleh
dalam pembelajaran pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi
umpan balik dan motivasi untuk kemajuan fan peningkatan hasil belajar
berikutnya.
Selanjutnya Bobby DePorter (l992), mengembangkan strategi pembelajaran
kuantum melalui istilah TANDUR, yaitu:
1. Tumbuhkan, yaitu dengan memberikan apersepsi yang cukup sehingga sejak
awal kegiatan siswa telah termotivasi untuk belajar dan memahami Apa
Manfaatnya Bagiku (AMBAK).
2. Alami, berikan pengalaman nyata kepada setiap siswa untuk mencoba.
3. Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan metode
lainnya.
4. Demonstrasikan, sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
kemampuannya.
5. Ulangi, beri kesempatan untuk mengulangi apa yang telah dipelajarinya,
sehingga setiap siswa merasakan langsung dimana kesulitan akhirnya datang
kesuksesan, kami bisa bahwa kami memang bisa.
6. Rayakan, dimaksudkan sebagai respon pengakuan yang proporsional.
C. Model Pembelajaran Kuantum
Model pembelajaran kuantum identik dengan sebuah simponi dan
pertunjukan musik. Maksudnya pembelajaran kuantum, memberdayakan seluruh
163
potensi dan lingkungan belajar yang ada, sehingga proses belajar menjadi suatu
yang menyenangkan dan bukan sebagai sesuatu yang memberatkan. Untuk dapat
mengarah kepada yang dimaksud, ada beberapa langkah-langkah yang harus
dilakukan, yaitu: 1) optimalkan minat pada diri, 2) bertanggung jawab pada diri,
sehingga anda akan memulai mengupayakan segalanya terlaksana, dan 3)
hargailah segala tugas yang telah selesai (Howard Gardner, dalam DePorter,
2002).
Tujuan pokok pembelajaran kuantum yaitu meningkatkan partisipasi
siswa, melalui penggubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat belajar,
meningkatkan daya ingat dan meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan
daya dengar, dan meningkatkan kehalusan perilaku. Berdasarkan prinsip dan azas
landasan pembelajaran kuantum, guru harus mampu mengorkestrasi kesuksesan
belajar siswa. Dalam pembelajaran kuantum, guru itu tidak semata-mata
menerjemahkan kurikulum ke dalam strategi, metode, teknik, dan langkahlangkah
pembelajaran, melainkan termasuk juga menterjemahkan kebutuhan
nyata siswa. Untuk hal itu, dalam pembelajaran kuantum, guru harus memiliki
kemampuan untuk mengorkestrasi konteks dan kontens. Konteks berkaitan
dengan lingkungan pembelajaran, sedangkan konten berkaitan dengan isi
pembelajaran.
1. Mengorkestrasi kesuksesan belajar melalui lingkungan pembelajaran (konteks).
Dimensi konteks dalam pembelajaran kuantum dapat dikelompokkan
menjadi empat bagian, yaitu: suasana belajar yang menggairahkan, landasan yang
kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis.
Keempat bagian ini harus merupakan satu interaksi kekuatan yang mendukung
percepatan belajar, dan juga merupakan kondisi yang diperlukan untuk mencapai
kesuksesan belajar yang optimal.
a. Suasana belajar yang menggairahkan
Guru harus mampu menciptakan suasana pembalajran yang
memberdayakan siswa. Untuk menciptakan suasana yang dinamis dan
164
menggairahkan dalam belajar, guru atau fasilitator perlu memahami dan dapat
menerapkan aspek-aspek pembelajaran kuantum sebagai berikut:
* Kekuatan niat dan berpandangan positif
* Menjalin rasa simpati dan saling pengertian
* Keriangan dan ketakjuban
* Mau mengambil risiko
* Menumbuhkan rasa saling memiliki
* Menunjukan keteladanan
Penelitian menunjukan, bahwa suasana kelas adalah penentu psikologis utama
yang mempengaruhi kegiatan belajar. Pada dasarnya kelas adalah arena belajar
yang dipengaruhi oleh emosi, iu sebabnya disarankan agar guru berupaya
menciptankan suasana kelas melalui keenam aspek di atas. Niat kuat seorang guru
dalam mengajar ditentukan oleh pndangan positif guru dan citranya tentang
kemampuan siswa.Keyakinan guru tentang potensi dan kemampuan semua siswa
untuk belajar dan berprestasi akan menentukan keberhasilan siswa itu sendiri.
Karena itu,aspek keteladanan mental guru berdampak besar terhadap iklim belajar
dan pemikiran belajar, karena siswa memiliki perasaan dan sikap yang turut
mempengaruhi proses belajar. Selain itu, guru juga dituntut untuk mengetahui
karakteristik emosional siswa, karena dengan memahami karakteristik emosional
siswa dapat membantu mereka mempercepat proses belajar. Guru juga harus
memiliki kemampuan untuk memotivasi siswa, mengetahui dan menghargai
kemampuan yang dimiliki siswa, dan melakukan penghargaan terhadap setiap
upaya yang telah dilakukan oleh siswa. Penghargaan yang dimaksud, bukan hanya
berupa material, tetapi dalam bentuk lain seperti pujian, menepuk pundak dsb.
Guru perlu memperlakukan siswa sebagai manusia sederajat, mengetahui pikiran,
perasaan dan kesukaannya mengenal hal-hal yang terjadi dalam kehidupan siswa,
mengetahui apa yang menghambat memperoleh hal-hal yang mereka inginkan,
berbicara dengan jujur dan menikmati kesenangan bersama mereka.
b. Landasan yang kukuh
165
Setelah menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk belajar,
langkah selanjutnya yang mesti dilakukan adalah menciptakan landasan yang
kukuh. Menegakkan landasan yang kukuh dalam pembelajaran kuantum dengan
cara: mengkomunikasikan tujuan pembelajaran; mengukuhkan prinsip-prinsip
keunggulan; meyakini kemampuan diri dan kemampuan siswa; kesepekatan,
kebijakan, prosedur dan peraturan; serta menjaga komunitas belajar tetap tumbuh
dan berjalan.
Penetapan landasan dapat dimulai dari penetapan tujuan. Hendaknya
dalam komunitas belajar antar pengajar dan pembelajar memiliki tujuan yang
sama. Tujuan dari siswa adalah mengembangkan kecakapan dalam mata
pelajaran, menjadi pelajar yang lebih baik dan berinteraksi sebagai anggota
komunitas dari masyarakat belajar, dan mengembangkan kemampuan lain yang
dianggap penting. Sebaliknya tujuan dari pengajar adalah menciptakan agar siswa
belajar yang cakap dalam mata pelajaran yang disampaikan, lebih baik dan
mampu berinteraksi dalam masyarakat belajar. Dengan adanya kesamaan tujuan,
maka upaya yang dilakukan akan memiliki kesamaan, sehingga ada kesesuaian
antara apa yang harus dilakukan siswa dengan apa yang diinginkan guru. Kedua
hal ini akan menjadi prinsip yang dikembangkan dalam komunitas belajar.
Pembelajaran kuantum memiliki delapan kunci sukses yang dikembangkan, yaitu
integritas, kegagalan sebagai awal kesuksesan, bicara dengan niat yang baik,
hidup saat ini, komitmen, tanggungjawab, sikap luwes dan keseimbangan
(DePorter, 1999).
Landasan lain yang perlu dijelaskan adalah keyakinan terhadap
kemampuan diri dan kemampuan siswa. Keyakinan atas kemampuan mengajar
dan kemampuan siswa belajar akan menimbulkan hal-hal yang menakjubkan.
Setiap kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan harus dilaksanakan
bersama untuk memenuhi kebutuhan otak tentang struktur positif yang terarah.
Berdasarkan landasan di atas setiap guru diharapkan dapat menjaga komunitas
belajar dan membantu siswa mengkaitkan pelajaran dengan gambaran masa depan
mereka.
166
c. Lingkungan yang mendukung
Lingkungan kelas akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam
memusatkan perhatian dan menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Dengan
demikian, dalam pembelajaran kuantum guru memiliki kewajiban menata
lingkungan yang dapat mendukung situasi belajar dengan cara:
mengorganisasikan dan memanfaatkan lingkungan sekitar; menggunakan alat
bantu yang mewakili satu gagasan; pengaturan formasi siswa; pemutaran musik
yang sesuai dengan kondisi belajar.
Penggunaan foster dalam lingkungan kelas dapat menampilkan materi
pelajaran secara visual. Poster afirmasi dapat menguatkan dialog internal siswa.
Alat bantu belajar dapat menghidupkan gagasan abstrak dan memberikan
pengalaman-pengalaman langsung. Meja belajar atau bangku dan kursi harus
dapat diubah-ubah agar dapat berfokus pada tugas yang dihadapi. Musik
membuka kunci keadaan belajar yang optimal dan membantu mnciptakan
asosiasi. Pengorkestrasian unsur-unsur dalam lingkungan sangat berpengaruh
pada kemampuan guru untuk mengajar lebih baik.
d. Perancangan pengajaran yang dinamis
Guru dapat memasuki dunia siswa dalam proses pembelajaran melalui
perancangan pembelajaran. Disini diperlukan kemampuan guru memasuki dunia
siswa baik sebelum maupun saat berlangsungnya pembelajaran dapat membawa
sukses pembelajaran, karena membantu guru menyelesaikan pembelajaran lebih
cepat, lebih melekat dan lebih bermakna dengan hasil belajar yang memuaskan.
Pembelajaran kuantum memberikan beberapa kiat tentang cara menyesuaikan
pembelajaran dengan masing-masing modalitas belajar siswa, memberikan
strategi dan kiat tentang cara menjalin mitra dengan siswa, sehingga guru
merancang pembelajaran bermula kelompok besar, dilanjutkan dengan belajar
dalam kelompok kecil, diakhiri dengan belajar secara perorangan. Berdasarkan
strategi di atas, maka kiat kerangkan perancangan pembelajaran kuantum
dilaksanakan sebagai perpaduan yang disingkat dengan TANDUR yakni
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
167
2. Mengorkestrasi Kesuksesan Belajar Melalui Konten/Isi
Dimensi konten/isi dalam pembelajaran kuantum dikelompokkan menjadi
empat bagian, di mana dua bagian mengkaji kemampuan guru dalam melakukan
presentasi dan fasilitasi, dua bagian lainnya memberikan tip tentang kiat-kiat
keterampilan belajar siswa dan keterampilan hidup. Pada bagian akhir dibahas
kiat-kiat keterampilan praktek pembelajaran dengan model pembelajaran
kuantum. Keempat bagian ini harus merupakan satu interaksi kekuatan yang
terkait dengan dimensi konteks yang meningkatkan cahaya percepatan belajar.
Hal ini merupakan upaya dan kondisi yang diperlukan untuk mencapai kesukssan
belajar yang optimal.
a. Mengorkestrasi presentasi prima
Kemampuan guru mengorkestrasi presentasi prima merupakan
kemampuan berkomunikasi denga menekankan interaksi sesuai dengan rancangan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru mengajarkan keterampilan hidup di
tengah-tengah keterampilan akademis, mengembangkan aspek fisik, mental, dan
spritual para siswa dengan memperhatikan kualitas interaksi antar siswa, antar
siswa dengan guru, dan antar siswa dengan kurikulum. Dalam berkomunikasi
dengan siswa, guru menyesuaikan pesan atau materi pelajaran dengan modalitas
utama para siswanya, karena itu guru harus menguasai prinsip-prinsip komunikasi
secara visual, auditorial, dan kinestetik yang diyakini sebagai jalan menuju
kesuksesan belajar.
Ketika guru mengajar, memberikan pengarahan, menata konteks,
memberikan umpan balik, hendaknya dilaksanakan empat prinsip komunikasi,
yaitu:memunculkan kesan yang diinginkan, mengarahkan perhatian, bersifat
mengajak dan tepat sasaran. Memunculkan kesan adalah hal penting dalam belajar
karena membantu otak membuat citra tentang apa yang dipelajari melalui asosiasi.
Mengarahkan fokus perhatian juga penting karena dalam komunikasi otak
memiliki kemampuan menyerap bayak informasi dalam setiap waktu dari pesanpesan
yang diberikan guru. Jika guru salah mengarahkan perhatian, maka
informasi penting dapat menjadi tak tersadari. Bersifat mengajak pada prinsipnya
168
berbeda dengan prinsip perintah yang menunjukkan dominasi guru. Ajakan itu
lebih menimbulkan asosiasi positif tentang kebersamaan dan kerjasama secara
kolaborasi untuk menghindari asosiasi negatif terhadap dinamika guru. Namun
ajakan tersebut harus bersifat spesifik ditujukan langsung pada inti tujuan
pembelajaran. Dalam berkomunikasi dengan siswa, hendaknya guru berkeyakinan
bahwa komunikasi non verbal sama ampuhnya dengan komunikasi verbal.
Komunikasi non verbal yang harus diperhatikan guru adalah kontak mata,
ekspresi wajah, nada suara, gerak tubuh, dan sosok (postur).
b. Mengorkestrasi fasilitas yang elegan
Mengorkestrasi fasilitas berarti memudahkan interaksi siswa dengan
kurikulum. Ini berarti juga memudahkan partisipasi siswa dalam aktivitas belajar
sesuai dengan yang diinginkan dengan tingkat ketertarikan, minat, fokus, dan
partisipasi yang optimal. Pembelajaran kuantum menawarkan beberapa strategi
untuk melakukan fasilitasi antara lain: menerapkan prinsip KEG (Know it,
Explain it, Get it and give feedback), model kesuksesan dari sudut pandang
fasilitator, membaca pendengar, mempengaruhi melalui tindakan, menciptakan
strategi berfikir, dan tanya jawab belajar. Fasilitas KEG sebagai strategi fasilitasi
bertujuan untuk mempertahankan siswa belajar tetap pada jalur dengan minat
yang tinggi. Strategi ini dilakukan dengan: Pertama, mengetahui visi
pembelajaran dan bentuk prilaku yang diharapkan dalam belajar dengan jelas.
Kedua, jelaskan hasilnya melalui komunikasi. Ketiga, dapatkan hasilnya pada
setiap segmen belajar dan berikan feedback yang memuaskan.
Fasilitas harus mampu mengantarkan siswa bergerak dari zona nyaman ke
zona kurang nyaman dengan siswa tetap nyaman, pembelajaran kuantum di sini
menghendaki: Pertama, guru harus memberikan gambaran keseluruhan pelajaran
yang memungkinkan siswa mengkaitkan dengan pengalaaman masa lalu dan
prediksi masa depan, tumbuhkan kegairahan siswa melalui rasa ingin tahunya.
Kedua, berilah pengenalan pertama pelajaran melalui penggunaan multi sensori
untuk merangsang multi kecerdasan siswa. Ketiga, potonglah informasi ke dalam
segmen-segmen yang mudah dipelajari untuk tiap segmen. Keempat, lakukan
169
pengulangan dalam beberapa variasi untuk proses penguatan dan generalisasi
serta berikan perayaan untuk setiap kesuksesan dalam setiap segmen. Jangan lupa
untuk menerapkan strategi belajar dari kelompok besar ke kelompok kecil dan
diskhiri dengan belajar perorangan. Fasilitas dengan membaca pendengar, berarti
guru membaca keadaan siswa belajar jntuk tetap mempertahankan konsentarsi
belajar dengan minat optimal. Fasilitas mempengaruhi perilaku melalui tindakan
dimaksudkan untuk menangkap perhatian siswa dalam belajar dan mengubah
arahnya ke tugas atau tujuan belajar selanjutnya. Untuk ini beberapa tindakan
verbal maupun nonverbal dapat dilakukan. Fasilitas menciptakan strategi berfikir
bertujuan membantu siswa memudahkan belajar dilakukan dengan cara
memberikan ragam pertanyaan kepada siswa dengan maksud memperoleh respon,
memberi dorongan dan menghargai serta mengakui partisipasi siswa dalam
melatih keterampilan berfikir siswa.
c. Mengorkestrasi keterampilan belajar dan keterampilan hidup
Dalam pembelajaran kuantum, keterampilan belajar dapat membantu
siswa nencapai tujuan belajar dengan efesien dan cepat, dengan tetap
mempertahankan minat belajar, karena belajar dapat berlangsung secara terfokus
tetapi santai. Dalam membantu siswa mengorkestrasi keterampilan belajar,
pembelajaran kuantum menekankan empat strategi berikut: Memanfaatkan gaya
belajar, keadaan prima untuk belajar, mengorganisasikan informasi, dan
memunculkan potensi siswa. Belajar di kelas perlu memanfaatkan gaya belajar
masing-masing siswa, yakni gaya belajar visual, auditorial, kinetik. Untuk
mengetahui gaya belajar masing-masing siswa, guru dapat memberikan tes gaya
belajar. Setelah mengetahui gaya belajar masing-masing, guru dapat
menyesuaikan rancangan pembelajaran dengan gaya belajar tersebut. Gaya belajar
visual akan berhasil dalam belajar jika siswa banyak membuat simbol dan gambar
dalam catatannya. Siswa dengan belajar gaya visual dapat menangkap isi
pelajaran dengan baik melalui membaca cepat secara keseluruhan yang
membantunya mendapatkan gambaran umum. Siswa dengan gaya belajar
auditorial dapat belajar melalui mendengarkan kuliah, contoh-contoh model,
170
ceramah, ceritera dan mengulang informasi. Biasanya siswa belajar auditorial
menyenangi belajar dengan mendengarkan musik Karena itu, mereka harus
dibantu untuk menterjemahkan informasi belajar kedalam bentuk lagu yang sudah
mereka kenal. Siswa kinestetik menyukai proyek terapan, praktek laboratorium,
demonstrasi, simulai dan bermain peran.
Belajar yang optimal adalah belajar dalam keadaan prima. Kondisi prima
ini dapat terjadi ketika ada kesesuaian antar gerak, tubuh, fikiran, dan perasaan
dalan kondisi terfokus dan menyenangkan. Karena itu pembelajaran kuantum
menyarankan strategi SLANT dan keadaan alpha kepada siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran di kelas. Strategi SLANT merupakan singkatan dari Sit Up
In The Chair (duduk tegak di kursi), Lean Forward (condong kedepan), Ask
question (bertanya), Node their hads (menganggupan pelaku), Talk to Their
Teacher (berbicara dengan guru) tubuh tegak agak condong ke depan
mengindikasikan tubuh dalam keadaan semangat belajar, sedangkan unsur ANT
mengindikasikan partisioasi aktif siswa dalam belajar yang dapat memberi simulai
kepada guru untuk lebih bergairah mengajar. Adanya upaya take and give antar
guru dan siswa akan meningkatkan interaksi belajar yang dapat mengubah energi
belajar lebih berbahaya. Belajar di sekolah bukan semata-mata sebagai kegiatan
belajar secara akademik. Siswa perlu mempelajadi keterampilan hidup (life skill),
dan keterampilan sosial (social skills).
LATIHAN
Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini secara jelas dan benar.
1. Azas utama pembelajaran kuantum adalah bawalah dunia mereka ke dunia
kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Bagaimana konsep tersebut
diterapkan pada situasi pembelajaran siswa sekolah dasar.
2. Jelaskan lima prinsip pembelajaran kuantum menurut Boby De Porter.
3. Strategi pembelajaran kuantum dikenal dengan istilah TANDUR, jelaskan
strategi tersebut yang dapat diimplementasikan pada pembelajaran di sekolah
dasar.
171
4. Jelaskan secara ringkas mengenai rancangan model pembelajaran kuantum
yang meliputi aspek pengembangan konteks, konten, dan strategi
pembelajaran.
RAMBU-RAMBU JAWABAN
Untuk menjawab soal latihan secara lengkap, anda dapat mengacu pada uraian
materi pembelajaran kuantum.
1. Pentingnya pemahaman guru terhadap kehidupan siswa, mengaitkan apa yang
akan diajarkan dengan pikiran dan perasaan siswa dalam lingkungan
kesehariannya, setelah itu terbentuk baru kemudian memberikan pemahaman
materi ajar sesuai dengan kemampuan siswa.
2. Lima prinsip pembelajaran kuantum: 1) segalanya berbicara, 2) segalanya
bertujuan, 3) pengalaman sebelum pemberian nama, 4) mengakui setiap usaha,
5) merayakan keberhasilan.
3. TANDUR merupakan strategi pembelajaran kuantum yang meliputi:
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan pada
kondisi pembelajaran di sekolah dasar sesuai dengan tahapan pertumbuhan,
perkembangan, dan kemampuan siswa SD.
4. Rancangan model pembelajaran kuantum yang berkaitan dengan:
1. Konteks meliputi lingkungan, suasana, landasan, rancangan belajar
2. Konten terdiri konsep, prinsip, fakta pada bahan pembelajaran
3. Strategi pembelajaran berhubungan dengan TANDUR tadi.
RANGKUMAN
Pembelajaran kuantum sebagai salah satu model, strategi, dan pendekatan
pembelajaran yang mengkonsentrasikan pada keterampilan guru dalam mengelola
pembelajaran merupakan buah karya dari Bobby DePorter (l999). Konsep, azas,
prinsip, dan strategi dari pembelajaran kuantum merupakan aspek-aspek yang
harus dipahami oleh guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran di
172
sekolah dasar agar konteks dan kontens pembelajaran yang bergairah,
menyenangkan dan mempermudah belajar siswa.
Asas utama pembelajaran kuantum adalah bawalah dunia mereka ke dunia
kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Subjek belajar adalah siswa yang
memiliki modalitas yang harus difasilitasi oleh guru, sehingga guru harus
berupaya terlebih dahulu untuk memahami potensi siswa sebagai subjek belajar.
Prinsip model pembelajaran kuantum terdiri dari: segalanya berbicara, segalanya
bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan
merupakan konsep utama pembelajaran kuantum untuk mewujudkan energi guru
dan siswa dalam percepaan belajar, mempermudah belajar dan mengikis
hambatan belajar tradisional.Mengembangkan strategi pembelajaran kuantum
melalui filosofis TANDUR yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,
Ulangi dan Rayakan sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa, motivasi dan
minat siswa, dan meningkatkan kehalusan perilaku siswa.
Rancangan pembelajaran kuantum yang dapat dikembangkan terdiri dari
tiga bagian meliputi: pengembangan konteks, pebngembangan konten, dan
pengembangan strategi atau pendekatan pembelajaran. Ketiga domain tersebut
secara sinkron menyertakanunsur-unsur asas, prinsip, modalitas dan AMBAK.
Dimensi pengembangan konteks pembelajaran kuantum yaitu suasana belajar
yang menyenangkan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung dan
rancangan belajar yang dinamis. Keempat unsur ini merupakan interaksi kekuatan
yang mendukung kesuksesan belajar yang optimal.
TES FORMATIF I
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat.
1. Tokoh penting yang memprakarsai quantum learning adalah:
a. Georgi Lazanop
b. Gardner
c, DePorter
d. Woolfolk
173
2. Seluruh lingkungan kelas hendaknya dirancang untuk dapat membawa pesan
belajar yang dapat diterima siswa, sesuai dengan prinsip kuantum, kecuali:
a. Segalanya berbicara
b. Segalanya bertujuan
c. Mengakui setiap potensi siswa
d. Merayakan keberhasilan
3. Tujuan pokok pembelajaran kuantum dilaksanakan di Sekolah Dasar, Kecuali:
a. Percepatan belajar
b Meningkatkan partisipasi siswa
c. Hasil belajar yang tinggi
d. Suasana belajar menyenangkan
4. Dalam pembelajaran kuantum merupakan gabungan dari beberapa unsur antara
lain:
a. Keterampilan hidup dengan kemampuan kepercayaan diri
b. Keterampilan akademik, tantangan fisik dan kecakapan hidup
c. Keterampilan pengendalian emosi, keterampilan hidup dan keterampilan
akademik
d. Prestasi atau tantangan fisik, kemampuan dasar dan kemampuan mengarahkan
diri
5. Maksud “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia
mereka” adalah:
a. Mengetahui prestasi belajar siswa
b. Mengetahui terlebih dahulu minat, bakat, dan kemampuan siswa
c. Ketepatan menyajikan materi pelajaran
d. Mengaitkan apa yang diajarkan guru dengan pengalaman belajar siswa
6. Dalam pembelajaran kuantum, guru harus mampu “mengorkestrasi kesuksesan
belajar siswa”, maksudnya adalah:
a. Guru harus bisa menterjemahkan kebutuhan nyata siswa
b. Guru harus dapat menerjemahkan kurikulum ke dalam strategi pembelajaran
c. Guru menyusun sistematika konten pembelajaran
174
d. Guru bisa menciptakan lingkungan pembelajaran
7. Guru meyakini kemampuan diri dan kemampuan siswa, hal tersebut berkaitan
dengan:
a.Suasana belajar yang menggairahkan
b. Landasan yang kukuh
c. Lingkungan yang mendukung
d. Rancangan belajar yang dinamis
8. Kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan menekankan kualitas interaksi
sesuai dengan rancangan pembelajaran, berkaitan dengan model:
a. Mengorkestrasi presentasi prima
b. Mengorkestrasi fasilitas yang elegan
c. Mengorkestrasi keterampilan belajar
d. Mengorkstrasi kesuksesan belajar
9. Strategi SLANT dalam pembelajaran kuantum mengindikasikan, bahwa:
a. Memiliki semangat dan partisipasi aktif belajar
b. Memiliki kemampuan dan kepercayaan diri
c. Stimulai pada guru untuk berhati-hati dalam mengajar
d. Mengikuti apa yang dikehendaki guru dalam pembelajaran
l0. Menerapkan prinsip belajar melalui fasilitas KEG memiliki tujuan:
a. Mengetahui visi pembelajaran dalam bentuk perilaku
b. Mendapatkan umpan balik yang memuaskan siswa
c. Mempertahankan siswa belajar tetap minat yang tinggi
d. Menumbuhkan kegairahan siswa dalam kondisi belajar prima
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokanlah hasil jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif I yang
ada pada bagian belakang modul ini, Hitunglah jawaban anda yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi kegiatan pembelajaran I.
Jumlah Jawaban Anda yang Benar
175
Tingkat Penguasaan = ---------------------------------------- X 100 %
10
Arti Tingkat Penguasaan:
90 % - 100 % = Baik Sekali
80 % - 89 % = Baik
70 % - 79 % = Cukup
- 69 % = Kurang
Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan pembelajaran 2, Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan
anda masih di bawah 80 % anda harus mengulang kegiatan pembelajaran I,
terutama bagian yang belum anda kuasai. Selamat Mencoba.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
INOVASI PEMBELAJARAN KOMPETENSI
PENGANTAR
Ketika siswa datang ke sekolah, maka guru mesti beranggapan bahwa
pengetahuan dalam kepala siswa tidaklah kosong. Mereka dari kebiasaan berbagai
interaksi dengan anggota keluarganya, pergaulan dengan sesama temannya, dan
dengan lingkungan hidupnya serta berbagai sumber bahan ajar seperti tontonan
dari televisi, radio, internet dan banyak pengetahuan dan informasi yang
diperoleh. Berbagai pengetahuan yang ada dalam kepala siswa itulah yang
menjadi modal baginya untuk menerima, menyerap pengetahuan dan informasi
baru yang disampaikan oleh para guru di sekolah. Ini peluang bagi guru untuk
menindaklanjuti potensi yang sudah ada pada diri siswa untuk
mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna, sehingga peranan guru dalam
pembelajaran kompetensi sebagai fasilitator, mediator, dan motivator dapat
dijalankan sesuai dengan kondisi pemebalajaran.
176
A. Pengertian Pembelajaran Kompetensi
Kata kompetensi sebenarnya Anda telah mengenal pada bagian
sebelumnya, disini kompetensi akan berkaitan dengan nuansa pembelajaran, sebab
karakteristik pembelajaran kompetensi akan berbeda dengan karakteristik
pembelajaran lainnya. Kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction yang
banyak dipakai dalam dunia pendidikan di negeri Pamansam sana, yang
menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Dalam pembelajaran
kompetensi, siswa sebagai subjek belajar yang memegang peranan utama,
sehingga dalam setting proses belajar mengajar siswa dituntut kreativitas secara
penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dengan demikian
peranan guru di sini sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas
untuk dipelajari siswa. Terdapat karakteristik penting dari pembelajaran
kompetensi, seperti kegiatan proses belajar mengajar dalam KBK tidak hanya
sekadar menyampaikan materi saja, akan tetapi diselenggarakan untuk
membentuk watak, peradaban, dan mutu kehidupan peserta didik. Pembelajaran
perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi
yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian
kompetensi dan prilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar
sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar (Depdiknas,2002).
Dalam implementasi KBK, pembelajaran tidak dimaksudkan
menghilangkan peranan guru sebagai pengajar, sebab secara konseptual istilah
mengajar juga bermakna membelajarkan siswa. Mengajar belajar dua istilah yang
tidak dapat dipisahkan, mengajar menitikberatkan perbuatan guru yang
menyebabkan siswa belajar. Dengan demikian, dalam istilah mengajar juga
terkandung proses belajar siswa, inilah makna pembelajaran.
Pembelajaran menunjukan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai
akibat perlakuan guru. Proses pembelajaran yang dilakukan siswa tidak mungkin
terjadi tanpa perlakuan guru, yang membedakannya terletak pada peranannya saja.
177
Kompetensi bukanlah merupakan temuan yang baru, akan tetapi istilah
kompetensi sudah lahir sejak pendidikan yang berkembang di lembaga-lembaga
pendidikan. Banya ahli pendidikan yang membahas kompetensi dalam kapasistas
guru dan siswa-siswa, sesuatu hal yang membingungkan sebagian orang bahwa
kompetensi dikaitkan dengan penerapan kurikulum di sekolah-sekolah.
Bagaimana kurikulum berbasis kompetensi? Bagaimana melaksanakannya?
Seperti apa bentuk realnya? Seperti apa bentuk kontennya?. Sementara sebagian
orang yang telah mendapat informasi tentang kompetensi mencoba mentransfer
kepada orang lain dengan mempergunakan petunjuk yang masih samar-samar,
seperti kompetensi suatu mata pelajaran yang disampaikan kepada siswa harus
ada keseimbangan teoritik dan praktek, pola pengajaran diberi porsi
keseimbangan 50% teori dan 50% praktek. Dengan demikian setiap guru yang
memhami pengertian kompetensi secara parsial berusaha menterjemahkan secara
sendiri-sendiri, seperti praktek itu akan dilakukan di laboratorium, sementara
sekolah-sekolah di lingkungan kita mengajar belum memiliki sarana prasarana
yang memadai dan lengkap. Anggapan seperti itu memang ada benarnya, akan
tetapi tidaklah semua materi pelajaran harus praktek di laboratorium di sekolah
yang tersedia, umpamanya mata pelajaran PMP, guru memberikan materi
terhadap siswa dan siswa mampu melaksanakan praktek di laboratorium di
masyarakat, kehidupan bermasyarakat dan kehidupan berbangsa serta bernegara.
Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar yang dapat
dilakukan oleh para siswa pada tahap pengetahuan, keterampilan, dan bersikap.
Kemampuan dasar ini akan dijadikan sebagai landasan melakukan proses
pembelajaran dan penilaian siswa. Kompetensi merupakan target, sasaran, standar
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Benyamin S. Bloom (l964) dan Gagne
(l979) dalam teori-teorinya yang terkenal itu, bahwa menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa penekanannya adalah tercapai sasaran atau tujuan
pembelajaran (instruksional). Cakupan materi yang terkandung pada setiap
kawasan kompetensi memang cukup luas seperti pada kawasan taksonomi dari
Bloom, Krathwool, dan Simpson.
178
Standar kompetensi diuraikan menjadi beberapa kemampuan dasar yang
cakupannya lebih sempit. Setiap standar kompetensi diuraikan menjadi tiga
sampai enam kemampuan dasar yang diurai lagi menjadi beberapa materi
pembelajaran, setiap materi pelajaran ditetapkan sekurang-kurangnya satu
indikator yang memiliki cakupan kemampuannya lebih sempit.lagi. Setiap
kemampuan dapat dijabarkan menjadi dua sampai lima indikator. Standar
kompetensi ini merupakan kecakapan belajar untuk sepanjang hidup (long life
education) sebagai akumulasi kemampuan seseorang yang telah memiliki
kompetensi dasar yang dirumuskan dalam setiap mata pelajaran. Kemampuan
dasar ini merupakan bekal yang diharapkan untuk dapat mengembangkan minat,
bakat, dan potensi yang dimiliki seorang siswa.
Pembelajaran kompetensi memiliki sembilan kompetensi yang bersifat
strategis (Martinis Yamin, 2005), sebagai berikut:
a. Menyadari bahwa setiap orang merupakan mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan
memiliki keyakinan sesuai dengan agama yang dianutnya.
b. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan
mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan
orang lain.
c. Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep numerik dan spesial,
serta mampu mencari dan menyusun pola, struktur dan hubungan.
d. Menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan, ditemukan dan
diperoleh dari berbagai sumber dalam kehidupan serta mampu menilai
kebermanfaatan.
e. Memahami dan menghargai dunia fisik, mahluk hidup dan teknologi, dan
menggunakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai untuk mengambil
keputusan yang tepat.
f. Memahami kontek budaya geografi, sejarah, dan memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan, serta
berinteraksi dan berkontribusi dalam masyarakat dan budaya global.
179
g. Berpartisipasi dalam kegiatan kreatif dan lingkungan untuk saling menghargai
karya artistik, budaya, dan intelektual serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk
meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab.
h. Menunjukkan kemampuan berfikir konsekuen, berfikir literal, berfikir kritis,
memperhitungkan peluang dan potensi, serta siap untuk menghadapi berbagai
kemungkinan.
i. Menunjukkan motivasi dan percaya diridalam belajar, mampu bekerja
mandiri, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
Penyusunan materi pembelajaran kompetensi mencakup tiga komponen utama
yang harus dikuasai siswa, yaitu: Kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator.
a. Kompetensi dasar atau kemampuan dasar merupakan tujuan pembelajaran dari
materi yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan taksonomi Bloom
menggunakan kata-kata operasional yang bersifat umum yang disesuaikan
dengan tingkat kemampuan dasar mulai tingkat pengetahuan rendah,
menengah dan tinggi seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Tiap kemampuan dasar dapat dijabarkan menjadi dua
sampai lima indikator.
Peta Kemampuan Berdasarkan Tingkat Kognitif (Bloom, dlm
Martinis Yamin, 2005)
b. Materi pokok adalah materi pelajaran yang disajikan kepada siswa berupa
penjabaran sub pokok bahasan dari awal semester sampai akhir semester
secara terstruktur, hal ini dapat kita lihat pada silabus masing-masing mata
pelajaran, yang dikembangkan oleh masing-masing guru bidang studi.
c. Indikator dikembangkan dari kemampuan dasar sesuai dengan materi
pembelajaran yang ditetapkan, menggunakan kata kerja operasional khusus
Pengetah
uan
Pemaha
man
Penerapan Analisisa Pengetahu
an
Pengetahu
an
180
yang disesuaikan dengan tingkat berfikir siswa. Setiap indikator harus dapat
dibuatkan soal sebanyak tiga sampai lima butir. Kriteria indikator yang
memenuhi syarat adalah:
1) memuat ciri-ciri tujuan yang hendak diukur.
2) memuat suatu kata kerja operasional yang dapat diukur
3) berkaitan erat dengan materi yang diajarkan
4) dapat dibuatkan soalnya tiga sampai lima butir setiap indikator.
Kemampuan dasar, materi pokok, dan indikator yang dicantumkan dalam
kompetensi standar merupakan bahan minimal yang harus dikuasai siswa. Oleh
karena itu guru dapat mengembangkan, menggabungkan dan menyesuaikan bahan
yang disajikan dengan situasi dan kondisi setempat.
Kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran mencakup beberapa aspek,
seperti mata pelajaran bahasa Indonesia. Aspek-aspek tersebut sebaiknya
mendapat porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu, demikian juga
mata pelajaran yang lain jika dapat dibagikan kepada beberapa aspek, namun
demikian tidak semua materi pelajaran dapat dibagikan kepada beberapa aspek.
B. Prinsip Pembelajaran Kompetensi
Mengajar atau membelajarkan siswa bukan pekerjaan sampingan, tetapi
membutuhkan keahlian, kesungguhan, pengetahuan, keterampilan dan seni.
Membelajar siswa bersifat unik sebab siswa itu individu manusia yang memiliki
karakteristik yang kompleks. Setiap siswa memiliki potensi dan kecakapan
berfikir dan keterampilan yang berbeda, semua itu membentuk kepribadian yang
khas dan unik, berbeda antara yang satu dengan lainnya. Seorang guru dihadapkan
kepada situasi keragaman karakteristik siswa. Secara psikologis tidak ada individu
yang sama, yang ada adalah aneka ragam individu. Oleh karena itu, mengajar
merupakan ilmu dan seni sebab ilmu mengajar saja itu tidak cukup diperlukan
juga seni mengajar. Seni mengajar merupakan kreativitas guru menemukan
pendekatan atau model mengajar yang memungkinkan setiap siswa
mengembangkan potensi, kecakapan dan karakteristiknya secara optimal.
181
Prinsip pembelajaran merupakan hal-hal yang mendasari dan menjadi
sebab-sebab terjadinya belajar. Dengan perkataan lain apabila suatu prinsip tidak
nampak dalam kegiatan pembelajaran, maka proses belajar itu tidak akan terjadi
secara efektif dan berhasil sesuai dengan harapan. Efektivitas belajar berkaitan
dengan suasana belajar yang menyenangkan seperti ciptakan kondisi terbaik untuk
belajar, bentuk presentasi yang melibatkan seluruh indera, berfikir kreatif dan
kritis untuk membantu proses internalisasi dan beri rangsangan dalam mengakses
materi pelajaran (Gordon and Vos, 2000).
Ada beberapa prinsip penting dalam pembelajaran kompetensi, antara lain:
1. Proses pembelajaran kompetensi membentuk kreasi lingkungan yang dapat
membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengaturan
lingkungan dimaksudkan untuk menyediakan pengalaman belajar yang
memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta. Struktur kognitif akan
tumbuh dan berkembang manakala siswa memiliki pengalaman belajar. Oleh
karena itu dalam pembelajaran kompetensi menuntut aktivitas siswa secara
penuh untuk mencari dan menemukan sendiri.
2. Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari, ada tipe
pengetahuan fisis, sosial dan logika (Bruce Weil, l980). Pengetahuan fisis
adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau kejadian seperti
bentuk, besar, kecil, serta bagaimana objek itu berinteraksi satu dengan yang
lainnya. Pengetahuan fisis diperoleh melalui pengalaman indera secara
langsung. Misalkan anak memegang logam yang bersifat keras dan memegang
kain sutra yang bersifat halus. Pengetahuan sosial berhubungan dengan
perilaku individu dalam suatu sistem sosial atau hubungan antar manusia yang
dapat mempengaruhi interaksi sosial, contohnya pengetahuan tentang aturan,
hukum, moral, nilai, bahasa dan lain sebagainya. Pengetahuan logika
berhubungan dengan berfikir matematis yaitu pengetahuan yang dibentuk
berdasarkan pengalaman dengan suatu objek dan kejadian tertentu.
Pengetahuan logis hanya akan berkembang manakala anak berhubungan dan
bertindak dengan suatu objek walaupun objek yang dipelajarinya tidak
182
memberikan informasi. Pengetahuan itu dibentuk oleh pikiran individu
sendiri, sedangkan objek yang dipelajarinya bertindak hanya sebagai media
saja. Misalkan pengetahuan tentang bilangan, anak dapat bermain dengan
himpunan kelereng, dalam hal ini anak tidak mempelajari kelereng sebagai
sumber pengetahuan, tetapi kelereng merupakan alat untuk memahami
bilangan matematis.
3. Pembelajaran dalam konteks kompetensi harus melibatkan peran lingkungan
sosial. Anak akan lebih baik mempelajari pengetahuan logika dan sosial dari
temannya sendiri. Melalui pergaulan dan hubungan sosial anak akan belajar
lebih baik dibandingkan dengan belajar yang menjauhkan dari hubungan
sosial. Oleh karena itu, melalui hubungan sosial itulah anak berinteraksi dan
berkomunikasi, berbagi pengalaman memungkinkan mereka terus
berkembang secara wajar.
4. Pembelajaran melalui KBK diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap
tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui
sejumlah kompetensi yang harus dimiliki yang meliputi kompetensi akademik,
kompetensi okupasional, kompetensi kultural, dan kompetensi temporal. Itu
sebabnya makna pembelajaran KBK bukan hanya mendorong anak agar
mampu menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana agar
anak itu memiliki sejumlah kompetensi untuk mampu menghadapi rintangan
yang muncul sesuai dengan perubahan pola kehidupan masyarakat (Sanjaya,
2005).
Adapun beberapa prinsip pembelajaran yang dikembangkan dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi dalam rangka menunjang hasil belajar yang efektif dan
efesien, menurut Puskur (Balibang Depdiknas, 2002) rambu-rambunya sebagai
berikut:
1. Kesempatan untuk belajar, kegiatan pembelajaran perlu menjamin
pengalaman siswa untuk secara langsung mengamati dan mengalami proses,
produk, keterampilan dan nilai yang diharapkan.
183
2. Pengetahuan awal siswa, kegiatan pembelajaran perlu mengaitkan pengalaman
belajar yang dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa serta disesuaikan
dengan keterampilan dan nilai yang dimiliki siswa sambil memperluas dan
menunjukkan keterbukaan cara pandang dan cara tindak sehari-hari.
3. Refleksi, kegiatan mengajar perlu menyediakanpengalaman belajar yang
bermakna yang mampu mendorong tindakan dan renungan (refleksi) pada
setiap siswa.
4. Memotivasi, kegiatan pembelajaran harus mampu menyediakan pengalaman
belajar yang memberi motivasi dan kejelasan tujuan.
5. Keragaman individu, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman
pembelajaran yang mampu membedakan kemampuan individu yang satu
dengan yang lain sehingga variasi metode mengajar mutlak diperlukan.
6. Kemandirian dan kerjasama, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan
pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk belajar mandiri maupun
melakukan kerjasama.
7. Suasana yang mendukung, sekolah dan kelas perlu diatur lebih aman dan lebih
kondusif untuk menciptakan situasi agar siswa belajar secara efektif.
8. Belajar untuk kebersamaan, kegiatan pembelajaran menyediakan pengalaman
belajar yang mendorong siswa untuk memiliki simpati, empati, dan toleransi
bagi orang lain.
9. Siswa sebagai pembangun gagasan, kegiatan pembelajaran menyediakan
pengalaman belajar yang mengakomodasikan pandangan bahwa pembangunan
gagasan adalah siswa, sedangkan guru hanya sebagai menyediakan kondisi
supaya peristiwa belajar tetap berlangsung.
10. Rasa ingin tahu, kreativitas dan ketuhanan, kegiatan pembelajaran
menyediakan pengalaman belajar yang memupuk rasa ingin tahu, mendorong
kreativitas, dan selalu mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
11. Menyenangkan, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman
belajar yang menyenangkan siswa, seperti pembelajaran kuantum.
184
12. Interaksi dan komunikasi, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan
pengalaman belajar yang meyakinkan siswa terlibat secara aktif baik mental,
fisik maupun sosial.
13. Belajar cara belajar, kegiatan pembelajaran kompetensi memerlukan
pengalaman belajar yang memuat keterampilan belajar, sehingga siswa
menjadi terampil belajar bagaimana cara belajar.
Pembelajaran kompetensi dapat terlaksana secara optimal, dalam arti
mencapai sasaran kompetensi standar dalam implementasi dan pengembangan
jika memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Prinsipprinsip
pembelajaran kompetensi menurut Sukmadinata (2004) harus
memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Agar setiap siswa dapat menguasai kompetensi standar perlu disediakan waktu
yang cukup dengan program pembelajaran yang berkualitas.
2. Setiap siswa memiliki kemampuan untuk menguasai kompetensi yang dituntut,
tanpa memperhatikan latar belakang pendidikan dan pengalaman mereka.
Dengan penyelenggaraan program pembelajaran yang baik dan waktu yang
cukup maka setiap siswa dapat mencapai hasil yang ditargetkan.
3. Perbedaan individual dalam penguasaan kompetensi diantara siswa, bukan saja
disebabkan karena faktor-faktor diri siswa tetapi karena ada kelemahan dalam
lingkungan pembelajaran.
4. Setiap siswa mendapatkan peluang yang sama untuk memiliki kemampuan
yang diharapkan, asal disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing.
Setiap siswa dapat menguasai kompetensi yang diharapkan asalkan rancangan
dan pelaksanaan program pembelajaran sedekat mungkin diarahkan pada
pencapaian sasaran pembelajaran.
5. Apa yang paling berharga dalam pembelajaran adalah berharga dalam belajar.
Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan agar para siswa terjadi belajar
secara optimal. Jika ada siswa yang gagal dalam belajar disebabkan kesalahan
rencana dan pelaksana pendidikan, perlu dicari penyebab dan terus
disempurnakan.
185
C. Karakteristik Pembelajaran Kompetensi
Proses pembelajaran kompetensi merupakan kegiatan interaksi antar dua
unsur manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak
yang mengajar dengan siswa sebagai subjek pokok. Proses tersebut dalam
pembelajaran kompetensi memiliki karakteristik khusus, yaitu:
1. Proses pembelajaran memiliki tujuan yaitu membantu anak didik dalam suatu
perkembangan tertentu.
2. Adanya suatu prosedur yang direncanakan, dirancang sedemikian rupa untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Adanya kegiatan penggarapan materi tertentu secara khusus, sehingga dapat
mencapai tujuan.
4. Adanya aktivitas siswa sebagai syarat mutlak bagi berlangsungnya proses
pembelajaran.
5. Guru berperan sebagai pembimbing yang berusaha menghidupkan dan
memberikn motivasi belajar kepada siswa dalam proses interkasi yang
kondusif.
6. Membutuhkan adanya komitmen terhadap kedisiplinan sebagai pola tingkah
laku yang diatur menurut ketentuan yang ditaati oleh semua pihak.
7. Adanya batasan waktu, untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan.
Sedangkan Sukmadinata (2004), menjelaskan tentang karakteristik
pembelajaran berbasis kompetensi sebagai berikut:
1. Isi program didasarkan pada kecakapan atau keterampilan yang dibutuhkan
untuk memecahkan suatu masalah atau mengerjakan suatu pekerjaan.
2. Tujuan pembelajaran ditulis untuk setiap rumusan kompetensi.
3. Pengukuran kecakapan atau keterampilan didasarkan atas kemampuan yang
diperlihatkan.
4. Performansi siswa diukur dengan menggunakan acuan patokan.
5. Record lengkap kompetensi-kompetensi yang dikuasai dibuat untuk setiap
siswa.
186
6. Bahan pembelajaran berupa modul, handout, buku kerja, dan program
pembelajaran menggunakan media cetak atau program komputer dan media
lain yang disediakan bagi setiap peserta didik.
7. Waktu belajar cukup fleksibel, tiap peserta dapat menyesuaikan kecepatan
belajarnya dengan kemampuan masing-masing.
8. Kegiatan belajar memanfaatkan umpan balik.
Karakteristik pembelajaran kompetensi dengan bukan kompetensi dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Karakteristik Pembelajaran Kompetensi Pembelajaran Bukan Kompetensi
Apa yang
dipelajari
Kompetensi yang menunjukkan
sasaran-sasaran belajar yang sudah
dirumuskan secara spesifik, yang
memenuhi standar sesuai dengan
tuntutan lapangan
Bahan ajar berupa materi
pengetahuan, konsep, prinsip,
prosedur yang dimuat dalam buku,
handout atau silabus
Proses
pembelajaran
Program pembelajaran yang disusun
secara seksama, berpusat pada
siswa, memuat pengalaman belajar,
media dan bahan yang diarahkan
pada penguasaan kompetensi.
Program pembelajaran dirancang
untuk melayani kebutuhan, minat
dan kemampuan peserta didik.
Umpan balik digunakan untuk
memberikan perbaikan belajar
Menggunakan pendekatan dan
metode pembelajaran yang bersifat
ekspositori seperti ceramah, diskusi
dan demonstrasi. Anak didik kurang
dapat mengatur caea dan kecepatan
belajar sendiri. Umpan balikpun
jarang diberikan.
Waktu Belajar Disediakan waktu yang cukup untuk
menguasai kompetensi, sebelum
pindah mempelajari kompetensi
berikutnya.
Sekelompok siswa dalam periode
waktu yang sama mempelajari unit /
topik pembelajaran tertentu.
Kelompok tersebut dapat pindah ke
unit/topik berikut setelah waktu
187
yang disediakan habis.
Kemajuan
Individu
Tiap siswa dituntut menguasai setiap
formasi atau tugas sesuai dengan
standar lapangan, sebelum dapat
menyicil untuk menyelesaikan
fermansi/tugas tersebut.
Penguasaan didasarkan atas hasil
ujian tertulis, tingkat penguasaan
menggunakan acuan norma. Peserta
diperbolehkan pindah ke bahan
berikutnya walaupun tingkat
penguasaannya masih minimal.
Makna
pembelajaran
Mempersiapkan anak didik memiliki
daya antisipasi dan aklimasi dalam
menghadapi kehidupan yang penuh
tantangan, persaingan, dan
kompleksitas di era globalisasi.
Mempersiapkan anak didik agar
memiliki kecerdasan, sikap dan
kepatuhan dapat menyelesaikan
tugas dan pekerjaan dan hidup
berkelayakan
D. Pengelolaan Pembelajaran Kompetensi
Berkenaan dengan kemampuan guru untuk mengelola berbagai komponen
pembelajaran sehingga mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif
dan efesien, maka dalam pengelolaan pembelajaran kompetensi ada beberapa hal
yang perlu diperhatiakan diantaranya: aspek-aspek pengelolaan pembelajaran,
sarana dan sumber belajar serta pendekatan pembelajaran.
1. Aspek-aspek pengelolaan pembelajaran kompetensi
Secara garis besar aspek-aspek yang perlu diperhatikan guru dalam
merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran meliputi: pengelolaan ruang
belajar, pengelolaan siswa dan pengelolaan kegiatan (Puskur Balitbang
Depdiknas, 2002).
a. Pengelolaan ruang belajar (kelas)
Ruang belajar merupakan temapat berlangsungnya kegiatan pembelajaran
berbentuk ruang kelas. Selama berjam-jam siswa berada di ruang kelas, selama itu
pula terjadi interaksi guru dan siswa. Ruang tersebut harus ditata sedemikian rupa
sehingga secara layak dapat melangsungkan kegiatan pembelajaran. Oleh karena
188
itu suasana dan penataan ruang belajar tersebut, hendaknya memperhatikan
kondisi berikut:
1) Aksesibilitas, yakni siswa maupun guru mudah menjangkau alat dan sumber
belajar
2) Mobilitas, yakni siswa dan guru mudah bergerak dari satu tempat ke tempat
lain
3) Interaksi, yakni memudahkan terjadinya interaksi antara guru-siswa dan siswasiswa
4) Variasi kerja siswa, yaitu memungkinkan siswa bekerja secara
perorangan/kelompok
b. Pengelolaan siswa
Siswa dalam suatu kelompok kelas biasanya memiliki kemampuan yang
beragam, terutama dalam menerima sejumlah pengalaman belajar termasuk di
dalamnya materi yang harus dikuasai, karena itu guru hendaknya memahami
tentang karakteristik siswa dalam kemampuan belajar. Bobbi DePorter (2001:117)
mengelompokan karakteristik modalitas belajar siswa ke dalam tiga karakter,
yakni pelajar visual (menggunakan penglihatan mata), auditorial (belajar melalui
pendengaran), dan kinestetik (belajar bergerak, bekerja dan menyentuh).
c. Pengelolaan kegiatan pembelajaran kompetensi
Kegiatan belajar siswa perlu dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan tingkatan kemampuannya. Seorang guru dituntut untuk menciptakan
berbagai bentuk kegiatan pembelajaran, sehingga siswa secara optimal
mengembangkan kemampuan dirinya dengan berbagai pengalaman belajar.
Berkenaan dengan optimalisasi kemampuan belajar seseorang, Sheal, Peter (l989)
dalam Puskur Balibang Depdiknas (2002) menggambarkan kualifikasi
kemampuan belajar, yaitu baca (10%), mendengar (20%), melihat (30%), melihat
dan mendengar (50%), mengatakan (70%), mengatakan dan melakukan (90%).
d. Pendekatan kegiatan pembelajaran kompetensi
189
Pendekatan merupakan langkah-langkah pembelajaran yang dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien, paling tidak
melingkup empat aspek:
1) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi serta kualifikasi perubahan
perilaku yang diharapkan. Hal ini tentu mengacu pada standar kompetensi
maupun pada kompetensi lainnya yang selanjutnya dijabarkan pada sejumlah
kemampuan dasar siswa untuk menguasai suatu kompetensi yang dimiliki
siswa.
2) Memilih cara pendekatan pembelajaran yang tepat untuk mencapai standar
kompetensi dengan memperhatikan karakteristik siswa sebagai subjek belajar,
termasuk dalam kegiatan ini memahami tentang modalitas dan gaya belajar
siswa secara individual siswa.
3) Memilih dan menetapkan sejumlah prosedur, metode, dan tenik kegiatan
pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan pengalaman belajar yang mesti
ditempuh siswa.
4) Menetapkan norma atau kriteria keberhasilan, sehingga dapat menjadi pedoman
dalam kegiatan pembelajaran, terutama menilai kemampuan suatu jenis
konpetensi tertentu.
e. Sarana dan sumber belajar
Sarana merupakan fasilitas yang mempengaruhi secara langsung terhadap
keberhasilan siswa dalam kegiatan mencapai tujuan pembelajaran. Sarana yang
paling membantu adalah sarana berupa media atau alat peraga. Dalam
pembelajaran kompetensi mestinya guru menggunakan berbagai jenis media
pembelajaran disesuaikan dengan pengalaman belajar yang akan ditempuh siswa,
sehingga berfungsi dapat memperjelas konsep yang sedang dipelajari.
Berkenaan dengan sumber belajar harus disesuaikan dengan materi dan
tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sumber belajar utama yang dapat dipilih
seperti buku, brosur, majalah, surat kabar, poster, lembar informasi dan
lingkungan sekitar. Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan menjadi:
tiga bagian yaitu lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan budaya.
190
Keberadaan sarana dan sumber belajar harus benar-benar dimanfaatkan untuk
menunjang penguasaan terhadap suatu kompetensi yang dapat dikembangkan dan
dikuasai oleh siswa.
f. Model pendekatan pembelajaran kompetensi
Proses pembelajaran berbasis kompetensi merupakan program
pembelajaran yang dirancang untuk menggali potensi dan pengalaman belajar
siswa agar mampu memenuhi pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
Materi yang diplih haruslah dapat memberikan kecakapan untuk memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan,
sikap dan keterampilan , sehingga siswa terhidar dari materi yang tidak
menunjang pencapaian kompetensi.
Depdiknas (2002) menawarkan kepada sekolah untuk melakukan beberapa
model pembelajaran kompetensi yaitu model pembelajaran tematik dan
pembelajaran bermakna. Pendekatan tematik lebih sesuai untuk siswa sekolah
dasar kelas rendah dan pembelajaran bermakna dapat digunakan untuk siswa
sekolah dasar kelas tinggi.
1) Pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari
aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Adapun
langkah-langkah pembelajaran tematik adalah: pelajari kompetensi dasar pada
kelas dan semester yang sama setiap mata pelajaran, pilihlah tema yang dapat
mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester,
buatlah matrik hubungan kompetensi dasar dengan tema sehingga penyusunan
kompetensi dasar pada sebuah mata pelajaran cocok dengan tema yang diusung,
terakhir buatlah pemetaan pembelajaran tematik untuk melihat kaitan antara tema
dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
191
Pemetaan Pembelajaran Tematik
2) Pembelajaran bermakna
Pembelajaran yang bermakna merupakan kegiatan pembelajaran yang
menitikberatkan pada kegunaan pengalaman belajar bagi kehidupan nyata siswa.
Dalam hal ini guru dituntut mampu meyakinkan secara realistik tentang suatu
pengalaman belajar dengan menekankan pada siswa belajar secara aktif dan dapat
memotivasi siswa belajar yang lebih konsentrasi. Beberapa tahapan yang
ditawarkan pada pembelajaran bermakna (Puskur Balitbang Depdiknas, 2002)
sebagai berikut:
a) Apersepsi
BINTANG
KEJORA
BAHASA INDONESIA
* Ceritra ttg bintang
PPKN
* Ciptaan TYME
MATEMATIKA
*Bilangan 1-20
KTK
Mewarnai
gambar bintang
192
Mengawali pembelajaran, guru biasanya memperhatikan dan melakukan
hal-hal berikut: pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami
siswa, motivasi siswa ditumbuhkan, dan siswa didorong agar tertarik untuk
mengetahui hal-hal yang baru.
b) Eksplorasi
Pengembangan sejumlah pengalaman belajar hendaknya memperhatikan:
keterampilan yang baru diperkenalkan, kaitkan materi/pengalaman belajar dengan
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, dan pilihlah metodologi yang tepat
dalam meningkatkan penerimaan siswa akan pengalaman baru yang disajikan.
c) Konsolidasi pembelajaran
Pemantapan pengalaman belajar siswa dapat dilakukan dengan cara:
melibatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan memahami pengalaman atau
materi baru, melibatkan siswa secara aktif dalam pemecahan masalah,
menekankan pada kaitan antara materi pengalaman baru dengan berbagai aspek
kegiatan dan kehidupan di dalam lingkungan dan pilih metodologi yang tepat
sehingga pengalaman baru dapat terproses menjadi bagian dari kehidupan siswa
sehari-hari.
d) Pembentukan sikap dan perilaku
Proses internalisasi suatu pengalaman baru dapat dilakukan dengan:
mendorong siswa menerapkan konsep atau pengertian baru yang dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari, membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan
siswa sehari-hari berdasarkan pengalaman belajarnya, pilih metodologi yang tepat
agar terjadi perubahan pada sikap dan perilaku siswa menuju perubahan yang
lebih baik.
e) Penilaian formatif
Untuk menentukan efektivitas serta keberhasilan proses pembelajaran
dapat dilakukan hal-hal berikut: kembangkan cara-cara menilai hasil pembelajaran
siswa secara variatif, gunakan hasil penilaian tersebut untuk dapat melihat
kelemahan atau kekurangan dan maslah-masalah yang dihadapi baik oleh siswa
193
maupun oleh guru, dan pilih metodologi penilaian yang paling tepat dan sesuai
dengan tujuan yang mesti dicapai.
Tahapan pembelajaran bermakna dalam pembelajaran kompetensi
diilustrasikan dalam bagan sebagai berikut:
LATIHAN
Setelah Anda, mempelajari materi dalam BBM ini, untuk lebih memantapkan dan
mempertajam pemahaman materi tersebut, anda agar mencoba melaksanakan
tugas-tugas sebagai berikut:
1. Coba anda diskusikan dengan teman anda, kemudian anda jelaskan dengan
singkat suatu alasan, mengapa pembelajaran berbasis kompetensi harus
diberikan kepada siswa sebagai bagian terpenting menghadapi tantangan masa
depan!
2. Bersama dengan teman anda, coba diskusikan tentang pengertian kompetensi,
pembelajaran kompetensi dan kurikulum berbasis kompetensi!
3. Kemukakan, sekurang-kurangnya lima prinsip pembelajaran kompetensi yang
dapat diuraikan bersama dengan teman tadi!
4. Diskusikan kemudian jelaskan dengan teman anda, mengenai tiga karakteristik
pembelajaran kompetensi yang berbeda dengan bukan pembelajaran
kompetensi!
PEMANASAN DAN APERSEPSI
Tanya jawab tentang pengetahuan dan
pengalaman
EKSPLORASI
Mencari Informasi Baru
KONSOLIDASI PEMBELAJARAN
Negoisasi dalam pencapaian Peng baru
PEMBENTUKAN SIKAP & PERILAKU
Penget menjadi nilai, sikap, dan perilaku
194
5. Diskusikan dengan anda bagaimana menyusun langkah-langkah pembelajaran
kompetensi melalui metode pembelajaran tema sesuai dengan mata pelajaran
yang dilakukan di Sekolah Dasar.
RAMBU-RAMBU JAWABAN LATIHAN
1. Pembelajaran kompetensi berisikan sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang menyatu dalam bentuk sebuah kepribadian sikap seorang individu,
dimana bertujuan tidak hanya kemampuan hasil pembelajaran tetapi bekal
untuk kehidupan tantangan dimasa mendatang.
2. Kompetensi merupakan kemampuan dasar yang dimiliki seseorang pada aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembelajaran kompetensi bagaimana
menanamkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dari setiap materi pelajaran
sesuai dengan kebutuhan sehari-hari anak didik di masyarakat. Kurikulum
Berbasis Kompetensi bagaimana merencanakan, melaksanakan, dan menilai
hasil belajar siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan di era persaingan yang semakin meningkat di masa
mendatang.
3. Prinsip kesempatan untuk belajar, memahami kemampuan awal siswa,
kemandirian dan kerjasama dalam belajar, memupuk rasa ingin tahu, kondisi
yang nyaman dan menyenangkan, serta menghormati keragaman individu.
4. Pada pembelajaran kompetensi sasaran belajar telah dirumuskan secara
spesifik, berpusat pada anak didik, dan siswa dituntut menguasai setiap
performansi sesuai standar lapangan. Pada pembelajaran bukan kompetensi
bahan ajar dimuat di silabus, pembelajaran bersifat ekspositori/demostrasi, dan
penguasaan didasarkan pada hasil ujian dengan menggunakan acuan norma.
5. Langkah-langkah pembelajaran tematik meliputi: mempelari kompetensi dasar
pada kelas dan semester yang sama setiap mata pelajaran, memilih tema yang
dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi, dan membuat matrik hubungan
kompetensi dasar dengan tema, serta membuat pemetaan pembelajaran
tematik untuk melihat kaitan antara tema dengan kompetensi dasar setiap mata
pelajaran.
195
RANGKUMAN
Pembelajaran kompetensi menunjukan pada usaha siswa mempelajari bahan
pelajaran sebagai akibat perlakuan guru dalam mengelola pembelajaran yang
menekankan pada kemampuan dasar yang dilakukan siswa pada tahap
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pembelajaran kompetensi menekankan
pencapaian standar kompetensi yang diurai menjadi kemampuan dasar yang diurai
menjadi beberapa materi pelajaran yang cakupannya beberapa indikator. Prinsipprinsip
pembelajaran kompetensi bertitik tolak pada pengelolaan kegiatan
pembelajaran yang dapat memberikan suatu kondisi dapat terjadi proses belajar
pada siswa dengan melibatkan berbagai aspek yang mempengaruhinya baik yang
terdapat dalam diri siswa maupun sesuatu yang berada pada lingkungan sekitarnya
serta peranan guru.
Pembelajaran kompetensi memilki karakteristik khusus yang berbeda dengan
pembelajaran lainnya, seperti apa yang dipelajari siswa, bagaimana proses
pembelajaran, waktu belajar, dan kemajuan belajar siswa secara individual. Untuk
pengelolaan kegiatan pembelajaran kompetensi harus dipertimbangkan
pengelolaan ruangan kelas, pengelolaan siswa, pengelolaan pembelajaran, strategi
kegiatan belajar mengajar, sarana dan sumber belajar. Pendekatan pembelajaran
kuantum dapat dilakukan melalui pembelajaran bermakna dan tematik. Kedua
pendekatan ini dapat dikembangkan dengan tetap menyesuaikan terhadap
tingkatan kematangan belajar anak.
TES FORMATIF 2
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat
1. Kemampuan dasar pengetahuan tingkat tinggi adalah:
a. Pengetahuan dan pemahaman
b. Penerapan dan analisis
c. Sintesis dan evaluasi
d. Analisis dan sintesis
2. Kriteria indikator yang baik dari kemampuan dasar adalah:
a. Memusatkan ciri-ciri tujuan yang hendak diukur
196
b. Penjabaran dari materi yang akan diajarkan
c. Uraian dari kemampuan dasar
d. Berisikan kata kerja yang dapat terukur
3. Program pembelajaran kompetensi menekankan pada proses pembelajaran yang
memiliki ciri, yaitu:
a. Menggunakan variasi motode pembelajaran
b. Mengutamakan pengalaman belajar siswa
c. Menggunakan pendekatan yang bersifat ekspositori
d. Umpan balik diberikan atas permintaan siswa
4. Performansi siswa atau penguasaan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
kompetensi
a. Menggunakan acuan norma
b. Menggunakann acuan patokan
c. Menggunakan acuan campuran
d. Cukup lembaran observasinilai
5. Ruang belajar yang memungkinkan siswa maupun guru mudah menjangkau
alat dan sumber belajar adalah:
a. Kondisi mobilitas
b. Kondisi variasi kerja
c. Kondisi aksesibilitas
d. Kondisi interaksi
6. Strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa:
a. Pembelajaran bermakna
b. Pembelajaran kontekstual
c. Pembelajaran akselerasi
d. Pembelajaran tematik
7. Kegiatan pembelajaran yang menitikberatkan pada kegunaan pengalaman
belajar bagi kehidupan nyata siswa adalah:
a. Pembelajaran terpadu
197
b. Pembelajaran kooperatif
c. Pembelajaran bermakna
d. Pembelajaran kompetensi
8. Pada pembelajaran yang bermakna setelah tahapan apersepsi, maka tahapan
berikutnya adalah:
a. konsolidasi pembelajaran
b. Tahapan eksplorasi
c. Tahapan pembentukan sikap dan perilaku
d. Penilaian formatif
9. Untuk pembelajaran kompetensi terutama bidang kejuruan, pendekatan dan
metode pembelajaran yang tepat digunakan, kecuali adalah:
a. Pembelajaran kooperatif
b. Pembelajaran praktik
c Pembelajaran ekspositori
d. Pembelajaran simulasi
l0. Perbedaan pembelajaran kompetensi dengan bukan pembelajaran kompetensi
yang paling utama, kecuali pada:
a. Tujuan pembelajaran
b. proses pembelajaran
c. waktu belajar
d. kemampuan guru
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokanlah hasil jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif I yang
ada pada bagian belakang modul ini, Hitunglah jawaban anda yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi kegiatan pembelajaran I.
Jumlah Jawaban Anda yang Benar
Tingkat Penguasaan = ---------------------------------------- X 100 %
198
10
Arti Tingkat Penguasaan:
90 % - 100 % = Baik Sekali
80 % - 89 % = Baik
70 % - 79 % = Cukup
- 69 % = Kurang
Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan pembelajaran 2, Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan
anda masih di bawah 80 % anda harus mengulang kegiatan pembelajaran I,
terutama bagian yang belum anda kuasai. Selamat Mencoba.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
INOVASI PEMBELAJARAN KONSTEKTUAL
PENGANTAR
Pendekatan yang menonjolkan keaktifan siswa dalam melakukan sesuatu, akan
memberikan pengalaman belajar yang berharga dan bernuansa lain kepada siswa.
Pernah anda melakukan kegiatan bersama siswa yang seolah siswa terbenam dan
larut rasa keinginantahuan yang lebih jauh. Belajar untuk tahu dan belajar untuk
berbuat telah membuat siswa anda duduk pada tempat yang tepat, setidaknya
mereka menjalani belajar untuk menambah pengetahuan dan informasi keotaknya.
Mereka melakukan praktek dilanjutkan belajar menjadi. Masih ingat Andreas
Harefa yang menuliskan, “Di antara teori dan praktik terdapat jembatan yang
justru amat penting untuk memanusiakan diri seseorang, yakni ia harus belajar
menjadi”. Sesungguhnya inilah inti dari seluruh pembelajaran apapun model atau
strateginya dalam dunia pendidikan. Salah satu inovasi pembelajaran konstektual
akan membicarakan bagaimana siswa menjadi seseorang yang akrab dengan
lingkungan dimana, apa, dan siapa sebenarnya dirinya itu.
A. Konsep Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
199
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2005).
Pembelajaran kompetensi merupakan suatu sistem atau pendekatan pembelajaran
yang bersifat holistik (menyeluruh), terdiri dari berbagai komponen yang saling
terkait, apabila dilaksanakan masing-masing memberikan dampak sesuai dengan
peranannya (Sukmadinata, 2004).
Paparan pengertian pembelajaran kontektual di atas dapat diperjelas
sebagai berikut: Pertama, pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses
keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar beroeantasikan
pada prose pengalam secara langsung. Proses belajar dalam konteks pembelajaran
kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran akan tetapi
proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di masyarakat. Hal ini akan
memperkuat dugaan bahwa materi yang telah dipelajari akan tetap tertanam erat
dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, pembelajaran kompetensi mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan, artinya pembelajaran kompetensi tidak hanya
mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi
bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan seharihari.
Materi pelajaran di sini bukan ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan
akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi bahtera kehidupan nyata
Berdasarkan pengertian pembelajaran kontekstual, terdapat lima
karakteristik penting dalam menggunakan proses pembelajaran kontekstual yaitu:
200
1. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan
yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh
siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru, yang diperoleh dengan cara deduktif, artinya
pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari secara keseluruhan, kemudian
memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk
dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta
tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan
berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4. Memperaktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan
dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam
kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini
dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan
strategi.
B. Pendekatan dan Prinsip Pembelajaran Konstektual
1. Pendekatan pembelajaran kontekstual
Banyak pendekatan yang kita kenal dan digunakan dalam pembelajaran
dan tiap-tiap pendekatan memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik ini
berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan mendapat tekanan dalam
pembelajaran. Ada pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa,
kemampuan berfikir, aktivitas, pengalaman siswa, berfokus pada guru, berfokus
pada masalah (personal, lingkungan, sosial), berfokus pada teknologi seperti
sistem instruksional, media dan sumber belajar.
Berkenaan dengan aspek kehidupan dan lingkungan, maka pendekatan
pembelajaran ada keterlibatan pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan
kemandirian, serta konteks kehidupan dan lingkungan. Pembelajaran dengan
201
fokus-fokus tersebut secara konprehensif tercantum dalam pembelajaran
kontekstual.
Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang
berkembang. Anak bukanlah orang dewasa kecil, melainkan organisme yang
sedang berada pada tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat
ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian
peran guru tidak lagi sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan
kehendak, melainkan sebagai pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai
dengan kemampuannya.
Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan
penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang bersifat aneh dan
baru. Oleh karena itu, belajar bagi mereka mencoba memecahkan persoalan yang
menantang. Guru berperan sebagai pemilih bahan-bahan belajar yang dianggap
penting untuk dipelajari oleh anak. Guru membantu agar setiap siswa mampu
mengaitkan antara pengalaman baru dengan sebelumnya, memfasilitasi atau
mempermudah agar siswa mampu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.
Dengan demikian, pendekatan pembelajaran CTL menekankan pada
aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. CTL memandang bahwa
belajar bukanlah kegiatan menghafal, mengingat fakta-fakta, mendemonstrasikan
latihan secara berulang-ulang akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan
nyata. Dalam pembelajaran CTL, belajar di alam terbuka merupakan tempat untuk
memperoleh informasi sehingga menguji data hasil temuannya dari lapangan tadi
baru dikaji di kelas. Sebagai materi pelajaran siswa menemukan sendiri, bukan
hasil pemberian apalagi dialas oleh guru.
2. Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual
Elaine B. Jhonson (2002), mengklaim bahwa dalam pembelajaran kontektual,
minimal ada tiga prinsip utama yang sering digunakan, yaitu: saling
ketergantungan (interdepence), diferensiasi (differetiation), dan pengorganisasian
(self organization).
202
Pertama, prinsip saling ketergantungan (interdependence), menurut hasil
kajian para ilmuwan segala yang ada di dunia ini adalah saling berhubungan dan
tergantung. Segala yang ada baik manusia maupun mahluk hidup lainnya selalu
saling berhubungan satu sama lainnnya membentuk pola dan jaring sistem
hubungan yang kokoh dan teratur.
Begitu pula dalam pendidikan dan pembelajaran, sekolah merupakan suatu
sistem kehidupan, yang terkait dalam kehidupan di rumah, di tempat bekerja, di
masyarakat. Dalam kehidupan di sekolah siswa saling berhubungan dan
tergantung dengan guru, kepala sekolah, tata usaha, orang tua siswa, dan nara
sumber yang ada di sekitarnya. Dalam proses pembelajaran siswa, berhubungan
dengan bahan ajar, sumber belajar, media, sarana prasarana belajar, iklim sekolah
dan lingkungan.
Saling berhubungan ini bukan hanya sebatas pada memberikan dukungan,
kemudahan, akan tetapi juga memberi makna tersendiri, sebab makna ada jika ada
hubungan yang berarti. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang
menekankan hubungan antara bahan pelajaran dengan bahan lainnya, antara teori
dengan praktek, antara bahan yang bersifat konsep dengan penerapan dalam
kehidupan nyata.
Kedua, prinsip diferensiasi (differentiation) yang menunjukkan kepada sifat
alam yang secara terus menerus menimbulkan perbedaan, keseragaman, keunikan.
Alam tidak pernah mengulang dirinya tetapi keberadaannya selalu berbeda.
Prinsip diferensiasi menunjukan kreativitas yang luiar biasa dari alam semesta.
Jika dari pandangan agama, kreativitas luar biasa tersebut bukan alam semestanya
tetapi penciptaNya. Diferensiasi bukan hanya menunjukkan perubahan dan
kemajuan tanpa batas, akan tetapi juga kesatuan-kesatuan yang berbeda tersebut
berhubungan, saling tergantung dalam keterpaduan yang bersifat simbiosis atau
saling menguntungkan.
Apabila para pendidik memiliki keyakinan yang sama dengan para ilmuwan
modern bahwa prinsip diferensiasi yang dinamis ini bukan hanya berlaku dan
berpengaruh pada alam semesta, tetapi juga pada sistem pendidikan. Para
203
pendidik juga dituntut untuk mendidik, mengajar, melatih, membimbing sejalan
dengan prinsip diferensiasi dan harmoni alam semesta ini. Proses pendidikan dan
pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan menekankan kreativitas, keunikan,
variasi dan kolaborasi. Konsep-konsep tersebut bisa dilaksanakan dalam
pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual berpusat pada siswa,
menekankan aktivitas dan kreativitas siswa. Siswa berkolaborasi dengan temantemannya
untuk melakukan pengamatan, menghimpun dan mencatat fakta dan
informasi, menemukan prinsip-prinsip dan pemecahan masalah.
Prinsip pengorganisasian diri (self organization), setiap individu atau kesatuan
dalam alam semesta mempunyai potensi yang melekat, yaitu kesadaran sebagai
kesatuan utuh yang berbeda dari yang lain. Tiap hal memiliki organisasi diri,
keteraturan diri, kesadaran diri, pemeliharaan diri sendiri, suatu energi atau
kekuatan hidup, yang memungkinkan mempertahankan dirinya secara khas,
berbeda dengan yang lainnya.
Prinsip organisasi diri, menuntut para pendidik dan para pengajar di sekolah
agar mendorong tiap siswanya untuk memahami dan merealisasikan semua
potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin. Pembelajaran kontekstual diarahkan
untuk membantu para siswa mecapai keunggulan akademik, penguasaan
keterampilan standar, pengembangan sikap dan moral sesuai dengan harapan
masyarakat.
Perbedaan Pembelajaran Kontektual dengan pembelajaran konvensional
Konteks Pembelajaran Pembelajaran
Kontekstual
Pembelajaran
Konvensional
Hakikat Belajar Konten pembelajaran
selalu dikaitkan dengan
kehidupan nyata yang
diperoleh sehari-hari pada
lingkungannya
Isi pelajaran terdiri dari
konsep dan teori yang
abstrak tanpa
pertimbangan
manfaat bagi siswa
Model Pembelajaran Siswa belajar melalui Siswa melakukan
204
kegiatan kelompok
seperti kerja kelompok,
berdiskusi, praktikum
kelompok, saling bertukar
fikiran, memberi dan
menerima informasi
kegiatan pembelajaran
bersifat individual dan
komunikasi satu arah,
kegiatan dominan
mencatat, menghafal,
menerima instruksi guru
Kegiatan Pembelajaran Siswa ditempatkan
sebagai subjek
pembelajaran dan
berusaha menggali dan
menemukan sendiri
materi pelajaran
Siswa ditempatkan
sebagai objek
pembelajaran yang lebih
berperan sebagai
penerima informasi yang
pasif dan kaku
Kebermaknaan Belajar Mengutamakan
kemampuan yang
didasarkan pada
pengalaman yang
diperoleh siswa dari
kehidupan nyata
Kemampuan yang
didapat siswa
berdasarkan pada latihanlatihan
dan dril yang
terus menerus
Tindakan dan Perilaku
Siswa
Menumbuhkan kesadaran
diri pada anak didik
karena menyadari
perilaku itu merugikan
dan tidak memberikan
manfaat bagi dirinya dan
masyarakat
Tindakan dan perilaku
individu didasarkan oleh
faktor luar dirinya, tidak
melakukan sesuatu
karena takut sangsi,
kalaupun melakukan
sekedar memperoleh
nilai/ganjaran
Tujuan Hasil Belajar Pengetahuan yang
dimiliki bersifat tentatif
karena tujuan akkhir
Pengetahuan yang
diperoleh dari hasil
pembelajaran bersifat
205
belajar kepuasan diri final dan absolut karena
bertujuan utk nilai
C. Asas-Asas dalam Pembelajaran Kontekstual
Asas-asas sering juga disebut komponen-komponen pembelajaran
kontekstual melandasi pelaksanaan proses pembelajaran kontekstual yang
memiliki tujuh asas meliputi: 1) Kontruktivisme, 2) Inkuiri, 3) Bertanya, 4)
Masyarakat belajar, 5) Pemodelan, 6) Refleksi, dan 7) Penilaian nyata.
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Jean Piaget
(Sanjaya,2005) menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari
objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang
menangkap setiap objek yang diamatinya. Kontruktivisme memandang bahwa
pengetahuan itu berasal dari luar akan tetapi dikontruksi dari dalam diri seseorang.
Karena itu pengetahuan terbentuk oleh objek yang menjadi bahan pengamatan dan
kemampuan subjek untuk menginterprestasi objek tersebut. Lebih jauh Piaget
menyatakan hakikat pengetahuan adalah: 1) pengetahuan bukanlah merupakan
gambaran dunia nyata, akan tetapi merupakan kontruksi kenyataan melalui
kegiatan subjek, 2) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan
struktur yang perlu untuk pengetahuan, 3) Pengetahuan dibentuk dalam struktur
konsepsi seseorang, struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu
berlaku dalam behadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.
Pendekatan kontruktivisme merupakan salah satu pandangan tentang
proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses memperoleh
pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif, yang hanya dapat diatasi
melalui pengetahuan diri. Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun
sendiri oleh anak didik melalui pengalamannya dari hasil interaktif dengan
lingkungannya (Bell, l993). Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara
206
konsepsi awal yang telah dimiliki siswa dengan fenomena baru yang dapat
diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan/modifikasi struktur
kognitif untuk mencapai keeimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara
berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru.
2. Inkuiri
Asas Inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian
dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah
sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan
sendiri. Tindakan guru bukanlah untuk mempersiapkan anak untuk menghafalkan
sejumlah materi akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa
menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar merupakan proses
mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis, akan tetapi perkembangan
diarahkan pada intelektual, mental emosional, dan kemampuan individu yang
utuh.
Dalam model inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah sistimatis,
yaitu: 1) Merumuskan masalah, 2) Mengajukan hipotesis, 3) Mengumpulkan data,
4) Menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan, dan 5) Membuat
kesimpulan. Penerapan model inkuiri ini dapat dilakukan dalam proses
pembelajaran kontekstual, dimulai atas kesadaran siswa akan masalah yang jelas
yang ingin dipecahkan. Dengan demikian siswa didorong untuk menemukan
masalah. Apabila masalah ini telah dipahami dengan jelas, selanjutnya siswa
dapat mengajukan jawaban sementara (hipotesis). Hipotesis itulah akan menuntun
siswa untuk melakukan observasi dalam mengumpulkan data. Bila data terkumpul
maka dituntut untuk menguji hipotesis sebagai dasar untuk merumuskan
kesimpulan. Asas menemukan itulah merupakan asas penting dalam
pembelajaran konstektual.
3. Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keinginantahuan setiap individu,
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam
207
berfikir. Dalam proses pembelajaran kontekstual, guru tidak banyak
menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi berusaha memancing agar siswa
menemukan sndiri. Oleh karena itu, melalui pertanyaan guru dapat membimbing
dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
Kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: 1) Menggali informasi
tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran, 2) Membangkitkan
motivasi siswa untuk belajar, 3) Merangsang keinginantahuan siswa terhadap
sesuatu, 4) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan dan 5)
Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar dalam pembelajaran kontekstual menyarankan
agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain (team
work). Kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam
kelompok belajar yang dibentuk secara formal maupun dalam lingkungan secara
alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh secara sharingdengan orang lain, antar
teman, antar kelompok berbagi pengalaman pada orang lain. Inilah hakikat dari
masyarakat belajar, masyarakat yang saling membagi.
Dalam kelas pembelajaran kontekstual, penerapan asas masyarakat belajar
dapat dilakukan melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam beberapa
kelompok yang anggotanya bersifat hetrogen, baik dilihat kemampuannya
maupun kecepatan belajar, minat dan bakatnya. Dalam kelompok mereka saling
membelajarkan, jika perlu guru dapat mendatangkan seseorang yang memiliki
keahlian khusus untuk membelajarkan siswa tersebut, misalkan dokter yang
berbicara tentang kesehatan dll.
5. Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud asas modeling adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Guru
biologi memberikan contoh bagaimana cara mengoprasikan termometer,
begitupun guru olahraga memberikan contoh model bagaimana cara bermain
sepak bola, bagaimana guru kesenian memainkan alat musik. Proses modeling
208
tidak terbatas dari guru saja, tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang
memiliki kemampuan, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Di
sini modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran
kontekstual, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang
teoritis-abstrak yang mengundang terjadinya verbalisme.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari
yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar
itu akan dimasukan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan
menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses
refleksi siswa akan memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya atau
menambah khazanah pengetahuannya.
Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap berakhir proses
pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau
mengingat kembali apa yang telah di pelajarinya. Biarkan secara bebas siswa
menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga siswa tersebut dapat menyimpulkan
tentang pengalaman belajarnya.
7.Penilaian Nyata (Authentik Assessment)
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini
diperlukan untuk mengetahui apakah siswa belajar atau tidak, apakah pengalaman
belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik
intelektual maupun mental siswa.
Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses
pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan
pembelajaran berlangsung dan meliputi seluruh aspek domain penilaian. Oleh
sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
D. Model Pembelajaran Kontekstual
209
Guru mengajak siswa untuk memecahkan masalah bagaimana pencemaran
sungai terjadi di lingkungan sekitar kita. Banyak penduduk masih membuang
sampah ke sungai, sampah berserakan dimana-mana akibat membuangnya di
sembarang tempat, sampah menumpuk di sekitar lingkungan tempat tinggal. Di
sini guru dapat membimbing siswa untuk dapat memecahkan masalah, bagaimana
agar kita sebagai generasi muda perlu menyadari cinta terhadap lingkungan
sekitar kita. Melalui pertanyaan yang terbimbing siswa diajak untuk berfikir apa
akibatnya jika air sungai tercemar. Bagaimanakah cara mengatasi hal tersebut?
Siswa mengungkapkan dengan kata-kata mereka sendiri cara mengatasi masalah
tersebut, kemungkinan siswa menemukan solusi alternatif terbaik versi mereka,
jangan sekali-kali guru mendominasi jawaban mereka, biarkan mereka
mengemukakan argumentasinya sesuai dengan taraf berfikir siswa sekolah dasar.
Paparan di atas merupakan ilustrasi bagaimana siswa belajar cara
mengatasi masalah yang dihadapinya. Selain itu dapat pula meningkatkan rasa
kepedulian terhadap sesama dalam kehidupan sehari-hari. Bila kita telusuri
terhadap isue yang terjadi, sampai saat siswa menemukan pemecahan dari
masalah yang terjadi, ada beberapa aspek yang dapat dipelajari seperti saat siswa
mencari informasi atau teori yang berhubungan dengan masalah yang terjadi,
proses saat siswa berfikir dan bekerja untuk mencoba mengetahui lebih jauh
masalah yang terjadi, saat siswa mengaplikasikan antara konsep dengan masalah
serta ide untuk memecahkan masalah tersebut serta sikap positif terhadap masalah
yang dihadapi. Suatu ide yang baik apabila isue yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat dijadikan topik dalam pembelajaran kontekstual.
Tahapan model pembelajaran kontekstual meliputi empat tahapan, yaitu:
invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan tindakan. Tahapan
pembelajaran tersebut dapat dilihat pada diagram berikut:
INVITASI
EKSPLORASI
PENJELASAN
DAN SOLUSI
210
Diagram Tahapan Pembelajaran Kontektual
Tahap invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya
tentang konsep yang dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan
pertanyaan yang problematik tentang fenomena kehidupan sehari-hari melalui
kaitan konsep-konsep yang di bahas tadi dengan pendapat yang mereka miliki.
Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengikutsertakan
pemahamannya tentang konsep tersebut.
Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan
menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasikan
data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru. Secara berkelompok siswa
melakukan kegiatan dan berdiskusi tentang masalah yang ia bahas. Secara
keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keinginantahuan siswa tentang
fenomena kehidupan lingkungan sekelilingnya.
Tahap penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan-penjelasan
solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru,
maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman
dan ringkasan.
Tahapan pengambilan tindakan, siswa dapat membuat keputusan,
menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan,
mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individu maupun
kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.
Berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran kontekstual tersebut, maka
langkah-langkah pembelajaran konstektual seperti di bawah ini:
a. Pendahuluan
PENGAMBILAN
TINDAKAN
211
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya materi yang akan dipelajari
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran konstektual:
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa
b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalkan kelompok 1
dan 2 melakukan observasi ke TPS (lingkungan hidup) dan kelompok 3 dan 4
melakukan observasi ke TPA (pembuangan sampah).
c) Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang
berhubungan dengan hasil temuan saat observasi tadi.
3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap
siswa.
b. Inti
Di Lapangan
1) Siswa melakukan observasi ke TPS sesuai dengan pembagian tugas kelompok
2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan tadi sesuai dengan alat observasi
yang telah mereka tentukan sebelumnya
Di dalam Kelas
1) Siswa mendiskusikanhasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masingmasing
2) Siswa mempersentasikan/melaporkan hasil diskusi
3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok
lain.
c. Penutup
1) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah
temuan sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai
2) Guru menugaskan siswa untuk membuat tugas tentang pengalaman belajar
mereka dengan tema”Pembuangan Sampah”.
Ilustrasi contoh langkah-langkah pembelajaran yang dibuatkan program
pembelajaran dengan menggunakan CTL tadi, apa yang anda dapat simak?
apakah seperti itu CTL, atau bagaimana?. Saya menduga pasti anda belum puas,
212
coba contoh tema yang lain pasti menarikan?. Pada CTL untuk mendapatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa harus mengalami langsung dalam realitas
lingkungan dimana anak dibesarkan di lingkungan masyarakat. Kelas bukanlah
tempat untuk mencatat, duduk, dengar, dan hapal, akan tetapi kelas digunakan
untuk saling membelajarkan diantara siswa.
LATIHAN
Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini secara jelas dan tepat.
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kompetensi?
2. Apa karakteristik munculnya pembelajaran kontekstual?
3. Apa perbedaan pembelajaran kontekstual dengan pendekatan
konvensional?
4. Bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual itu?
5. Bagaimana pula tahapan-tahapan pembelajaran konstektual? Berikan
contohnya?.
Rambu-Rambu Jawaban:
1. Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga siswa belajar berawal dari pengalaman belajar yang telah
dimiliki sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pembelajaran bersifat pengaktifan kembali apa yang sudah dimiliki siswa,
menambah pengetahuan yang baru, pengetahuan untuk dipahami dan
diyakini, mengutamakan praktek daripada teori atau konsep,
mengutamakan proses perbaikan dan penyempurnaan akibat umpan balik.
3. Pembelajaran kontekstual menganggap siswa sebagai subjek
pembelajaran, siswa belajar dengan kelompok-kelompok daripada
individu, berangkat dari hal-hal yang nyata dilakukan sehari-hari,
bertujuan semata-mata untuk kepuasan diri, beroreantasi pada kesadaran
213
diri, dan pengetahuan dikembangkan atas dasar pengalaman yang
dialaminya terus berkembang tidak absolut dan kaku.
4. Pembelajaran kontekstual berprinsip saling ketergantungan, diferensial,
dan pengorganisasian diri
5. Tahapan pembelajaran meliputi: invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi,
dan pengambilan tindakan.
RANGKUMAN
Pembelajaran Kontekstual (CTL) meruapakn suatu model pembelajaran
yang menekankan keterlibatan siswa setiap tahapan pembelajaran dengan cara
menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang dialami siswa sehari-hari
sehingga pemahaman materi diterapkan dalam kehidupan nyata. Karakteristik
CTL adalah pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah
ada, belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru,
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk diyakini dan
diterapkan, memperaktikan pengalaman dalam kehidupan nyata, dan melakukan
refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
Prinsi-prinsip pembelajaran kontekstual meliputi tiga prinsip utama, yaitu:
saling ketergantungan (interdependence), diferensiasi (differentiation), dan
pengorganisasian diri (self organization). Prinsip-prinsip pembelajaran
kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional, terutama dalam hal
peranan siswa, peranan guru, proses pembelajaran, dan tujuan belajar. Seluruh
komponen pembelajaran konstektual menekankan aktivitas siswa secara penuh
baik fisik maupun mental. Menempatkan peran siswa selain sebagai subjek
pembelajaran juga latar belakang kehidupan, kemampuan, pengalaman belajar,
pengelompokan belajar, dan tujuan belajar faktor siswa selalu dipertimbangkan.
Komponen-komponen pembelajaran sebagai asas CTL dalam menerapkan
pola pembelajaran meliputi asas konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat
belajar, permodelan, refleksi dan penilaian nyata. Keseluruhan komponen ini
dipertimbangkan dalam langkah-langkah pembelajaran kontekstual yang meliputi
214
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup, baik pelaksanaan di lapangan
maupun di dalam kelas.
TES FORMATIF 3
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat.
1. Makna terpenting dari pembelajaran kontekstual adalah:
a. Belajar untuk menghafalkan fakta-fakta
b. Guru berperan sebagai pembimbing dan instruktur pembelajaran
c. Aktivitas siswa diberikan kebebasan secara leluasa
d. Belajar menekankan proses pengalaman dalam kehidupan nyata
2. Dalam pembelajaran kontekstual “Real World Learning” merupakan hal
penting, maksudnya adalah:
a. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa
b. Kemampuan memecahkan persoalan
c. Belajar dari kehidupan yang nyata
d. Belajar bukan mengumpulkan fakta
3. Understanding konwledge dalam pembelajaran konstektual dimaksudkan:
a. Proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
b. Memperoleh dan menambah pengetahuan baru
c. Pengetahuan yang diperoleh untuk dipahami dan diyakini
d. Memperaktikan pengetahuan dan pengalaman
4. Perbedaan yang penting antara pembelajaran kontekstual dengan konvensional,
proses pembelajaran kontekstual menekankan pada:
a. Materi pembelajaran ditemukan dan menggali sendiri
b. Tujuan pembelajaran memperoleh nilai tinggi
c. Kegiatan belajar dilakukan secara individual
d. Kebenaran yang dimiliki bersifat final dan absolut
5. Merupakan realisasi dari penerapan prinsip differensiasi dalam pembelajaran
kontekstual adalah:
a. Siswa berkolaborasi dengan teman-temannya untuk melakukan pengamatan
215
b. Guru bertindak mendorong siswa untuk memahami dan merealisasikannya
c. Menekankan hubungan antara kegiatan belajar siswa dengan lainnya
d. Adanya ketergantungan antara kegiatan guru dengan siswa.
6. Tahapan dimana siswa di beri kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan
konsep untuk mengumpulkan dan menginterprestasikan data dalam kegiatan
pembelajaran:
a. Tahapan invitasi
b. Tahapan eksplorasi
c. Tahapan penjelasan dan solusi
d. Tahapan pengambilan tindakan
7. Suatu proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui
proses berfikir secara sistematis adalah:
a. Inkuiri
b. Konstruktivisme
c. Masyarakat belajar
d. Bertanya
8. Pembelajaran kontekstual dikenal dengan pembelajaran kelompok, dengan
alasan:
a. Menekankan pada aktivitas siswa secara penuh
b. Memudahkan untuk mendiskusikan hasil temuan
c. Memudahkan guru mencapai sasaran pembelajaran tepat waktu
d. Saling membelajarkan diantara siswa
9. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlahnya, hal ini
tepat dilakukan pada tahap pembelajaran:
a. Pendahuluan
b. Inti di lapangan
c. Inti di dalam kelas
d. Penutup
l0. Suatu tipe belajar yang menekankan dengan cara bergerak, bekerja dan
melakukan:
216
a.Tipe visual
b.Tipe auditorial
c. Tipe kinestetik
d. Tipe motorik
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokanlah hasil jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif I yang
ada pada bagian belakang modul ini, Hitunglah jawaban anda yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi kegiatan pembelajaran I.
Jumlah Jawaban Anda yang Benar
Tingkat Penguasaan = ---------------------------------------- X 100 %
10
Arti Tingkat Penguasaan:
90 % - 100 % = Baik Sekali
80 % - 89 % = Baik
70 % - 79 % = Cukup
- 69 % = Kurang
Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan pembelajaran 2, Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan
anda masih di bawah 80 % anda harus mengulang kegiatan pembelajaran I,
terutama bagian yang belum anda kuasai. Selamat Mencoba.
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
FORMATIF 1:
1. C
2. C
3. D
4. C
5. D
217
6. A
7. B
8. A
9. A
10. C
FORMATIF 2:
1. C
2. A
3. B
4. B
5. A
6. D
7. D
8. B
9. C
10. D
FORMATIF 3:
1. D
2. C
3. C
4. A
5. A
6. B
7. A
8. A
9. A
10. C
218
GLOSARIUM
1. Apersepsi merupakan dorongan untuk mengemukakan pengetahuan awalnua
tentang konsep yang akan di bahas
2. Eksplorasi adalah tahapan melalui pengumpulan, pengorganisasian dan
perinteprasian data dalam suatu kegiatan yang dirancang guru.
3. Kompetensi merupakan karakteristik mendasar seseorang yang berhubungan
timbal balik dengan suatu kriteria efektif atau kecakapan terbaik sesorang
dalam pekerjaan.
4. Pendidik yang power off sebagai pendidik yang selalu di atas siswa sehingga
memandang siswa sebagai individu yang memiliki potensi.
5. Pendidik yang Power for sebagai pendidik yang memperhatikan peningkatan
proses belajar siswa dan selalu berusaha mengarahkan, membimbing guna
mencapai tujuan pembelajaran.
6. Model pembelajaran teacher centered yaitu model belajar mengajar yang
menekankan konsep-konsep dapat ditransfer dari pendidik ke siswa.
7. Model pembelajaran student centered yaitu model pembelajaran yang
menekankan pada belajar siswalah yang membangun pengetahuan sendiri.
8. Azas konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
9. Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berfikir secara sistematis.
10. Modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai
contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pedoman Umum Pelaksanaan
Pendidikan Berbasis Keterampilan Hidup (Life Skill) Melalui
Pendidikan Broad Based Education Dalam Pendidikan Luar Sekolah
dan Pemuda. Jakarta: Ditjen PLS dan Pemuda.
219
Blank, W. E. (1982). Handbook For Developing Competency Based Training
Program. Englewood Cliff. New Jersey: Prentice Hall. Inc.
Bobby Deporter .(2002). Quantum Learning: Unleasinhing The The Genius In
You. New York: Dell Publishing
Hamalik, Oemar. (2004). Inovasi Pendidikan : Perwujudannya dalam Sistem
Pendidikan Nasional, YP. Permindo, Bandung.
Hamalik, Oemar,(2000). Model-Model Pengembangan Kurikulum, Program
Pascasarjana UPI Bandung.
Hamalik, Oemar. (2002) Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan
Kompetensi.
Bandung: Bumi Aksara.
Joyce, Bruce & Well, Marsha. (1996). Models of Teaching. Englewood Clifs.
New Jersey: Prentice Hall Inc.
Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik,
dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Oliva, Feter F. (1992), Developing The Curriculum, Third Edition, Harver
Collins 0Publisher.
Print, Murray. (1993). Curriculum Development and Design. Australia: Allen &
Unwin Pty Ltd. St. Leonad.
Sukmadinata, Nana Syaodih, (2004). Kurikulum dan Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.
Yamin, Martinis. (2005). Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Gaung Persada Press.
Whiddett, Steve & Hollyforde, Sarah. (1999). Development Practice: The
Competencies Handbook. London: Institute of Personnel and Development.
Wina, Sanjaya. (2005). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Edisi Pertama, Cetakan ke I. Jakarta: Prenada Media.
Yulaelawati, Ella. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofis Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya Pustaka.
220
BAHAN PEMBELAJARAN 6:
INOVASI PEMBELAJARAN MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI
(INTERNET)
PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah rendahnya
kualitas pendidikan baik dilihat dari proses pendidikan yang sedang berjalan
maupun produk hasil pendidikan itu sendiri. Tengoklah hasil laporan Bank Dunia
tentang hasil tes membaca anak kelas IV SD Indonesia sangat memprihatinkan,
belum lagi bidang matematika dari
38 negara, Indonesia menduduki peringkat ke 32. Sedangkan dari segi proses
pendidikan khususnya pembelajaran sebagian besar guru di kita lebih cenderung
pembelajaran dalam arti menanamkan materi pelajaran yang bertumpu pada aspek
kognitif tingkat rendah seperti mengingat, menghafal, dan menumpuk informasi.
Oleh karena itu, beragam tudingan yang disampaikan ke pihak pemerintah yang
kurang peduli terhadap pendidikan bangsanya termasuk urusan pendidikan dasar
khususnya SD.
Rendahnya kualitas produk pendidikan tersebut merupakan gambaran kualitas
proses penyelenggaraan sistem pendidikan dimana terkait banyak unsur, namun
proses belajar mengajar merupakan jantungnya pendidikam yang harus
diperhitungkan karena pada kegiatan pembelajaran inilah transformasi berbagai
konsep, nilai serta materi pendidikan diintegrasikan.
Dikaitkan dengan tuntutan masa depan yang bukan hanya bersifat kompetitip
tapi juga sangat terkait dengan berbagai kemajuan teknologi dan informasi maka
kualitas sistem pembelajaran yang dikembangkan harus mampu secara cepat
memperbaiki berbagai kelemahan yang ada. Salah satu cara yang dapat
dikembangkan adalah mengubah sistem pembelajaran konvensional dengan
sistem pembelajaran yang lebih efektif dan efesien dengan dukungan sarana dan
221
prasarana yang memadai. Pembelajaran dengan memanfaatkan sarana teknologi
imformasi melalui jaringan internet merupakan salah satu alternatif yang tepat dan
dapat mengatasi berbagai persoalan pembelajaran, walaupun sistem pendidikan di
Indonesia keberadaannya sangat hetrogen karena terbentur masalah letak
geografis yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan teknologi informasi.
Kita harus menyadari bahwa perkembangan teknologi informasi telah
memasuki berbagai sendi kehidupan, termasuk dunia pendidikan lebih khususnya
pembelajaran telah diintervensi oleh keberadaan teknologi ini. Seiring dengan
perkembangan aplikasi teknologi informasi dalam dunia pendidikan, maka
berbagai bahan belajarpun telah diproduksi dan dikonsumsi oleh pembelajar
melalui medium teknologi informasi dalam bentuk kemasan yang sangat
bervareasi. Berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang mengandalkan
guru sebagai sumber belajar yang pertama dan utama sedangkan sumber lain
hanyalah pelengkap untuk kegiatan pembelajaran yang biasanya sudah digariskan
dalam Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
Electronic Learning (E.Learning) pada hakekatnya adalah belajar atau
pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer atau internet. Teknologi
belajar seperti itu dapat juga disebut pembelajaran berbasis web (Web Based
Instruction). Pembahasan mengenai E-Learning ini merupakan fokus utama dalam
pembelajaran modul ini, oleh karena itu secara rinci sajian materi modul ini
meliputi penjelasan tentang: konsep pembelajaran Electronic Learning, model
pengembangan pembelajaran melalui internet, dan kemasan bahan belajar melalui
teknologi informasi.
Setelah mempelajari modul ini secara khusus anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep pembelajaran electronik learning ysng sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan siswa di sekolah dasar
2. Menjelaskan pengembangan elektronik learning dalam aplikasinya pada
pembelajaran
3. Menjelaskan kemasan bahan belajar melalui teknologi informasi
Untuk membantu anda mencapai tujuan tersebut, modul ini diorganisasikan
menjadi tiga kegiatan pembelajaran, yaitu:
Kegiatan Pembelajaran I : Konsep Elektronik Learning
Kegiatan Pembelajaran 2: Pengembangan model pembelajaran melalui Elektronik
Learning
Kegiatan Pembelajaran 3: Kemasan Bahan Belajar melalui Elektronik Learning
Untuk membantu anda dalam mempelajari BBM ini, ada baiknya
diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai anda memahami secara
tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari bahan ajar ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata yang dianggap baru.
Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang anda
miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri dan tukar
pikiran dengan mahasiswa lain atau dengan tutor anda.
222
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang
relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari
internet.
5. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan melalui
kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau teman
sejawat.
6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada
setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda
sudah memahami dengan benar kandungan bahan belajar ini.
KEGIATAN PEMBELAJARAN I : KONSEP PEMBELAJARAN
ELEKTRONIK LEARNING
PENGANTAR
Kemajuan teknologi informasi banyak membawa dampak positif bagi
kemajuan dunia pendidikan dewasa ini. Khususnya teknologi komputer dan
internet, baik dalam hal perangkat keras maupun perangkat lunak, memberikan
banyak tawaran dan pilihan bagi dunia pendidikan untuk menunjang proses
pembelajaran. Keunggulan yang ditawarkan bukan saja terletak pada faktor
kecepatan untuk mendapatkan informasi namun juga fasilitas multi media yang
dapat membuat belajar lebih menarik, visual dan interaktif. Sejalan dengan
perkembangan teknologi internet, banyak kegiatan pembelajaran yang dapat
dilakukan dengan memanfaatkan teknologi ini.
Dengan adanya perkembangan dalam bidang pembelajaran sebagaimana
diuraikan di atas, maka proses pembelajaran tradisional-konvensional yang terjadi
dalam ruangan kelas, pada era desentralisasi dan globalisasi saat ini pelan namun
pasti akan mengalami mulai kehilangan bentuk. Di samping itu, dalam
kenyataannya pada skala yang lebih besar, kegiatan belajar tradisionalkonvensional
membutuhkan biaya yang cukup besar dalam penyiapan
infrastrukturnya (ruangan, laboratorium, perpustakaan, meubel, media
pembelajaran, dan lain-lain). Dengan kondisi seperti itu, maka dewasa ini banyak
pihak penyelenggara pendidikan mulai melirik penerapan konsep distance
learning sebagai alternatif pembelajaran yang dianggap lebih efektif dan efisien,
terutama sekali sebagai pengaruh munculnya perkembangan yang sangat pesat
yang terjadi dalam bidang teknologi telekomunikasi dan teknologi informasi .
Berbagai teknologi dan aplikasi tercipta dalam upaya mendukung kegiatan
operasional kehidupan manusia maupun organisasi, termasuk kegiatan belajar dan
mengajar.
A. Pengertian Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Istilah Teknologi Informasi lahir pada abad ke duapuluh yang diawali dengan
terbentuknya masyarakat informasi. Istilah Teknologi Informasi yang
menggunakan kata informasi, pada dasarnya sangat berkaitan dengan istilah TK
(Teknologi Komunikasi) yang dikenal lebih dahulu. Kita melihat ada teknologi
komunikasi yang berfungsi sebagai penyaluran informasi, ada juga teknologi
223
informasi yang berfungsi sebagai penyimpan dan pengolah informasi. Fungsi
yang terakhir inilah menyebabkan orang menyebutnya teknologi komunikasi
sebagai teknologi informasi.
Menurut Richard Weiner dalam Websters New Word Dictionary and
Communications disebutkan bahwa teknologi informasi adalah pemrosesan,
pengolahan, dan penyebaran sata oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi.
Teknologi informasi lebih kepada pengerjaan terhadap data. TI menitik beratkan
perhatiannya kepada bagaimana data diolah dan diproses dengan menggunakan
komputer dan telekomunikasi.
Dengan demikian semakin jelas bahwa kelahiran istilah TI didasari
perkembangan teknologi pengolahan data. Apabila teknologi komunikasi
merupakan alat untuk menambah kemampuan orang berkomunikasi, maka
teknologi informasi adalah pengerjaan data oleh komputer dan telekomunikasi.
Pemisahan istilah ini secara moderat ditunjukan oleh organisasi sarjana
komunikasi internasional yang mengelompokan sarjana komunikasi yang
menekuni bidang teknologi komunikasi dalam divisi “Communication and
Technology”, sedangkan sarjana komunikasi yang menekuni teknologi informasi
dikelompokkan kedalam devisi sistem informasi (Abrar, 2001).
Dalam konteks yang lebih luas, teknologi informasi merangkum semua aspek
yang berhubungan dengan mesin komputer dan komunikasi dan teknik yang
digunakan untuk menangkap, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi,
menghantar dan mempersembahkan suatu bentuk informasi yang besar. Komputer
yang mengendalikan semua bentuk idea dan informasi memainkan peranan yang
sangat penting (Munir, 2004).
Pada awalnya teknologi informasi diartikan sebagai perangkat keras dan
lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data (Alter dalam
Syam, 2004). Namun dalam perkembangannya mendapat respon yang lebih luas,
dimana teknologi informasi juga mencakup teknik komunikasi sebagai sarana
untuk mengirim informasi. Dengan demikian segala bentuk teknologi yang
diimplementasikan untuk memproses dan mengirim informasi dalam bentuk
elektronik, software pemroses transaksi perangkat lunak untuk lembar kerja,
peralatan komunikasi serta jaringan termasuk pada wilayah teknologi informasi.
Everett M. Roger dalam Syam (2004) menempatkan teknologi informasi bukan
hanya sebagai sarana fisik, namun dapat berfunsi sebagai yang meneruskan nilainilai
sosial bagi para pemakainya.
Terdapat beberapa pandangan yang mengarah kepada definisi E-Learning
diantaranya:
1. E-Learning adalah konvergensi antara belajar dan internet (Bank of America
Securities).
2. E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja, terutama dapat trjadi
dalam teknologi internet, tetapi juga dapat terjadi dalam jalinan kerja stelit dan
pemuasan digital untuk keperluan pembelajaran (Ellit Tronsen).
3. E-Learning adalah penggunaan jalinan kerja teknologi untuk mendesain,
mengirim, memilih, mengorganisir pembelajaran (Elliut Masie).
224
4. E-Learning adalah pembelajaran yang dapat terjadi di internet (Cisco System)
5. E-Learning adalah dinamik, beroperasi pada waktu yang nyata, kolaborasi,
individu, konprehensif (Greg Priest)
6. E.Learning adalah pengiriman sesuatu melalui media elektronik termasuk
internet, intranet, extranet, satelit broadcast, audio/video tape, televisi interaktif,
dan cd-rom (Cornelia Weagen).
7. E-Learning adalah keseluruhan variasi internet dan teknologi web untuk
membuat, mengirim, dan memfasilitasi pembelajaran (Robert Peterson dan Piper
Jafray)
8. E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja untuk pembelajaran
dimanapun dan kapanpun (Arista Knowledge System).
Pada akhirnya Elektronik Learning dapat didifinisikan sebagai upaya
menghubungkan pembelajar (siswa dengan sumber belajar (data base, pakar/guru,
perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Interaktivitas
dalam hubungan tersebut dapat dilakukan secara langsung (synchronous) maupun
tidak langsung (asynchronous).
B. Hakikat Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi yang menyatukan kemajuan komputasi, televisi, radio, dan
telepon menjadi satu kesatuan (terintegrasi) terbentuk sebagai suatu revoluasi
informasi dan komunikasi global. Revolusi ini terwujud dari kemajuan teknologi
di bidang komputer pribadi, komunikasi data dan kompresi, bandwitdh, data
stroge dan data acess, integrasi multimedia dan jaringan komputer. Teknologi
Informasi dapat menjadi alat pendorong ke arah kemajuan bangsa. Salah satu
dampak terbesar adalah perkembangan pembangunan di bidang pendidikan. Hal
yang merupakan jembatan menuju bangsa yang maju di mana masyarakat dapat
memiliki alat-alat yang membantu mereka mengembangkan usaha dan menikmati
hasilnya secara mudah, murah dan merata. Sesuatu yang merupakan kerangka
akses untuk semua orang dalam mengarungi abad 21 ini.
Teknologi Informasi dan komunikasi dapat membantu memberi perubahan
besar di banyak negara. Dalam era global sekarang ini tidak ada lagi sekat dalam
hal akses informasi sehingga semua lapisan masyarakat mempunyai kesempatan
yang sama untuk mengembangkan diri dalam segala aspek kehidupan. Tentunya
kita sebagai masyarakat Indonesia tidak dapat menolak terhadap "booming'
Teknologi Informasi dan komunikasi ini. Peranan dunia pendidikan menjadi pintu
utama untuk menyaring, mentransfer dan memberikan constraints sehingga
nilai-nilai tradisional yang positif tidak mudah terkikis bahkan kita berharap dapat
bergabung secara sinergis. Tentunya tugas kita sernua untuk sama-sama berpikir
mencari format terbaik bagaimana memanfaatkan dan mengevaluasi peranan
Teknologi Informasi dan komunikasi dalarn meningkatkan kualitas pendidikan di
tanah air tercinta ini.
Kurun waktu yang relatif singkat semenjak Internet pertama kali terbuka
penggunaannya untuk pemakaian umum pada tahun 1986, jaringan informasi dan
komunikasi ini telah merambah dengan kecepatan luar biasa ke seluruh pelosok
dunia tak terkecuali Indonesia. Menurut data terakhir, pada tahun 1999 lebih
225
dari100 juta orang menggunakan Internet dan jumlah tersebut masih terus akan
bertambah, seiring dengan bertambahnya kesadaran orang akan perlunya
informasi dan semakin banyaknya kemudahan-kemudahan yang bisa didapat
metalui Internet.
IDC memperkitrakan ada 196 juta pengguna internet di seluruh dunia sampai
akhir tahun 1999, dan diramalkan akan menjadi 502 juta pengguna pada tahun
2003. Kegiatan berinternet akan bertambah dua kali lipat setiap 100 hari, dan
diperkirakan pada tahun 2005 sebanyak 1 milliar penduduk dunia akan tergabung
dan terhubung satu sama lain melalui jaringan Internet.
Perkembangan penggunaan Internet di Indonesia cukup mengesankan. Pusat
Industri dan Perdagangan Lembaga Pengembangan Kewirausahaan Bina Mitra
Sejahtera, melaporkan bahwa pada tahun 1995 ada sekitar 10.000 pengguna yang
tersambung ke Internet, dan pada tahun 1997 angka itu menjadi 100.000.
Kemudian menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII),
pengguna internet di Indonesia pada akhir tahun 2001 mencapai 2,4 juta orang.
Angka tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan angka pada
akhir tahun 200 sebesar 1,9 juta orang. Pengguna sebanyak 2,4 juta orang tersebut
terdiri dari 550 ribu pengguna perumahan, 26 ribu pengguna perusahaan, 2000
sekolah dengan rata-rata 500 penggunalsiswa persekolah, 500 perguruan tinggi
dengan rata-rata 1000 mahasiswa per kampus dan 2500 warnet dengan rata-rata
100 orang pelanggan perwanet.
Kesadaran masyarakat baik dari kalangan content provider maupun khalayak
pengguna juga cukup menggembirakan. Paling tidak pada saat ini ada lima situs
di Indonesia yang membentuk komunitas pendidikan online yaitu supersiswa.com,
sekolah 2000.orid, pendidikan.net, ksi.plasa.com, esensi.com, ayo.net.com, dan
ub.net.id. Ketujuh situs tersebut tumbuh karena adanya kebutuhan khalayak akan
adanya suatu layanan pendidikan melalui Internet, dan rupanya kebutuhan
tersebut direspon secara positif oleh kalangan swasta, yang mendapat dukungan
dari Departemen Pendidikan Nasional.
Situs-situs khusus dalam bidang pendidikan diantaranya ialah situs Sekolah
2000 yang semula bernama SMU 2000, yang merupakan suatu situs pendidikan
yang terbesar yang tumbuh daril inisiatif APJII (Asosiasi Pengusaha Jaringan
Internet Indonesia) yang kemudian mendapatkan dukungan dari Depdiknas dan
pihak swasta lain seperti produsen komputer dll. Dengan dukungan Depdiknas
tersebut kini Sekolah 2000 berhasil membentuk komunitas pendidikan yang
memiliki anggota 404 sekolah SLTP, SMU dan SMK Negeri maupun swasta yang
tersebar di 20 propinsi (Sekolah 2000.or.id, Mei, 2001).
Semakin bertambahnya sekolah yang tergabung dalam. kamunitas pendidikan,
semakin bertambahnya jumlah warnet-warnet, dan seiring dengan bertambahnya
rumah tangga yang memiliki kornputer yang terhubung ke Internet, maka
kesempatan bagi siswa untuk memanfaatkan Internet juga semakin tinggi. Dengan
demikian bisa diasumsikan pula bahwa peluang memanfaatkan internet untuk
keperluan pendidikan atau secara lebih khusus lagi untuk keperluan pembefajaran
226
di lingkungan sekolah di Indonesia menjadi hal yang sangat mungkin dan layak
untuk dilaksanakan.
C. Konsep Pembelajaran melalui Teknologi Informasi
Perkembangan peradaban manusia diiringi dengan perkembangan cara
penyampaian informasi (yang selanjutnya dikenal dengan istilah Teknologi
Informasi). Mulai dari gambar-gambar yang tak bermakna di dinding-dinding gua,
peletakkan tonggak sejarah dalam bentuk prasasti sampai diperkenalkannya dunia
arus informasi yang kemudian dikenal dengan nama internet. Informasi yang
disampaikan pun berkembang dari sekedar menggambarkan keadaan sampai
taktik bertempur
Khusus penggunaan Internet untuk kepeduan pendidikan yang semakin
meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan
bahwa dengan media ini memang dimungkinkan diselenggarakannya proses
belajar mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi karena dengan sifat dan
karakteristik Internet yang cukup khas, sehingga diharapkan bisa digunakan
sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain telah dipergunakan
sebelumnya seperti radio, televisi, CDROM Interkatif dan lain-lain.
Pernanfaatan internet sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran di sekolah
tidaklah sesederhana dan semudah yang dibayangkan, karena banyak hal yang
harus dipelajad, dipertlafikan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh sebelum
menerapkannya. Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu
proses belajar mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan
bagi terselenggaranya proses kornunikasi interaktif antara guru dengan siswa
sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi
yang harus mampu didukung ofeh internet tersebut terutama berkaitan dengan
strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara
sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang ditakukan untuk
mengajak siswa mengedakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam
memeperoteh pengetahuan Vang d~butuhkan dalarn rangka mengerjakan
tugas-tugas tersebut (Boettcher 1999).
Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca,
penugasan, presentasi dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya tergantung
dari satu atau lebih dari tiga mode dasar dialog komunikasi sebagai berikut
(Boettcher 1999):
- Dialog/komunikasi antara guru dengan siswa
- dialog/komunikasi antara siswa dengan sumber belajar
- dialog/komunikasi di antara siswa
Apabila ketiga aspek tersebut bisa diselenggarakan dengan komposisi yang
serasi, maka diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal.
Sebagaimana ditegaskan oleh Bottcher (1995), bahwa perancangan suatu
pembelajaran dengan mengutamakan keseimbangan antara ketiga
diaioglkomuniaksi tersebut sangat penting pada lingkungan pembelajaran berbasis
Web.
227
Sesungguhnya internet merupakan media yang bersifat multi-rupa, pada satu
sisi [nternet bisa digunakan-untuk berkornunikasi secara interpersonal misalnya
dengan menggunakan e-mail dan chat sebagai sarana berkornunikasi antar pribadi
(one-to-one communications), di sisi lain dengan e-mail-pun pengguna bisa
melakukan kornunikasi dengan lebih dari satu orang atau sekelompok pengguna
yang lain (one-to-many communications). Bahkan sebagaimana telah disinggung
di bagian depan, internet juga memiliki kemampuan mernfasilitasi kegiatan
diskusi dan kolaborasi oleh sekelompok orang. Di samping itu dengan
kemampuannya untuk menyelenggarakan komunikasi tatap muka
(teleconference), memungkinkan pengguna internet bisa berkornunikasi secara
audiovisual sehingga dimungkinkan terselenggaranya kornunikasi verbal maupun
non-verbal secara real-time.
Secara nyata internet memang akan bisa digunakan dalam seting pembelajaran
di sekolah, karena memiliki karakteristik yang khas yaitu (1) sebagai media
interpersonal dan juga sebagai media massa yang memungkinkan terjadinya
komunikasi one-to-one maupun one-to-many, (2) memiliki sifat interkatif, dan (3)
memungkinkan terjadinya komunikasi secara sinkron (syncronous) maupun
tertunda (asyncronous), sehingga memungkinkan terselenggaranya ketiga jenis
dialoglkomunikasi yang merupakan syarat terselengaranya suatu proses belajar
mengajar.
Beberapa studi menunjukkan bahwa internet memang bisa dipergunakan
sebagai media pembelajaran, seperti studi telah dilakukan oleh Center for Applied
Special Technology (CAST) pada tahun 1996, yang dilakukan terhadap sekitar 500
murid kelas lima dan enam sekolah dasar. Ke 500 murid tersebut dimasukkan
dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang dalam kegiatan belajamya
dilengkapi dengan akses ke Internet dan kelompok kontrol. Setelah dua bulan
menunjukkan bahwa kelompok eksperimen mendapat nilai yang lebih tinggi
berdasarkan hasil tes akhir.
Lebih lanjut studi eksperimen yang dilakukan oleh Anne L. Rantie dan kawan
kawan di SMU 1 BPK Penabur Jakarta pada tahun 1999 mengenai penggunaan
Internet untuk mendukung kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris,
menunjukkan bahwa murid yang terlibat dalam eksperimen tersebut
memperlihatkan peningkatan kemampuan mereka secara signifikan dalam
menulis dan membuat karangan dalam bahasa Inggris.
Internet mempunyai peran yang sangat strategis, bahkan dengan
karakteristiknya yang khas maka pada masa yang akan datang Internet bisa
menjadi media pembelajaran yang paling terkemuka dan paling dipergunakan
secara luas.
D. Faktor Pendukung Pembelajaran melalui Teknologi Informasi
Sebagai dasar untuk memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran
dalam seting sekolah, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan
penanganan yang sehus agar penyelenggaraan pemanfaatan internet untuk
pembelajaran bisa berhasil, yaitu:
228
Faktor Lingkungan, yang meliputi institusi penyelenggara pendidikan dan
masyarakat
Siswa atau peserta didik meliputi usia, latarbelakang, budaya, penguasaan
bahasa dan berbagai gaya belajamya
Guru atau pendidik meliputi latar belakang, usia, gaya mengajar, pengalaman
dan personalitinya
Faktor teknologi meliputi komputer, perangkat lunak, jaringan, koneksi ke
internet dan berbagai kemampuan yang dibutuhkan berkaitan dengan
penerapan internet di lingkungan sekolah
1. Institusi
Peranan institusi yang diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan komitmen,
sangat menentukan terselenggaranya pemanfaatan internet untuk pendidikan
dalam lingkungan sekolah. Institusi yang paling pertama yang dituntut untuk
memiliki komitmen dalam pendayagunaan internet untuk pembelajaran tentu saja
adalah sekolah. Hal ini terutama berkaitan dengan penggunaan teknologi tinggi
yang menyangkut keharusan menyediakan sejumlah dana untuk penyediaan
peralatan (komputer dan kelengkapannya), jaringan, line telepon (koneksi ke ISP),
biaya beriangganan ke Internet Service Provider (ISP), biaya penggunaan telepon
dan sebagainya.
Kesulitan tidak hanya untuk investasi peralatan ataupun infrastrukturnya,
tetapi juga pada masalah biaya perawatan dan biaya operasional, yang harus
dikeluarkan agar sistem terus bisa berfungsi. Belum lagi kesulitan untuk
menyiapkan sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi untuk mengelola
sistem, baik sistem pembelajaran melalui internet maupun sistim pengelolaan
fasilitas (perangkat keras, jaringan dan software management).
Peranan institusi lain yang tak kalah pentingnya ialah. dalam memberikan
kesadaran (awareness) baik terhadap guru maupun siswa tentang teknologi
komunikasi dan informasi terutama potensi internet sebagai media pembelajaran.
Kemudian dilanjutkan pemberian pengetahuan mengenai prosedur dan tata cara
memanfaatkan internet, melalui berbagai kegiatan dan pelaflhan yang terus
menerus, sehingga secara tidak langsung akan tercipta lingkungan yang akrab
teknologi.
Terlihat bahwa hal yang paling mendasar dalam penerappn internet di sekolah
adalah motivasi, kesiapan dan kesungguhan institusi yang diwujudkan dengan
suatu kebijakan yang menyeluruh, meliputi kebijakan berubahnya metode
pengajaran, kebijakan mengenai manajemen dan prosedur, kebijakan mengakses
internet dan lainlain. Karena sernua itu merupakan kunci utama keberhasilan
pendayagunaan internet untuk pembelajaran di lingkungan sekolah.
2. Masyarakat
Lingkungan yang perlu mendapat perhatian ialah lingkungan keluarga siswa.
Karena dari lingkungan keluargalah diharapkan muncuinya dukungan yang
mampu memberikan docongan untuk memotivasi siswa dalam memanfaatkan
internet untulk keperluan pendidikan.
229
Hardijito (2001) dalam penelitiannya terhadap 210 siswa SMU dan SMK DKI
Jakarta yang secara rutin mengakses internet, menemukan bahwa siswa yang rajin
mengakses internet sebagian besar (55,7%) datang dari lingkungan keluarga yang
semua anggotanya (orang tua, kakak adik) menggunakan internet, dan hanya 5,7%
dari keluarga yang sama sekali tidak menggunakan internet.
Selain keluarga, lingkungan paling dekat lainnya yang sangat mempengarnhi
siswa dalam mengunakan internet ialah teman sebaya (peer group). Pengaruh
lingkungan ini bahkan lebih besar dari lingkungan keluarga, sebagaimana
didapatkan dari hasil penelitlan Hardjito (2001) yang menunjukkan bahwa dart
temanlah mereka pertama kali belajar internet, mengajari internet secara lebih
mendalam dan mendapatkan dorongan untuk menggunakan internet.
Oleh karena itu lingkungan siswa ini juga dipersiapkan dan disentuh agar
tercipta suasana yang kondusif, yang mampu memberikan dukungan terhadap
siswa dalam memanfaatkan internet untuk pendidikan.
3. Guru
Peranan guru tak kalah menentukannya terhadap keberhasilan pemanfaatan
internet di sekolah. Pemantauan sementara di beberapa sekolah dasar, dan
menengah di Bandung umumnya menunjukkan bahwa inisiatif pemanfaatan
internet di sekolah justru banyak yang datang dari guru-guru yang memiliki
kesadaran lebih awal tentang potensi internet guna menunjang proses belajar
mengajar.
Keberhasilan pernbelajaran berbasis internet ini secara signifikan ditentukan
oleh karakteristik guru-guru yang akan dilibatkan dalam pemanfaatan internet.
Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Guru perlu diberikan pemahaman berbagai keuntungan, termasuk kelebihan
dan kelemahan penggunaan internet untuk pembelajaran, sehingga mereka
memiliki motivasi dan komitmen yang cukup tinggi
- Guru, baik nantinya dia akan berperan sebagai pengembang dan pengguna
maupun yang diproyeksikan sebagai pengelola sistem pembelajaran
berbasis internet, harus dibekali dengan kesadaran, wawasan, pengetahuan
dan keterampilan tentang internet
- Guru yang akan dilibatkan dalarn pengembangan dan pemanfaatan internet
untuk pembelajaran hendaknya memiliki pengalaman dan kemampuan
mengajar yang cukup
- Jumlah guru yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan
internet untuk pembelajaran, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan
dilakukan secara bertahap
- Guru harus memiliki komitmen dan keseriusan dalam menangani
pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran
- Tetap menjaga gaya mengajar tiap-tiap guru. karena hal itu akan
dicerminkan dalam cara pembelajaran mereka kelak di sistem pembelajaran
dengan internet.
4. Siswa
230
Pemahaman tentang audiens bisa didapat melalui analisis dengan
menggunakan data demografi maupun psikografi, antara lain dengan menguji
perbedaan-perbedaan karakteristik, sikap dan perilaku audiens. Pemilahan atau
pengelompokan diperlukan dalam kaitannya untuk bisa membuat suatu
pendekatan atau strategi pendayagunaan internet lebih tepat sasaran, mengingat
bahwa sasaran didik tersegmen dalarn kelompok sekolah-sekolah yang berbeda.
Pemahaman tentang perbedaan-perbedaan motif penggunaan internet berdasarkan
aspek demografl dan psfkografi tersebut, menjadi penting agar pengembangan
program pendidikan dengan mendayagunakan internet bisa lebih menyentuh
kondisi riel sasaran.
Sesungguhnya sasaran didik terkelompok dalam segmen-segmen tertentu yang
mengehendaki adanya perlakuan yang berbeda pula. Sehinggga dalam
menerapkan pendayagunaan internet di sekolah akan lebih baik apabila
melakukan segmentasi secara lebih homogen baik ditinjau dad aspek demografi
maupun psikografi,walaupun sesungguhnya pendekatan segmentasi ini lebih
dikenal dalam konsep pemasaran yang menghendaki diketahuinya
kelompok-kelompok sasaran dengan jelas melalui pendekatan segmentasi pasar,
namun pendekatan ini sesunguhnya juga bisa diterapkan dalam sernua bidang
kegiatan termasuk dalarn bidang pendidikan. Konsep ini mulai berkembang
setelah Wenddell Smith (1956) menjelaskan bahwa konsumen pada dasarnya
berbeda, sehingga dibutuhkan programprogram pemasaran yang berbeda-beda
pula untuk menjangkaunya. Pendapat tersebut kemudian diperkuat oleh Frederick
Winter (1977) yang menyatakan bahwa average consumer- untuk kepentingan
praktis – sudah harus dihapuskan dari kamus manajemen pemasaran (Kasali,
1999). Segmentasi adalah hal yang wajib ditempuh dalam suatu proses pemasaran
baik komersial maupun sosia, karena dengan demikian kita bisa memberikan
pelayanan sebaik-baiknya pada masing-masing segmen dan memberikan
kepuasan orang-orang di dalam segmen tersebut (Kasali, 1999).
Hal tersebut sejalan juga dengan teori teknologi pembelajaran dimana
keberhasilan tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh sejauh mana kita
mengenali sasaran didik kita. Bila pendidik menganggap siswa mereka sebagai
manusia (human being), dengan segal hak-hak dan perbedaan-perbedaan
motivasinya, maka ia akan mengenggap bahwa murid merupakan bagian atau
subjek dari suatu proses belajar mengajar (Heinrich, 1996).
Segmentasi menjadi sangat penting, karena sebagaimana yang disampaikan
Renald Kasali (1999) dalam bukunya ‘Membidik Pasar Indonesia, Segmentasi
Targeting dan Positioning”, bahwa lebih dari 60% kegagalan bisnis disebabkan
oleh gagalnya pengusaha mendefinisikan pasar yang dituju, dan lebih dari 60%
kegagalan kampanye sosial dan politik disebabkan tidak dipahaminya segemen
pasar yang dituju. Uraian tersebut menunjukan bahwa sistem pembelajaran
dengan mendayagunakan internet yang akan dikembangkan hendaknya
memperhatikan perbedaan-perbedaan karakteristik dan segmen sasaran didik.
Atau dengan kata lain perlu dikembangkan suatu sistem pembelajaran yang paling
sesuai dengan segmen-segmen sasaran didik yang dibina.
231
5. Teknologi
Untuk terselenggaranya kegiatan pembelajaran dengan dukungan internet,
maka setelah ketiga unsur didepan dipenuhi dengan kondisi sebagaimana telah
diuraikan, maka faktor teknologi merupakan suatu hal yang juga mutlak harus
tersedia dan harus memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan, baik yang
berkaitan dengan peralatan, infrastruktur, pengoperasian, dan perawatannya.
Idealnya dalam pemanfaatan internet untuk pembelajaran di sekolah, harus
tersedia sejumlah komputer yang bisa mengakses internet untuk pembelajaran di
sekolah, harus tersedia sejumlah komputer yang bisa mengakses internet akan
lebih baik lagi kalo komputer-komputer yang tersambung ke internet tersebut
diletakkan di ruang khusus seperti ruang laboraturium komputer ataupun di
ruangan-ruangan lain yang dianggap strategis. Hal tersebut dimaksudkan untuk
memberikan kemudahan bagi guru dan siswa dalam mengakses internet.
Cara yang paling efektif dan efisien untuk menghubungkan seejumlah
komputer ke internet adalah dengan membangun jaringan lokal, Local Area
Network (LAN). Dengan adanya jaringan maka hanya diperlukan satu sambungan
saja ke internet yang bisa dipergunakan secara bersama-sama oleh komputer yang
tergabung dalam jaringan tersebut. Satu hal yang paling penting dari jaringan dan
koneksi ke internet untuk keperluan pembelajaran, ialah keandalannya afar bisa
dipergunakan setiap saat selama 24 jam dengan tingkat gangguan ataupun
kegagalan yang sangat minimal.
Jaringan yang umum dipergunakan ialah model jaringan client/ server. Model
ini memisahkan secara jelas, komputer mana yang memberikan layanan (server)
dan komputer-komputer mana yang mendapat layanan (client). Agar secrver dan
client bisa berkomunikasi diperlukan server program/ software dan client
program/ software.
Dari sisi cara menghubungkan server dengan client, ada tiga pilihan tipologi
yang bisa digunakan yaiitu tipologi bus, tipologi ring, dan tipologi star atau hub.
Untuk mengembangkan , mengoperasikan, dan merawat infrastruktur tersebut
diperhatikan empat aspek dari faktor teknologi yaitu client (software dan
hardware), server (software dan hardware), mode distribusi dan dukungan teknik
(McCormack, 1998).
· Client (software dan hardware)
- Konfigurasi minimal komputer yang dipergunakan, meliputi kemampuan
procesot, memori, kapasitas penyimpanan, monitor dan kartu jaringan.
- Program (operating system( yang akan dipergunakan
- Software Internet (Browser) yang akan dipergunakan
- Software lain yang akan dipergunakan untuk mendukung penyelenggaraan
pembelajaran berbasis internet.
- Pengaturan waktu maupun lama pengaksesan oleh setiap pengguna
· Server (software dan hardware
- Apakah akan dipergunakan satu server untuk menangani semua kegiatan
ataukah akan menggunakan lebih dari satu server untuk menangani setia
jenis kegiatan (file server, -webserver, e-mail server, web-course server dll)
232
- Konfigurasi minimal komputer yang dipergunakan sebagai server, meliputi
kemampuan procesor, memori, kapasitas penyimpanan, monitor, kartu
jaringan dan peralatan pendukung seperti switch, modem, router dll
- Program (operating sistem) dan server manajemen yang akan dipergunakan
- Software lain yang akan dipergunakan untuk mendukung penyelenggaraan
pembelajaran berbasis internet.
- Pengaturan level of security, waktu maupun lama pengaksesan oleh setiap
pengguna.
- Software pelindung dari serangan virus maupun cracker atau hacker yang
handal
· Mode distribusi
- Apakah komunikasi dalam rangka pembelajaran akan dilakukan secara
online, off-line atau kombinasi online dan off-line
- Seberapa cepat akses yang diperlukan
- Lebar pita hubungan ditentukan apa saja yang akan didistribusikan (teks,
grafik, audio, video)
- Hubungan dari jaringan ke ISP, bisa digunakan dengan cara dial-up melalui
sambungan telepon biasa, lease-line, radio ataupun satelit. Pemilihannya
tentu saj disesuaikan dengan jenis komunikasi yang akan dilakukan, materi
yang akan didistribusikan, dan tentu saja dana yang tersedia
· Dukungan teknik
Dukungan ini lebih bersifat kepada penyediaan sumberdaya manusia yang
akan bertanggung jawab terhadao berfungsinya sistem dan memberikan
bantuan apabila guru maupun siswa mengalami kesulitan berkaitan dengan
perangkat keras maupun perangkat lunak, dalam pelaksanaan penyelenggaraan
pembelajaran berbasis internet. Sumber daya manusia minimal yang
diperlukan paling tidak terdiri dari:
- Administrator jaringan
- Administrator Web Course
- Teknisi komputer
Sumber daya manusia tersebut bisa direkrtut secara khusus tenaga yag
sudah memiliki kualifikasi untuk itu, ataupun dengan memberikan pelatihan
khusus kepada beberapa orang guru yang mempunyai minat dan dedikasi ke
arah itu.
LATIHAN
Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini secara jelas dan tepat:
1. Jelaskan pengertian Elektronik Learning sesuai pendapat para ahli (Minimal 4
pendapat)!
2. Bagaimana karakteristik pembelajaran melalui teknologi informasi!
3. Mengapa belajar melalui internet lebih efektif dibandingkan belajar secara
konvensional!.
4. Jelaskan faktor-faktor pendudukung terlenggaranya pemebelajaran melalui
teknologi informasi!
Rambu-rambu jawaban:
233
1. Empat pengertian dasar dari e-learning, yaitu:
a. E-Learning adalah pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer atau
internet (Herry Hernawan)
b. E-Learning adalah penggunaan jalinan kerja teknologi untuk mendesain,
mengirim, memilih, mengorganisir pembelajaran (Elliot Masie)
c. E-Learning adalah pembelajaran yang dapat terjadi di internet (Cysco System)
d. E-Learning adalah dinamik, beroperasi pada waktu yang nyata, kolaborasi
individu dan konprehensif (Greg Priest)
2. Sebagai media interpersonal, memiliki sifat interaktif, memungkinkan
terjadinya komunikasi secara sinkron maupun tertunda.
3. Mampu mengatasi berbagai persoalan pembelajaran, hemat waktu dan biaya,
sumber belajar tidak bergantung pada guru dan mendorong siswa berkreasi dan
berinovasi.
4. Dukungan yang datang dari intitusi, masyarakat, guru, siswa, dan teknologi.
RANGKUMAN
Pemanfaatan teknologi informasi baik sebagai sumber belajar maupun
media pembelajaran merupakan salah satu cara yang diharapkan efektif
menanggulangi kelemahan persoalan pembelajaran yang masih bersifat
konvensional. Dengan menggunakan teknologi informasi diharapkan terjadi
interaksi pembelajaran anatara siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar
lebih komunikatif. Melalui berbagai model pembelajaran yang ditawarkan
diharapkan terbentuk interaksi belajar siswa yang tidak hanya menekankan pada
proses pemanfaatan namun pencarian, penelitian atau penggalian berbagai sumber
belajar sehingga terbentuk cara berfikir yang lebih konprehensif dan terintegrasi.
Melalui interaksi tersebut diharapkan ada peningkatan dalam keterampilan
berfikir, keterampilan berinteraksi serta keterampilan keterampilan ideal lainnya.
Hal ini dapat dilakukan manakala dukungan yang berasal dari lembaga, guru,
siswa, masyarakat dan teknologi berkontribusi positif terhadap penyelenggaraan
pembelajaran berbasis teknologi informasi.
TES FORMATIF 1
Petunjuk:Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat!
1. Teknologi informasi lebih menitikberatkan pada komponen:
a. Data diproses dengan komputer
b. Pemrosesan, pengolahan dan penyebaran komunikasi
c. Penyimpanan dan penerapan informasi
d. Data diproses komputer dan disebarluaskan
2. Melalui komputer dapat mengendalikan semua bentuk informasi yang sangat
penting:
a. Alter
b. Everet
c. Abror
d. Munir
3. Istilah pemanfatan komunikasi yang dilakukan secara langsung, adalah:
a. Syncronous
234
b. Asynchronous
c. Teleconfrence
d. One to one communication
4. Komunikasi antar pribadi disebut:
a. One to many communication
b. One to one communication
c. Teleconfrenc
d. Interpersonal
5. Mengapa internet sebagai sarana paling efektif dalam pembelajaran:
a. Biaya murah dan terjangkau semua lapisan masyarakat
b. Mudah didapatkan di mana saja
c. Digunakan komunikasi one to one to many communication
d. Digunakan one to one communication
6. Di bawah ini termasuk pada dukungan teknik kecuali:
a. Administrator jaringan
b. Administrator Web Course
c. Teknisi komputer
d. Operating system
7. Model pembelajaran internet yang menekankan penggunaan seluruh kegiatan
pembelajaran sepenuhnya disampaikan melalui internet:
a. Web course
b. Web centric course
c. Web enhanced course
d. World wide web
8. Cara yang paling efektif dan efesien untuk menghubungkan sejumlah komputer
ke internet melalui:
a. Membangun jaringan lokal
b. Membangun jaringan umum
c. Servis program yang akan digunakan
d. Sofware internet yang akan digunakan
9. Untuk merawat dan mengoprasikan infrastruktur pembelajaran melalui internet
yang mesti diperhatikan, kecuali:
a. Client software dan hardware
b. Server
c. Mode distribusi
d. Internet service provider
10. Hal yang paling mendasar dalam implementasi internet di sekolah adalah
faktor:
a. Kebijakan lembaga dan komitmen
b. Motivasi, kesiapan dan kesungguhan intitusi
c. Kesadaran guru dan siswa tentang TI
d. Dukungan keluarga siswa
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
235
Cocokanlah hasil jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif I yang
ada pada bagian belakang modul ini, Hitunglah jawaban anda yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi kegiatan pembelajaran I.
Jumlah Jawaban Anda yang Benar
Tingkat Penguasaan = ---------------------------------------- X 100 %
10
Arti Tingkat Penguasaan:
90 % - 100 % = Baik Sekali
80 % - 89 % = Baik
70 % - 79 % = Cukup
- 69 % = Kurang
Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan pembelajaran 2, Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan
anda masih di bawah 80 % anda harus mengulang kegiatan pembelajaran I,
terutama bagian yang belum anda kuasai. Selamat Mencoba.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN MELALUI INTERNET
PENGANTAR
Pada abad 21 ini terjadi suatu keadaan yang sering disebut era globalisasi
yang ditandai oleh banyaknya perubahan pada semua aspek kehidupan, bukan
hanya perubahan pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam
bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan termasuk bidang pendidikan. Saat ini
dan di masa mendatang pengaruh era globalisasi akan semakin terasa terutama
dengan semakin banyaknya saluran informasi yang tersedia seperti; surat kabar,
majalah, radio, televisi, telepon, faximili, komputer, internet, satelit komunikasi,
sekolah, bahkan informasi langsung yang dibawa oleh pengunjung (travelers).
Semua itu dimungkinkan dengan adanya perkembangan yang pesat dalam bidang
teknologi, terutama teknologi komunikasi, informasi dan transportasi. Dampak era
globalisasi ini menuntut manusia untuk dapat mempertahankan hidupnya (human
survival), artinya manusia harus mampu mengendalikan dan memanfaatkan efekefek
globalisasi dalam kehidupannya. Manusia adalah pencipta globalisasi, dan
manusia itu pula yang harus dapat mengendalikan, menguasai, memanfaatkan,
dan mengembangkan globalisasi untuk kepentingan kehidupannya.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi, terutama
teknologi informasi dan komunikasi, telah menyebabkan dunia ini semakin
mengecil dan membentuk seperti sebuah desa dunia. Batas-batas fisik negara satu
dengan negara lainnya menjadi begitu kurang nampak dan secara non-fisik hampir
tanpa batas (borderless). Globalisasi terjadi sebagai suatu proses mendunia yang
tidak tertahankan dan tidak mungkin terelakan. Dengan demikian diperlukan
upaya-upaya untuk mempersiapkan para siswa sejak dini guna memasuki jaman
global yang menuntut kemampuan-kemampuan khusus. Para siswa sekarang
yang sedang menuntut ilmu , pada dasarnya akan menjadi pelaku-pelaku utama
236
pada jaman yang penuh dengan persaingan. Oleh karena itu sudah menjadi
kewajiban para guru untuk memberi bekal kepada mereka agar bisa hidup
(survive) di masa itu. Salah satu upaya untuk mempersiapkan siswa memasuki
jaman global tersebut yaitu dengan mengembangkan berbagai pendekatan
pembelajaran yang berorientasi ke masa depan.
A. Model-Model Pembelajaran Internet
Ada tiga bentuk sistem pembelajaran melalui internet yang layak
dipertimbangkan sebagai dasar pengembangan sistem pembelajaran dengan
mendayagunakan internet, yaitu: 1) Web Course, 2) Web Centric Course, dan 3)
Web Enhanced Course (Haughey, 1998).
1. Web Cource
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran,
dimana seluruh bagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan
ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Siswa dan guru sepenuhnya
terpisah, namun hubungan atau komunikasi antara peserta didik dengan pengajar
bisa dilakukan setiap saat. Komunikasi lebih banyak dilakukan secara
ansynchronous daripada secara synchronous. Bentuk web course ini tidak
memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk keperluan pembelajaran
maupun evaluasi dan ujian, karena semua proses pembelajaran sepenuhnya
menggunakan fasilitas internet seperti email, chat rooms, bulletin board dan
online conference.
Selain itu sistem ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai sumber
belajar (digital), baik yang dikembangkan sendiri maupun dengan menggunakan
berbagai sumber belajar dengan jalan membuat hubungan (link) ke berbagai
sumber belajar yang sudah tersedia pada internet, seperti data base statistic berita
dan informasi, e-book, perpustakaan elektronik dll.
Bentuk pembelajaran model ini biasanya digunakan untuk keperluan
pendidikan jarak jauh (distance education/learning). Aplikasi bentuk ini antara
lain virtual campus/university ataupun lembaga pelatihan yang menyelenggarakan
pelatihan-pelatihan yang bisa diikuti secara jarak jauh dan setelah lulus ujian akan
diberikan sertifikat.
2. Web Centric Course
Sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan
disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi
dan latihan dilakukan secara tatap muka, walaupun dalam proses belajarnya
sebagaian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi
prosentase tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan prosentase proses
pembelajaran melalui internet.
Bentuk ini memberikan makna bahwa kegiatan belajar bergeser kegiatan
di kelas menjadi kegiatan melalui internet sama dengan bentuk web course, siswa
dan guru sepenuhnya terpisah tetapi pada waktu-waktu yang telah ditetapkan
mereka bertatap muka, baik di sekolah maupun ditempat-tempat yang telah
237
ditentukan seperti di ruang perpustakaan, taman bacaan, ataupun di balai
pertemuan.
Penerapan bentuk ini sebagaimana yang telah dilakukan pada perguruan
tinggi-perguruan tinggi terkemuka yang menggunakan sistem belajar secara of
campus.
3. Web Enhanced Course
Web Enhanced Course merupakan pemanfaatan internet untuk pendidikan,
untuk menunjang peningkatan kualitas belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga
dikenal dengan nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah
tatap muka di kelas.
Peranan internet disini adalah untuk menyediakan sumber-sumber belajar
yang sangat kaya akan informasi dengan cara memberikan alamat-alamat atau
membuat link ke pelbagai sumber belajar yang sesuai dan bisa diakses secara
online, untuk meningkatkan kuantitas dan memperluas kesempatan berkomunikasi
antara pengajar dengan peserta didik secara timbal balik. Dialog atau komunikasi
dua arah tersebut dimaksudkan untuk keperluan berdiskusi, berkonsultasi, maupun
untuk bekerja secara kelompok.
Berbeda dengan kedua bentuk sebelumnya, pada bentuk web enhanced
course ini prosentase pembelajaran melalui internet justru lebih sedikit
dibandingkan dengan prosentase pembelajaran secara tatap muka, karena
penggunaan internet adalah hanya untuk mendukung kegiatan pembelajaran
secara tatap muka.
Bentuk ini dapat pula dikatakan sebagai langkah awal bagi intitusi
pendidikan yang akan menyelenggarakan pembelajaran berbasis teknologi
informasi, sebelum menyelenggarakan pembelajaran dengan internet secara lebih
kompleks, seperti web centric course ataupun web course.
Baik pada model ataupun web course, web centric course ataupun web
enhanced course, terdapat beberapa komponen aktivitas seperti informasi, bahan
belajar, pembelajaran ataupun komunikasi, penilaian yang bervareasi. Secara
umum komponen aktivitas dan strukturnya dapat diterapkan dalam pengembangan
pembelajaran melalui internet.
B. Pengembangan Model Pembelajaran melalui Internet
Untuk mengembangkan sistem pembelajaran berbasis internet, terlebih
dahulu perlu dilakukan pengkajian atas seluruh unsur dan aspek sebagaimana
telah diuraikan di atas, sehingga bisa didapatkan pegangan sebagai bahan
pengambilan keputusan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis
internet. Di samping itu juga diperlukan pertimbangan dan penilaian atas beberapa
hal yang tidak kalah pentingnya antara lain:
a. Keuntungan. Sejauhmana sistem pembelajaran berbasis internet akan
memberikan keuntungan bagi intitusi, staf pengajar, pengelola, dan terutama
keuntungan yang akan diperoleh siswa dalam meningkatkan kualitas mereka
apabila dibandingkan dengan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka secara
konvensional
b. Biaya pengembangan infrastruktur serta pengadaan peralatan software
238
c. Biaya yang diperlukan untuk mengembangkan infrastruktur, mengadakan
peralatan serta sofware tidaklah sedikit. Untuk itu perlu dipertimbangkan hal-hal
seperti, apakah akan membangun suatu jaringan secara penuh ataukah secara
bertahap, apakah akan mengadakan peralatan yang sama sekali baru ataukah
meng-upgrade yang sudah ada atau scound.Mesti diperhatikan bahwa sofwere
yang asli bukan bajakan harganya relatif mahal. Untuk itu dipertimbangkan
kemampuan menyediakan dana dalam setiap pengambilan keputusan.
d. Biaya operasional dan perawatan. Suatu sistem akan berhjalan apabila dikelola
secara baik. Dengan demikian, sistem pembelajaran berbasis internet ini, juga
diperlukan biaya operasional dan perawatan yang tentunya tidak sedikit. Biaya
operasional, honor pengelolaan, biaya langganan ISP (Internet Service Provider),
biaya langganan saluran telepon tersendiri dan biaya pulsa telepon apabila
berkeinginan menggunakan dial-up.
Sedangkan biaya perawatan termasuk penggantian suku cadang yang
mengalami kerusakan baik karena umur maupun kesalahan prosedur pemakaian.
Untuk menanggulangi biaya operasional dan perawatan tersebut, dapat dilakukan
dengan mendayagunakan sistem tersebut agar mampu menghasilkan uang
(income generating), antara lain dengan membuka warnet untuk umum,
mengadakan pelatihan-pelatihan dan lain-lain.
e. Sumberdaya manusia. Untuk mengembangkan dan mengelola jaringan dan
sistem pembelajaran, diperlukan sejumalh sumberdaya manusia yang memiliki
kompetensi dan integritas yang tinggi. Dalam hal ini termasuk guru-guru yang
harus memahami prinsip-prinsip pembelajaran melalui internet.
Untuk keperluan itu hendaknya dilakukan identifikasi dan kemudian
dipersiapkan tenaga-tenaga tersebut, apakah bisa dicukupi dari dalam ataukah
harus merekrut tenaga-tenaga baru. Untuk membekali tenaga-tenaga tersebut
perlu diberikan pelatihan, diperhitungkan lama waktu pelatihan, tempat pelatihan,
cara pelatihan agar bisa menfhasilkan tenaga yang memiliki kualifikasi.
f. Siswa. Yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah mengetahui
sejauhmana kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan internet yang akan diselenggarakan. Kalau internet merupakan
sesuatu yang baru bagi sebagian besar siswa, tentunya perlu dilakukan
serangkaian upaya untuk mengkondisikan agar mereka siap berpartisipasi secara
aktif dalam sistim pembelajaran yang baru tersebut. Adalah hal yang tidak mudah
untuk merubah kebiasaan mereka yang telah terbiasa belajar secara tatap muka
secara konvensional selama bertahun-tahun, yang tentunya telah menjadi gaya
belajar atau kebiasaan yang sudak mendarah daging.
Berdasarkan kajian dan pertimbangan sebagaimana telah dibahas di atas,
kemudian sistim pembelajaran internet dikembangkan melalui tiga cara
pengembangan yaitu:
1. Menggunakan sepenuhnya fasilitas internet yang telah ada, seperti e-mail, IRC
(Internet Relay Chat), word wide web, seach engine, millis (milling list) dan
FTP (File Transfer Protocol).
239
2. Menggunakan sofware pengembang program pembelajaran dengan internet
yang dikenal dengan Web-Course Tools, yang di anataranya bisa didapatkan
secara gratis ataupun bisa juga dengan membelinya. Ada beberapa vendor yang
mengembangkan Web Course Tools seperti WebCT, Webfuse, TopClass dan
lain-lain.
3. Mengembangkan sendiri program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
(tailor made), dengan menggunakan bahasa pemrograman seperti ASP (Active
Server Pages) dan lain-lain.
Setiap cara memeliki kelebihan dan kekurangan, misalnya pengembangan
program pembelajaran dengan menggunakan fasilitas internet mempunyai
kelebihan biayanya sangat murah dibandingkan yang lain, namun ada
kekurangan yaitu dalam pengelolaan agak sulit karena sifatnya tidak
terintegrasi. Sedangkan apabila menggunakan Web Course Tools atau
pengembangan secara taillor-made biayanya jauh lebih mahal, namun memiliki
kelebihannya yakni mudah dalam pengembangan dan pengelolalaannya, lebih
power full, dan sesuai dengan kebutuhan.
Untuk memilih salah satu cara yang akan dipakai, ditentukan pada
pertimbangan berdasarkan kajian terhadap berbagai hal seperti yang telah dibahas
dibagian terdahulu tadi. Namun pada dasarnya mendayagunakan internet untuk
mendukung peningkatan kualitas pendidikan adalah hal yang sangat layak untuk
segera dilaksanakan secara luas di institusi-institusi penyelenggara pendidikan di
Indonesia.
C. Aplikasi Pembelajaran melalui Teknologi Informasi
Dalam proses pembelajaran, aplikasi e-learning bisa mencakup aspek
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya merupakan gambaran rencana
(skenario) yang memproyeksikan mengenai beberapa aktivitas dan tindakan yang
akan dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian
aplikasi perencanaan pembelajaran yang berbasis e-learning pada dasarnya
memuat rencana, perkiraan dan gambaran umum kegiatan pembelajaran dengan
memanfaatkan jaringan komputer, baik intra-net maupun inter-net. Pada
prinsipnya dalam perencanaan pembelajaran terdapat empat komponen utama,
yaitu: materi/bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.
Komponen tujuan berfungsi untuk menentukan arah kegiatan
pembelajaran. Dari rumusan tujuan pembelajaran harus sudah terproyeksikan
bagaimana proses berlangsungnya pembelajaran serta kemampuan-kemampuan
yang harus dimilikisiswa sebagai hasil belajar. Rumusan tujuan pembelajaran
tidak hanya menggambarkan hasil, tetapi juga menggambarkan kegiatan atau
proses.
Penetapan bahan ajar yang akan berfungsi untuk memberi makna terhadap upaya
pencapaian tujuan. Dalam pembelajaran konvensional, bahan ajar untuk setiap
mata pelajaran sudah tersedia dalam buku paket, dan secara tatap muka
disampaikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran yang
dipilihnya. Sedangkan bahan ajar untuk e-learning, selain para dapat
240
memanfaatkan buku sumber yang tersedia, juga dapat secara langsung mengakses
bahan ajar/informasi pada beberapa halaman web yang telah dibuat sebelumnya.
Dengan demikian perolehan informasi pembelajaran akan bersifat lebih luas,
mendalam, dan bervariasi.
Kegiatan belajar mengajar yang tercakup dalam perencanaan pembelajaran
pada intinya berisi mengenai deskripsi materi/bahan ajar, metode pembelajaran,
dan alat/media pembelajaran. Untuk kepentingan media pembelajaran berbasis elearning,
penentuan bahan ajar hanya memuat pokok-pokoknya saja, sementara
deskripsi lengkap dari pokok-pokok bahan ajar disediakan dalam halaman web
yang akan diakses siswa.
Evaluasi sebagai komponen terakhir dalam perecanaan pembelajaran berfungsi
untuk mengukur sejauhmana tujuan pembelajaran telah tercapai dan tindakan apa
yang harus dilakukan apabila tujuan tersebut belum tercapai. Melalui pendekatan
pembelajaran berbasis e-learning, kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil dapat
dilakukan secara bervariasi, setiap siswa dapat melihat dan mengikuti
suruhansuruhan di halaman web. Bisa berupa pertanyaan, tugas-tugas, dan atau
latihan-latihan yang harus dikerjakan siswa.
Dalam implementasi pembelajaran, terdapat model penerapan e-learning yang
bisa digunakan, yaitu: Selective Model, Sequential Model, Static Station Model,
dan Laboratory Model.
1. Selective Model
Model selektif ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah sangat terbatas
(misalnya hanya ada satu unit komputer). Di dalam model ini, guru harus memilih
salah satu alat atau media yang tersedia yang dirasakan tepat untuk
menyampaikan bahan pelajaran. Jika guru menemukan bahan e-learning yang
bermutu dari internet, maka denganterpaksa guru hanya dapat menunjukan bahan
pelajaran tersebut kepada siswa sebagai bahan demonstrasi saja. Jika terdapat
lebih dari satu komputer di sekolah/kelas, maka siswa harus diberi kesempatan
untuk memperoleh pengalaman langsung.
2. Sequential Model
Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas (misalnya
hanya dua atau tiga unit komputer). Para siswa dalam kelompok kecil secara
bergiliran menggunakan komputer untuk mencari sumber pelajaran yang
dibutuhkan. Siswa menggunakan bahan e-learning sebagai bahan rujukan atau
untuk mencari informasi baru.
3. Static Station Model
Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas,
sebagaimana halnya dalam sequential model. Di dalam model ini, guru
mempunyai beberapa sumber belajar yang berbeda untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang sama. Bahan e-learning digunakan oleh satu atau dua
kelompok siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Kelompok siswa lainnya menggunakan sumber belajar yang lain untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang sama.
4. Laboratory Model
241
Model ini digunakan jika tersedia sejumlah komputer di sekolah/laboratorium
yang dilengkapi dengan jaringan internet, di mana siswa dapat menggunakannya
secara lebih leluasa (satu siswa satu komputer). Dalam hal ini, bahan e-learning
dapat digunakan oleh seluruh siswa sebagai bahan pembelajaran mandiri.
Setiap model e-learning yang dapat digunakan dalam pembelajaran di atas
masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan. Pemilihannya bergantung
kepada infrastruktur telekomunikasi dan peralatan yang tersedia di sekolah.
Bagaimanapun upaya pembelajaran dengan pendekatan e-learning ini perlu terus
dicoba dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di
masa yang akan datang.
.
LATIHAN
1. Jelaskan sistem model pembelajaran melalui jaringan internet!
2. Untuk pengembangan pembelajaran melalui internet, aspek-aspek apa saja
yang dipertimbangkan dan dikaji hingga menjadi sebuah keputusan!
3. Jelaskan penerapan proses pembelajaran melaui internet yang mencakup aspek
perencanaan, implementasi dan evaluasi
4. Dalam aspek implementasi model digunakan beberapa model e learning,
sebutkan model yang paling sesuai dengan kondisi pembelajaran di sekolah
Rambu-rambu jawaban
Untuk menjawab soal latihan secara lengkap, anda dapat mengacu pada uraian
materi model pembelajaran melalui internet:
1. Sistem model pembelajaran dengan mendayagunakan internet yaitu: 1) Web
Course, 2) Web Centric Course, dan 3) Web Enhanced Course.
2. Aspek-aspek pengkajian meliputi: 1) Keuntungan, 2) Biaya pengembangan
infrastruktur serta pengadaan peralatan software, 3) Biaya operasional dan
perawatan, 4) Sumber daya manusia, dan 5) Siswa.
3. Aspek perencanaan memproyeksikan mengenai beberapa aktivitas dan
tindakan yang akan dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran,
seperti komponen tujuan, materi belajar, kegiatan belajar mengajar, dan
evaluasi. Aspek implementasi terdapat model penerapan e-learning yaitu:
selective model, squential model, static station model dan laboratory model.
Aspek evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui hasil dapat dilakukan secara
bervareasi, setiap siswa dapat melihat dan mengikuti suruhan-suruhan di
halaman web.
4. Diantara model yang sesuai dengan kondisi sekolah rata-rata di Indonesia
adalah Squential model mengingat jumlah komputer di sekolah terbatas yang
bisa akses internet. Para siswa dalam kelompok kecil secara bergiliran
menggunakan komputer untuk mencari sumber belajar yang dibutuhkan.
RANGKUMAN
Model pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan sebagai
dasar pertimbangan sistem pembelajaran dengan menggunakan internet adalah
web course, web centric course dan web enhanced course. Masing-masing
memiliki keunggulan dan kelemahan bergantung dari sudutmana kebutuhan itu
242
dapat dipenuhi. Hal itu menjadi pertimbangan untuk diambil sebuah keputusan
tentang pengembangan pembelajaran melalui internet, seperti keuntungan bagi
intitusi, biaya operasional dan perawatan serta pengembangan inprastruktur,
sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi serta
yang tak kalahpentingnya kesiapan siswa yang akan mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan internet.
Berdasarkan kajian dan pertimbangan selanjutnya pengembangan sistem
pembelajaran dapat dilakukan melalui sepenuhnya fasilitas internet yang telah
ada, software pengembang program pembelajaran dengan internet web course
tools, dan pengembangan sendiri program pembelajaran. Masing-masing cara
dapat dipilih bergantung model apa yang akan dipakai dalam implementasi
pembelajaran melalui internet. Model yang dimaksud bisa dipilih selective model,
squential model, atatic station model dan laboratory model.
TES FORMATIF 2
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat!
1. Penggunaan internet untuk pembelajaran dimana sepenuhnya disampaikan
melalui internet dikenal dengan istilah:
a. Web Course
b. Web Centric Course
c. Web Enhanced Course
d. Web Course Tools
2. Penggunaan fasilitas internet seperti e-mail termasuk kedalam sistem
pembelajaran :
a. Web Course
b. Web Centric Course
c. Web Enhanced Course
d. Web Course Tools
3. Adanya pelatihan-pelatihan untuk membekali tenaga pengembang
pembelajaran internet termasuk pada pertimbangan aspek:
a. Siswa
b. Guru
c. Sumberdaya manusia
d. Biaya
4. Di bawah ini termasuk pada pengembangan web course tools adalah:
a. Word Wide Web
b. Seach Engine
c. Webfuse
d. Millis
5. Mengembangkan sendiri program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
sesuai bahasa pemrograman dikenal dengan istilah:
a. Active Server Pages
b. Web Course Tools
c. Web Wide Web
d. Seach Engine
243
6. Model ini digunakan jika tersedia sejumlah komputer di sekolah yang
dilengkapi dengan jaringan internet:
a. Squential model
b. Static Station Model
c. Laboratory Model
d. Selective model
7. Bahan E learning digunakan oleh beberapa kelompok siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan:
a. Selective Model
b. Laboratory Model
c. Statyic Model
d. Squential Model
8. Pada prinsipnya perencanaan pembelajaran melalui e-learning
mempertimbangkan aspek-aspek, kecuali:
a. Tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Belajar Mengajar
c. Siswa
d. Evaluasi
9. Keuntungan bagi siswa memanfaatkan pembelajaran materi belajar yang
berbasis e-learning adalah:
a. Bahan tersedia dalam buku paket
b. Sumber belajar dapat memanfaatkan guru
c. Bahan ajar pada beberapa halaman web
d. Deskripsi bahan ajar hanya pokok-pokok saja
10. Kelompok bahan ajar printed material dalam pembelajaran e-learning,
contohnya adalah:
a. Kaset audio
b. Kaset video
c. Leaflet
d. VCD
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokanlah hasil jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif I yang
ada pada bagian belakang modul ini, Hitunglah jawaban anda yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi kegiatan pembelajaran I.
Jumlah Jawaban Anda yang Benar
Tingkat Penguasaan = ---------------------------------------- X 100 %
10
Arti Tingkat Penguasaan:
90 % - 100 % = Baik Sekali
80 % - 89 % = Baik
70 % - 79 % = Cukup
- 69 % = Kurang
244
Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan pembelajaran 2, Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan
anda masih di bawah 80 % anda harus mengulang kegiatan pembelajaran I,
terutama bagian yang belum anda kuasai. Selamat Mencoba.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3:
KEMASAN DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN MELALUI
TEKNOLOGI INFORMASI
PENGANTAR
Proses pembelajaran di sekolah selama ini selalu menempatkan siswa sebagai
objek yang harus diisi oleh sejumlah ragam informasi dan sejumlah bahan-bahan
ajar setumpuk lainnya. Terjadi komunikasi hanya satu arah yaitu antara guru ke
siswa dengan membelajarkan melalui pendekatan ekspositori yang merupakan
andalan dalam metode pembelajaran. Interaksi pembelajaran guru-siswa semacam
ini sudah berlangsung lama yang berdampak verbalisme semakin merajalela.
Pembelajaran seperti ini masih bersifat konvensional karena keterlibatan guru
dengan siswa dalam suatu ruang kelas dalam bentuk tatap muka langsung sesuatu
yang amat penting. Hingga Mochtar Buchori (2000) telah mengkritik kondisi
pendidikan di Indonesia yang telah merampas kreativitas dan daya tarik siswa,
sekolah cenderung kurang terarah dikarenakan kurikulum yang tidak serasi,
malahan sekolah cenderung bersifat menunggu perkembangan.
Seiring dengan perkembangan teknologi terutama kemajuan teknologi
komunikasi yang menyebabkan sistim penyampaian materi pelajaran dapat
dilakukan tanpa harus tatap muka antara guru dengan siswa, akan tetapi bentuk
belajar yang terpisah antara guru dengan siswa tetapi dilakukan bersamaan, itulah
pembelajaran jarak jauh (distance learning), seperti tutorial computer based,
teleconfrence, correspondence cources, we based training dan e-learning.
Perkembangan teknologi pembelajaran seperti ini memunculkan pembelajaran
berbasis komputer, yang menyajikan kemasan bahan pembelajaran dalam bentuk
hypermedia dan tidak terkecuali pembelajaran melalui internet seperti electronic
mail. Kondisi ini dalam pembelajaran sangat menguntungkan terutama peserta
didik akan terangsang untuk belajar, terjadi keaktipan belajar siswa, malahan
siswa akan belajar lebih kreatif karena sumber belajar sangat bervareasi.
A. Hakikat Kemasan Bahan Belajar melalui Teknologi Informasi
Secara singkat, bahan belajar dapat diterjemahkan sebagai seperangkat
material yang digunakan oleh seseorang untuk melakukan kegiatan belajar.
Hamalik (1995) menempatkan bahan belajar sebagai bagian dari unsur-unsur
dinamis dalam proses belajar disamping motivasi siswa, alat bantu belajar,
suasana belajar dan kondisi subjek belajar.Bahan belajar menurut Hamalik,
merupakan unsur belajar yang penting diperhatikan oleh guru. Melalui bahan
tersebut, siswa dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai
tujuan belajar. Untuk itu, penentuan bahan belajar harus sesuai dengan tujuan
245
yang hendak dicapai apakah berupa pengetahuan, keterampilan, sikap atau
pengalaman lainnya. Pada proses pembelajaran di sekolah, bahan-bahan belajar
ini biasanya sudah digariskan dalam GBBP atau silabus.
1. Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Istilah TI (Teknologi Informasi) lahir pada abad ke duapuluh yang diawali
dengan terbentuknya masyarakat informasi. Istilah TI yang menggunakan kata
informasi, pada dasarnya sangat berkaitan dengan istilah TK (Teknologi
Komunikasi) yang dikenal lebih dulu. Kita melihat ada teknologi komunikasi
yang berfungsi untuk menyalurkan informasi, ada teknologi komunikasi yang
berfungsi sebagai pengolah informasi dan ada juga teknologi komunikasi yang
berfungsi sebgai penyimpan dan pengolah informasi. Fungsinya yang terakhir
inilah menyebabkan kemudian ada orang yang menyebutkan teknologi
komunikasi sebgai teknologi informasi.
Menurut Richard Weiner dalam Webster,s New World Dictionary and
Communications disebutkaaan bahwa teknologi informasi adalah pemrosesan,
pengolahan dan penyebaran data oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi.
Teknologi informasi lebih kepada pengerjaan terhadap data. TI menitikberatkan
perhatiannya kepada bagaimana data diolah dan diproses dengan menggunakan
komputer dan telekomunikasi.
Dengan demikian semakin jelas bahwa kelahiran istilah TI didasari
perkembangan teknologi pengolahan data. Bila teknologi komunikasi merupakan
alat untuk menambah kemampuan orang berkomunikasi, maka teknologi
informasi adalah pengerjaan data oleh komputer dan telekomunikasi.
Pemisahan istilah ini secara moderat ditunjukkan oleh organisasi sarjana
komunikasi internasional (International Communication Associaton) yang
mengelompokan sarjana komunikasi yang menekuni bidang teknologi komunikasi
dalam divisi “ Communication and Technology”, sedangkan sarjana komunikasi
yang menekuni teknologi informasi dikelompokkan kedalam divisi “Sistem
Informasi”. (Abrar, 2001).
Dalam konteks yang lebih luas, teknologi informasi merangkum semua aspek
yang berhubungan dengan mesin (komputer dan telekomunikasi). Berkaitan
dengan aspek kemasan (package), maka informasi yang diolah dan disampaikan
oleh komputer untuk kepentingan belajar inilah yang dikemas melalui sebuah
proses pengemasan.
2. Pengembangan Bahan Pembelajaran
Bahan ajar atau learning materials merupakan bahan pembelajaran yang
secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, bahan
ajar yang lazimnya berisikan tentang semua cakupan materi dari semua mata
pelajaran. Bahannya sendiri merupakan media atau sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan pembelajaran, bisa berupa pesan visual, audio
maupun pesan audio visual. Secara umum media dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan, dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu bahan ajar yang
246
tercetak (printed materials) dan bahan ajar yang tidak tercetak (non printed
materials).
Dalam hal ini, bahan ajar dapat dikembangkan sebagai bahan ajar yang
diproyeksikan sebagai bahan ajar kategori pertama (printed materials), walaupun
bahan belajar itu akan dikembangkan sebagai bahan belajar ditransfer untuk
kepentingan pembelajaran melalui internet atau e-learning. Bahan ajar termasuk
pada kategori instrumental input, yang berperan sebagai penopang dan merupakan
sub sistem bagi implementasi kegiatan pembelajaran. Bahan ajar ini tidak hanya
digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar, akan tetapi harus dapat
digunakan untuk kegiatan pembelajaran siswa secara individual. Siswa dalam hal
ini dapat mempelajari tujuan pembelajaran, materi pelajaran, dan menilai
ketercapaian atau keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum suatu mata
pelajaran, digunakan sebagai sumber utama pembelajaran seperti buku teks,
ataupun bahan ajar yang sifatnya penunjang untuk kepentingan pengayaan atau
bahan ajar yang berkatagori suplemen (penunjang). Bahan ajar sebagai sumber
utama, siswa tidak perlu bersusah payah untuk mencari sumber lain, mereka
cukup mempelajari bahan ajar utama dengan teliti. Penggunaan bahan ajar
berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar bisa dibagi kedalam dua kategori,
yaitu katagori bahan ajar yang digunakan dalam KBM dengan bimbingan lansung
dari guru, seperti penggunaan buku teks sebagai bahan tatap muka. Kedua, bahan
ajar yang digunakan siswa untuk belajar mandiri(individual study) tanpa bantuan
guru, misalkan penggunaan modul atau bahan ajar lainnya yang dirancang secara
khusus seperi BBM (Bahan Belajar Mandiri).
Bahan pembelajaran dapat dikatagorikan menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok bahan tercetak dan kelompok ban non cetak. Yang termasuk bahan
tercetak antara lain berupa buku, modul, paket berprograma, komik, cergam,
poster, dan leaflet, sedangkan yang termasuk pada bahan ajar non cetak seperti:
kaset audio, kaset video, vcd dan film. Karakteristik bahan pembelajaran cetak
adalah: 1) Bahan ajar yang ditujukan untuk kepentingan kurikuler, instruksional,
dan pengembangan ilmu, 2) Bahan ajar juga mengakomodasikan sumber-sumber
daya (potensi) daerah tanpa mengabaikan poin terdahulu, 3) Bahan ajar yang
mengoptimalkan pembelajaran mandiri, khususnya siswa, 4) Bahan ajar dapat
memberikan pengayaan, khususnya bagi kegiatan belajar siswa, melalui
pemberian tugas, dan rujukan sumber lain yang disarankan, dan 5) Bahan ajar
yang dikembangkan adalah baghan ajar yang pembaca utamanya siswa.
B. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar
a.. Persiapan
Untuk menyusun suatu bahan ajar ada beberapa hal yang perlu disiapkan,
khususnya yang berkaitan dengan kurikulum/GBPP, materi bahan ajar, dan
sumber-sumber lain yang sekiranya akan diperlukan dalam penulisan bahan ajar,
seperti: photo, gambar, bagan, atau yang lainnya.
247
Langkah pertama yang perlu disiapkan dan dipelajari tatkala akan menyusun
bahan ajar adalah kurikulum/GBPP dari suatu bidang studi/mata pelajaran yang
akan disusun bahan ajarnya. Kurikulum digunakan sebagai acuan, baik yang
berkaitan dengan tujuan mata pelajaran, tujuan setiap topik (TPU), struktur materi
bahan ajar, rancangan strategi/metode, dan pengembangan untuk kegiatan
evaluasi.
Setelah kurikulum/GBPP di atas dipahami, langkah selanjutnya adalah
mempelajari struktur materi dari bahan ajar yang dikembangkan, yakni terkait
dengan scope dan sequence. Kedua hal ini harus dikembangkan sedemikian rupa
dengan memperhatikan aspek-aspek metodologis dan psikologis anak didik.
Langkah terakhir pada tahap persiapan ini adalah mengumpulkan berbagai sumber
yang diperlukan, baik yang terkait dengan buku-buku, jurnal, makalah, dan bahanbahan
lain yang akan digunakan sebagai pelengkap bagi penulisan bahan ajar
selanjutnya.
b. Penulisan Draft Bahan Ajar
Setelah bahan ajar disusun dan dikembangkan dengan menggunakan model
tertentu, tahapan selanjutnya adalah diskusi isi draft bahan ajar. Diskusi dapat
dilakukan melalui fokus group discussion (FGD) dalam KKG maupun MGMP
dengan melibatkan beberapa ahli terkait, yaitu: ahli materi, ahli bahasa, dan ahli
kurikulum. Bahan ajar yang telah didiskusikan dan telah mendapat berbagai
masukan dari para ahli, kemudian direvisi sesuai dengan masukan yang ada.
c. Penyelesaian
Tahapan akhir dari kajian draft bahan ajar, adalah memperhatikan aspek
kebahasaan, keterbacaan (readibility study), kosa kata yang digunakan termasuk
tingkat kesulitan bahasa dikaitkan dengan pengguna utama (target audience).
Kemudian kelengkapan bahan penunjang lainnya seperti gambar, tabel, dsb.
C. Pengemasan Bahan Pembelajaran
Secara leksikal, kata “kemasan” merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
“package” yang berarti “bungkus”, “pak” atau “paket”. Sedangkan
kata”pengemasan” merupakan terjemahan dari kata “packaging” yang berarti
mengepak atau membungkus. Dengan demikian kemasan dapat diartikan sebagai
produk yang dihasilkan oleh kegiatan atau proses pengemasan yaitu proses desain
dan pembuatan kemasan untuk barang eceran. Pengemasan diterapkan sama untuk
semua produk konsumsi dan produk industrial.
Ada dua alasan utama yang berkaitan dengan fungsi kemasan, yang pertama
adalah adanya suatu peradaban yang lebih kompleks dan standar kehidupan yang
lebih tinggi yang menjadikan sebuah produk perlu untuk memiliki kemasan yang
lebih rapih dalam pengertian fungsional.Yang kedua, kemasan menjadi suatu
bagian penting dari proses penjualan atau pendistribusian berkaitan dengan minat
pengguna untuk membeli atau menggunakan produk tersebut.
Sebuah kemasan yang baik tidak akan menjual apapun jika konsep
pengemasannya tidak tepat walaupun tidak berarti menjual produk yang buruk.
Sedangkan sebuah kemasan yang buruk bisa memberikan citra yang jelek
248
terhadap suatu produk yang sangat baik, bagaimanapun baiknya pemikiran dan
konsep pengemasannya. Jika pengemasan akan digunakan semaksimal mungkin
dalam proses pemasaran, kemasan harus langsung menampilkan sejumlah fungsi
vital, kemasan harus melindungi produk dan menjaganya tetap dalam kondisi
yang baik, memberi kesan mudah difungsikan, mudah didistribusikan secara
ekonomis, efektif biayanya dan memiliki daya jual.
Berdasarkan konsep kemasan dan pengemasan di atas, maka dapat dipahami
bahwa aspek kemasan merupakan bagian dari proses perancangan (desain) yang
berkaitan dengan fungsi dan penampilansebuah produk. Adapun produk yang
dimaksud adalah bahan belajar melalui teknologi informasi. Dengan demikian
bahan belajar (produk) yang dimaksud harus memenuhi persyaratan terlindungi
dan terjaga dalam kondisi yang baik, memberi kesan mudah difungsikan, mudah
didistribusikan secara ekonomis, efektif biayanya dan memiliki daya jual.
D. Kawasan Teknologi Pembelajaran
Berbagai pendekatan dapat digunakan oleh seorang perancang kemasan bahan
belajar, salah satunya adalah dengan menggunakan kawasan teknologi
pembelajaran. Dlam kawasan teknologi pembelajaran terdapat lima kawasan yang
didasarinya, dimana para peneliti dapat berkonsentrasi pada satu bidang kawasan.
Walaupun demikian karena hubungan ini bersifat sinergistik, maka peneliti dapat
memfokuskan diri pada satu kawasan atau cakupan dalam kawasan tertentu dan
menarik manfaat teori dan praktik dari kawasan yang lainnya. (Seels, 1994).
Kawasan –kawasan yang dimaksud adalah kawasan desain, kawasan
pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan dan kawasan
penilaian. Hubungan dari masing-masing kawasan dengan kawasan teknologi
pembelajaran sebagai kawasan utama dapat digambarkan dalam bagan sebagai
berikut:
KAWASAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
a. Kawasan Desain
Kawasan ini seringkali membatasi pada fungsi perencanaan, baik pada
tingkat makro dan mikro. Dalam hal penggunaan teknologi, penelitian dan teori
desain seringkali mengikuti eksplorasi praktisi mengenai kemuskilan dan
kemampuan perangkat keras atau perangkat lunak yang baru. Secara umum desain
dalam kawasan teknologi pembelajaran adalah untuk menentukan kondisi belajar.
DESAIN
PENGEMBANGAN
PEMANFAATAN
PENILAIAN PENGELOLAAN
TEORI
PRAKTEK
249
Tujuannya untuk menciptakan strategi produk pada tingkat makro (Program dan
kurikulum) dan mikro (pelajaran dan modul).
Kawasan desain setidaknya meliputi empat cakupan teori dan praktek.
Kawasan desain meliputi studi mengenai desain sistem pembelajaran, desain
pesan, strategi pembelajaran dan karakteristik pembelajaran.
b. Kawasan Pengembangan
Kawasan pengembangan berakar dari persoalan produksi media.
Pengembangan yang dimaksud adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke
dalam bentuk fisik. Kawasan ini mencakup berbagai variasi teknologi yang
digunakan dalam pembelajaran dan tidak hanya terdiri dari perangkat keras
pembelajaran melainkan juga perangkat lunaknya.
Kawasan pengembangan pada dasarnya dapat dijelaskan dengan adanya
pesan yang didorong oleh isi, strategi pembelajaran yang didorong oleh teori dan
manifestasi fisik dari teknologi (perangkat keras dan lunak serta bahan
pembelajaran). Dengan demikian teknologi merupakan tenaga penggerak dari
kawasan pengembangan yang dapat diorganisasikan dalam empat kategori yaitu
teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi berazaskan komputer dan
teknologi terpadu.
c. Kawasan pemanfaatan
Kawasan pemanfaatan merupakan kawasan tertua dari kawasan teknologi
pembelajaran. Kawasan ini berasal dari gerakan pendidikan visual (visual
education movement) dengan didirikannya museum-museum sekolah. Salah satu
bentuk konkritnya adalah mempersiapkan pameran untuk tujuan pembelajaran.
Fungsi kawasan ini sedemikian penting karena membicarakan kaitan
antara pebelajar dengan bahan atau sistem pembelajaran.Fungsi ini sangat kritis
karena pemanfaatan oleh pebelajar merupakan satu-satunya alasan dari bahan
pembelajaran. Mengapa harus bersusah payah dengan pengadaan dan pembuatan
bahan pembelajaran jika tidak digunakan atau tidak dapat dimanfaatka. Empat
kategori dalam kawasan pemanfaatan ini adalah: pemanfaatan media, difusi
inovasi, implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan) serta kebijakan
regulasi.
d. Kawasan Pengelolaan
Kawasan ini meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui
perencanaan, pengorganisasian, pengkordinasian dan supervisi. Kompleksitas
pengelolaan berbagai macam sumber, personel, usaha desain maupun
pengembangan akan semakin meningkat dengan membesarnya usaha dari sebuah
institusi pendidikan.
Secara singkat ada empat kategori dalam kawasan pengelolaan yaitu:
pengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem penyampaian dan
pengelolaan informasi.
e. Kawasan Penilaian
Kawasan ini adalah kawasan dimana terjadi proses penentuan memadai
tidaknya pembelajaran dan pembelajar. Penilaian dimulai dengan analisis masalah
250
sebagai langkah awal yang penting dalam pengembangan dan penilaian
pembelajaran, karena tujuan dan hambatan dijelaskan dalam langkah ini.
Penilaian sebagai komponen terakhir dalam pembelajaran berfungsi untuk
mengukur sejauhmana tujuan pembelajaran telah tercapai dan tindakan apa yang
harus dilakukan apabila tujuan tersebut belum tercapai. Melalui pendekatan
pembelajaran e-learning, kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil dapat
dilakukan secara bervariasi, setiap siswa dapat melihat dan mengikuti suruhansuruhan
yang berada pada halam web. Bisa berupa pertanyaan, tugas-tugas dan
latihan yang harus dikerjakan siswa.
LATIHAN
Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini secara jelas dan tepat
1. Jelaskan pengertian kemasan dan pengemasan bahan ajar dalam teknologi
informasi!
2. Diskusikan dengan temanmu, apa perbedaan antara bahan ajar yang termasuk
printed materials dan bahan ajar non printed materials!
3. Langkah-langkah yang ditempuh dalam prosedur pengembangan bahan ajar!
4. Kemukakan kawasan teknologi pembelajaran menurut Seels, (l994)!
Rambu-Rambu Jawaban
Untuk menjawab soal latihan secara lengkap, anda dapat mengacu pada uraian
materi Kemasan bahan dan teknologi pembelajaran:
1. Kemasan berarti bungkusan, sedangkan pengemasan berarti membungkus atau
mengepak, maksudnya kemasan dan pengemasan merupakan bagian dari proses
perancangan yang berkaitan dengan fungsi dan penampilan produk bahan ajar,
mudah didistribusikan secara ekonomis, efektif biaya dan daya jual.
2. Bahan ajar printed material atau bahan tercetak yaitu bahan tercetak antara lain
berupa buku, modul, paket berprograma, komik, cergam, poster, dan leaflet.
Sedangkan bahan ajar non printed material yaitu bahan ajar yang termasuk bahan
tidak melalui cetak antara lain berupa kaset audio, kaset video, cd, vcd dan film.
3. Prosedur pengembangan bahan ajar meliputi: Persiapan, penulisan draft bahan
ajar, pendiskusian isi draft bahan ajar dan tahap penyelesaian.
4. Seels (l994) menjelaskan tentang kawasan teknologi pembelajaran meliputi
kawasan desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian.
RANGKUMAN
Bahan belajar merupakan seperangkat material yang digunakan seseorang
untuk melakukan kegiatan belajar. Bahan belajar dapat berupa dikemas
sedemikian rupa agar menarik pembelajar sehingga mudah didistribusikan dengan
efektif dan efesien dalam mencapai sasaran belajar. Bahan belajar dapat
dikatahorikan menjadi dua kelompok, yaitu bahan ajar tercetak atau printed
materials dan kelompok bahan belajar tidak tercetak atau non printed materials.
Bahan belajar yang dikembangkan dapat digunakan sebagai sumber utama
pembelajaran dan bahan belajar yang sifatnya penunjang untuk pengayaan atau
kategori suplemen. Dua kelompok ini dapat dilihat dari penggunaan bahan ajar
dalam proses pembelajaran, yaitu bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran
dengan bimbingan langsung dari guru, dan bahan ajar yang digunakan siswa
251
untuk belajar mandiri tanpa bimbingan langsung guru. Kaitannya dengan elearning,
ada kecenderungan bahan ajar itu cocok untuk kepentingan belajar jarak
jauh, seperti modul.
Langkah-langkah pengembangan bahan ajar diawali persiapan yang
dipelajari adalah kurikulum/GBPP mata pelajaran tertentu yang berkaitan dengan
tujuan, struktur materi, strategi/metode dan evaluasi. Langkah berikutnya
penulisan bahan ajar sesuai karakteristik yang telah dirancang, disusul dengan
diskusi isi draft bahan ajar pada kelompok sejenis misalkan KKG yang
melibatkan ahli yang berbeda. Setelah itu, perhatikan sistematika, penulisan, dan
kelengkapan bahan penunjang seperti gambar, tabel dsb. Pendekatan dalam
perancangan bahan ajar adalah kawasan teknologi pembelajaran meliputi desain,
pengembangan, pemanfaatan, penglolaan dan penilaian. Kelima kawasan ini kait
mengkait dalam praktek pembelajaran yang berbasis e-learning.
TES FORMATIF 3
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat.
1. Menurut Richard Weiner, teknologi informasi adalah:
a. Bagian unsur dinamis dalam proses belajar
b. Menyimpan dan mengolah informasi
c. Pemrosesan, pengolahan dan penyebaran data melalui komputer
d. Bagaimana data diolah dan diproses dengan menggunakan telekomunikasi
2. Konsep kemasan dalam pembelajaran lebih dititikberatkan pada:
a. Produk yang dihasilkan dari proses pengemasan
b. Produk yang berkaitan dari konsumsi dan industri
c. Bagian dari proses perancangan yang berkaitan dengan penampilan produk
d. Bagian dari proses perancangan yang berkaitan dengan bahan belajar
3. Instrumental input dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan:
a. Bahan ajar harus disesuaikan dengan kurikulum
b. Bahan ajar memiliki peran sebagai penopang dari kegiatan pembelajaran
c. Kesesuaian bahan ajar dengan tujuan pembelajaran
d. Suplemen yang dikembangkan menjadi berbagai jenis bahan ajar
4. Salah satu bahan ajar yang termasuk kelompok non printed materials:
a. Cergam
b. Leaflet
c. Kaset video
d. Modul
5. Salah satu karakteristik bahan ajar yang dikembangkan termasuk pada
kelompok bahan cetak, kecuali adalah:
a. Bahan ajar ditujukan untuk kepentingan kurikuler
b. Bahan ajar mengoptimalkan belajar mandiri
c. Bahan ajar dapat memberikan bahan pengayaan
d. Bahan ajar yang dikembangkan pembaca utamanya tidak hanya siswa
6. Langkah terakhir dari persiapan untuk menyusun suatu bahan ajar adalah:
a. Mempelajari kurikulum suatu bidang studi
b. Mempelajari struktur materi dari bahan ajar yang dikembangkan
252
c. Mengumpulkan berbagai sumber belajar yang diperlukan
d. Memperhatikan aspek metodologis dan psikologis anak didik
7. Prosedur langkah pembelajaran setelah penulisan draft bahan ajar adalah:
a. Mendiskusikan isi draf bahan ajar
b. Menyusun bahan ajar suatu bidang studi
c. Mengumpulkan berbagai sumber belajar yang diperlukan
d. Memperhatikan aspek kebahasaan dan keterbacaan
8. Dalam teknologi pembelajaran, kawasan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian dan supervisi dikatagorikan:
a. Kawasan pemanfaatan
b. Kawasan pengelolaan
c. Kawasan penilaian
d. Kawasan pengembangan
9. Kawasan teknologi pembelajaran yang berkaitan dengan kawasan desain,
kecuali meliputi:
a. Strategi pembelajaran
b. Pengelolaan informasi
c. Karakteristik pembelajaran
d. Pemanfatan media pembelajaran
10. Kemasan evaluasi lebih menitikberatkan pada:
a. Kemasan yang berhasil dibuat kemudian dipasarkan
b. Bahan masukan untuk diadakan perbaikan
c. Mengetahui kecenderungan pengguna bentuk
d. Memahami bagaimana kecenderungan selera pasar
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokanlah hasil jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif I yang
ada pada bagian belakang modul ini, Hitunglah jawaban anda yang benar,
kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi kegiatan pembelajaran I.
Jumlah Jawaban Anda yang Benar
Tingkat Penguasaan = ---------------------------------------- X 100 %
10
Arti Tingkat Penguasaan:
90 % - 100 % = Baik Sekali
80 % - 89 % = Baik
70 % - 79 % = Cukup
- 69 % = Kurang
Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan pembelajaran 2, Bagus! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan
anda masih di bawah 80 % anda harus mengulang kegiatan pembelajaran I,
terutama bagian yang belum anda kuasai. Selamat Mencoba.
KUNCI JAWABAN
TES FORMATIF I:
1. B
253
2. D
3. A
4. D
5. A
6. D
7. A
8. A
9. C
10. B
TES FORMATIF 2:
1. A
2. A
3. C
4. C
5. A
6. D
7. C
8. C
9. C
10. C
TES FORMATIF 3:
1. C
2. C
3. B
4. C
5. D
6. C
7. A
8. B
9. D
10. A
GLOSARIUM
1. E-learning pada hakekatnya adalah pembelajaran melalui pemanfaatan
teknologi komputer dan atau internet. Teknologi belajar seperti itu disebut
pembelajaran berbasis web (Web-Based Instruction)
2. Web Course adalah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran
dimana seluruh kegiatan belajar sepenuhnya disampaikan melalui internet.
3. Web Centric Course adalah sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi,
dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagaian
kegiatan lain disampaikan secara tatap muka.
4. Web Enhanced Course adalah pemanfaatan internet untuk pendidikan
yang menunjang peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran di kelas,
sehingga pembelajaran utamanya tatap muka di kelas.
254
5. Kemasan adalah produk yang dihasilkan oleh kegiatan atau proses
pengemasan, sedangkan pengemasan bertalian erat dengan proses desain
dan pembuatan barang dimana kemasan merupakan hal penting dari proses
pendistribusian dari produk.
6. Teknologi pembelajaran merupakan pendekatan yang digunakan guru
dalam merancang kemasan bahan belajar yang disampaikan kepada siswa.
7. Peningkatan produktivitas adalah melalui e-learning waktu untuk
perjalanan dapat direduksi sehingga produktivitas seseorang tidak
kehilangan karena proses pendidikan.
8. Efisiensi merupakan proses pembangunan kompetensi dapat dilakukan
dalam waktu relatif lebih singkat dan mencakup jumlah lebih besar.
9. Fleksibel dan interaktif maksudnya kegiatan e-learning dapat dilakukan
dari lokasi mana saja selama ia memiliki koneksi pengetahuan tersebut.
10. Printed model adalah media yang dapat digunakan untuk menyampaikan
bahan ajar yang tercetak dan non printed materials bertalian dengan materi
bahan ajar tidak tercetak.
Daftar Pustaka
Boettcher Judith V. (l999). Faculty Guide for Moving Teaching and Learning
to the Web. USA: Leage for Innovation in the Community College.
Cronin Mary J. (1996). The Internet Strategy Hanbook: Lessons from the New
Frontier Business. USA: Library of Congress.
Coburn, P.,et al. (1985). Practical Guide to Computer in Education. California:
Addison-Wisley Publication C ompany Inc.
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pedoman Umum Pelaksanaan
Pendidikan Berbasis Keterampilan Hidup (Life Skill) Melalui
Pendidikan Broad Based Education Dalam Pendidikan Luar Sekolah
dan Pemuda. Jakarta: Ditjen PLS dan Pemuda.
Hardjito. (2001). Pola Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemanfaatan Internet: Studi Survai Motif Pemanfaatan Internet Siswa
SMU dan SMK DKI Jakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas
Indonesia.
Heinich Robert. (1996). Instructional Media and Technologies for Learning.
New Jersey: Prentice-Hall Inc..
Kasali Rhenald. (1999). Membidik Pasar Indonesia. Segmentasi, Targeting
dan Postioning. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nina W. Syam. 2004. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia
Pendidikan. Makalah. Disajikan pada Diskusi Panel. UPI Bandung.
Oos Anwar, 2003. Internet: Peluang dan tantangan Pendidikan Nasional Jurnal
teknodik, Jakarta Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan
Depniknas.
Porbowono, 1996. Internet untuk dunia Pendidikan. Makalah, Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
255
Rahmi, Rivalina. 2004 Pola Pencarian Informasi di Internet. Jurnal Teknodik
Jakarta : Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan,
Depniknas.
Vriens, Dirk 2004. Information and Communication Technology for Competitive
Intellegence University of Nijmegen the Netherlands: Idea group
Publishing.

0 komentar: